30
3 Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi. Latar sosial bisa mencangkup kebiasaan hidup, agama dan kebudayaan.
f. Point of View atau sudut pandang
Dalam hal ini, masalah sudut pandang memang lebih banyak muncul dalam fiksi daripada dalam drama. Dan yang di maksud
dengan sudut pandang adalah hubungan yang terdapat antara sang pengarang dengan alam fiktif ceritanya, ataupun antara sang pengarang
dengan pikiran dan perasaan para pembacanya. Sang pengarang haruslah dapat menjelaskan kepada para pembaca bahwa ia selaku
narator atau pencerita mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan cerita itu.
31
g. Gaya Bahasa
Adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa
harus didukung oleh diksi pemilihan kata yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang bisa membentuk gaya bahasa
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan
sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
31
Henri Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Kritik Sastra, h. 140
31
F. Jenis Novel
Adapun jenis novel amatlah beragam, ada beberapa ahli yang memiliki pendapat yang berbeda, seperti Mochtar Lubis, bahwa jenis-jenis novel itu
terdiri dari: 1. Novel Avontur, yaitu dipusatkan pada seorang lakon utama. Pengalaman
lakon dimulai pada pengalaman pertama, dan diteruskan pada pengalaman- pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Jenis novel ini mempunyai
cerita yang kronologis dari awal sampai akhir.
2. Novel Psikologis, yaitu novel yang berisi kepuasan tentang bakat, watak, karakter para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan jiwa.
3. Novel Detektif, yaitu novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian, untuk membokar suatu kejadian.
4. Novel Sosial, yaitu pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat, kelas atau golongan. Dalam reaksi setiap golongan terhadap masalah-
masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.
5. Novel Politik, yaitu uraian mengenai novel politik dapat pula dipakai dari lukisan bentuk sosial.
6. Novel Kolektif, yaitu novel yang melukiskan tentang semua aspek-aspek kehidupan yang ada, atau semua jenis novel diatas dikumpulkan menjadi
sebuah cerita. Dan dalam novel ini, tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja tetapi pemeran pendukung. Sesuai dengan alur cerita pada
setiap bab, yang kesemua cerita merupakan gambaran fenomena kehidupan nyata yang sering kita alami dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari.
G. Novel Sebagai Media Dakwah
Berdakwah lewat tulisan sudah ada sejak zamanRasulullah, yaitu seperti pengiriman surat kepada raja-raja dengan tujuan mengajak mask islam.
Sampai saat inipun berdakwah lewat tulisan masih sangat relevan, hanya saja dalam menghadapi zaman yang semakin moderen ini para da’i harus lebih
cerdas dan kreatif mengemas dakwah melalui tulisan.