Menentukan nilai kriteria yang menjadi persyaratan pemilihan kendaraan. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.
maka nilai yang dibelakang koma dihitung satu kali perjalanan. Maka dari itu dilakukan pembulatan. Lalu didapat hasil seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Banyaknya pengangkutan kendaraan
Kendaraan Kapasitas
Pembulatan Taruna 2005
1
1 kali angkut
Kijang LGX 2005
0.99795501
1 kali angkut
APV 2005
0.996596324
1 kali angkut
Selanjutnya menghitung banyaknya bolak-balik perjalanan kendaraan dari tempat pengiriman ke tempat tujuan adalah dengan rumus:
BB = KP x 2 – 1
Keterangan : BB = Banyaknya bolak-balik perjalanan kendaraan dari tempat
pengiriman ke tempat tujuan KP = Kapasitas jumlah pengangkutan barang
Lalu hasilnya ada pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Banyaknya Bolak-Balik Masing-Masing Kendaraan
Kendaraan banyak bolak - balik
Taruna 2005 1
Kijang LGX 2005 1
APV 2005 1
Setelah itu melakukan perhitungan jarak total bolak-balik setiap kendaraan dalam pengiriman 1000 buah gerinda ke tempat tujuan yaitu dengan rumus:
JB = Ja x BB Keterangan :
JB = Jarak total bolak-balik setiap kendaraan dalam pengiriman
Ja = Jarak tempat tujuan BB = Banyaknya bolak-balik perjalanan kendaraan dari
tempat pengiriman ke tempat tujuan maka didapat nilai jarak total bolak-balik seperti Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Banyaknya Jarak Bolak-Balik Masing-Masing Kendaraan
Kendaraan Jarak Total
Bolak-Balik
Taruna 2005 35 km
Kijang LGX 2005
35 km
APV 2005 35 km
Selanjutnya adalah menghitung waktu total bolak balik yang dibutuhkan untuk mengirim 1464 buah benang obras ukuran sedang yang telah disesuaikan
dengan kapasitas masing-masing kendaraan. Rumusnya : Wt = N1 x BB
Keterangan: Wt = Waktu total bolak balik yang dibutuhkan untuk
mengirim N1 = Nilai waktu sekali jalan
BB = Banyaknya bolak-balik perjalanan kendaraan dari tempat pengiriman ke tempat tujuan
Dan hasilnya pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Banyaknya Waktu Bolak-Balik Masing-Masing Kendaraan
Kendaraan Waktu Total Bolak-Balik
Taruna 2005 0.538461538 s
Kijang LGX 2005
0.538461538 s
APV 2005 0.583333333 s
Nilai pada Tabel 4.13 diatas pada kendaraan APV didapat dari hasil
perkalian waktu untuk sekali jalan dikalikan dengan banyaknya bolak – balik
kendaraan dan hasilnya adalah waktu bolak – balik kendaraan.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Bahan Bakar yang Dibutuhkan untuk Pengiriman 1000 Buah Benang Obras Ukuran Sedang dengan Jarak 35km
Kendaraan Total Bahan
Bakar Bolak- Balik
Taruna 2005
5L
Kijang LGX 2005 5.833333333L
APV 2005 5L
Jadi Tabel 4.14 adalah perhitungan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk pengiriman 1464 buah benang obras ukuran sedang dengan jarak 35 km
secara keseluruhan dengan rumus = Jarak total bolak-balik : konsumsi bahan
bakar masing-masing kendaraan km1L. Jadi nilai keseluruhan dapat ditampilkan seperti nilai pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Nilai Keseluruhan untuk Pengiriman 1464 Buah Benang Obras Ukuran Sedang dengan Jarak 35 km
Kendaraan Waktu
s Bahan Bakar
L Keamanan
Taruna 2005 13.3
41.5625 85
Kijang LGX 2005
14.63636364 73.18181818
89
APV 2005 19.25
67.94117647 95
Untuk menentukan nilai kriteria kita harus membandingkan secara langsung berdasarkan tingkat kepentingan yang kita inginkan dan mengkonversi
nilai perbandingan tersebut ke dalam bentuk nilai tingkat kepentingan. Tabel diatas merupakan hasil nilai perhitungan dari penilaian spesifikasi masing-masing
kendaraan yang akan dijadikan nilai perbandingan untuk menentukan nilai tingkat intensitas kepentingan yang selanjutnya akan digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam perhitungan dengan metode AHP. Selanjutnya menentukan perbandingan kendaraan berdasarkan kriteria-
kriteria yang telah ditentukan seperti Tabel 4.16. Untuk rumus menentukan waktu dan bahan bakar rumus yang digunakan adalah :
Perbandingan waktu dan bahan bakar: Pab = Sb:Jab-Sa:Jab
Perbandingan untuk keamanan : Pab = Sa:Jab-Sb:Jab
Keterangan : Pab = Hasil perbandingan antara barang A dan Barang B
Sa = Nilai spesifikasi kendaraan jenis A Sb = Nilai spesifikasi kendaraan jenis B
Jab = Jumlah nilai kendaraan A dan B Sehingga didapatkan hasil perhitungan seperti Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Perbandingan Kendaraan Berdasarkan Tiga Kriteria
Kendaraan Waktu
Bahan Bakar Keamanan
Taruna:Kijang
0.076923077
Taruna:APV 0.04
Kijang: APV 0.04
-0.076923077
Selanjutnya nilai pada Tabel 4.16 dikonversikan menjadi nilai-nilai intensitas kepentingan agar mudah dihitung dalam proses perhitungan AHP.
Proses konversi tersebut adalah dengan cara mengelompokan nilai-nilai hasil perhitungan perbandingan kendaraan berdasarkan tiga kriteria kedalam
pengelompokkan nilai intensitas kepentingan dengan nilai hasil adalah “n” yaitu:
jika n= 0 maka nilai intensitas perbandingan adalah 1 jika n 0 n 0.2 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 2
jika n 0.2 n 0.3 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 3
jika n 0.3 dan n 0.4 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 4
jika n 0.4 n 0.5 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 5
jika n 0.5 dan n 0.6 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 6
jika n 0.6 n 0.7 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 7
jika n 0.7 dan n 0.8 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 8
jika n 0.8 n
1 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 9 Lalu jika hasil nilai perbandingannya nilainya adalah min maka
pengelompokan nilai intensitas kepentingannya adalah: jika n 0 n -0.2 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 12
jika n -0.2 n -0.3 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 13 jika n -0.3 dan n -0.4 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 14
jika n -0.4 n -0.5 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 15 jika n -0.5 dan n -0.6 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 16
jika n -0.6 n -0.7 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 17 jika n -0.7 dan n -0.8 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 18
jika n -0.8 n -1 maka nilai intensitas kepentingannya adalah 19
selanjutnya nilai dikonversikan berdasarkan penggolongan nilai seperti nilai-nilai yang ada sebelumnya. Kemudian hasilnya seperti pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Pengelompokan Nilai Menjadi Nilai AHP
Kendaraan Waktu
Bahan Bakar
Keamanan Taruna:Kijang
1 2
1
Taruna:APV 2
1 1
Kijang: APV 2
0.5 1
Jika proses pengelompokan nilai menjadi nilai AHP selesai, selanjutnya melakukan perhitungan matriks kriteria perbandingan berpasangan dengan cara
langsung membandingkan dari sisi tingkat kepentingannya tingkat kepentiganya seperti pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Skala Tingkat Kepentingan AHP
Bobot Tingkat Kepentingan
Pengertian Penjelasan
1 Sama penting
Dua faktor memiliki pengaruh yang sama terhadap sasaran
3 Sedikit lebih penting
Salah satu faktor sedikit lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
5 Lebih penting
Salah satu faktor lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
7 Sangat lebih penting
Salah satu faktor sangat lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
9 Jauh lebih penting
Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya
2,4,6,8 Antara nilai yang di
atas Diatara kondisi diatas
Kebalikan Nilai kebalikan dari kondisi diatas untuk pasangan
dua faktor yang sama
Selanjutnya hasilnya adalah seperti pada Tabel 4.19:
Tabel 4.19 Tabel Hasil Matriks Kriteria Perbandingan Berpasangan
Kriteria Waktu
Bahan Bakar Keamanan
Waktu 1
0.2 1
Bahan Bakar 5
1 5
Keamanan
1 0.2
1
Jumlah 7
1.4 7
Pada Tabel 4.20 menjelaskan nilai 1 didapat dari nilai perbandingan antara
waktu dan waktu yaitu nilainya 1 dan dibagi dengan jumlah satu kolom kriteria seperti kriteria waktu. Kolom jumlah didapat dari jumlah baris setiap kriteria.
Sedangkan prioritas didapatkan dari jumlah baris pada baris waktu misalnya jumlah waktu didapatkan dari jumlah dibagi tiga karena kriterianya hanya tiga.
Tabel 4.20 Hasil Matriks Nilai Kriteria
Kriteria Waktu
Bahan Bakar Keamanan
Jumlah Prioritas
Waktu 0.142857143
0.142857143 0.1428571
0.428571 0.142857143
Bahan Bakar 0.714285714
0.714285714 0.7142857
2.142857 0.714285714
Keamanan 0.142857143
0.142857143 0.1428571
0.428571 0.142857143
Pada Tabel 4.20 hasil matriks penjumlahan setiap baris ini, nilai-nilainya didapat dari perhitungan yang sudah ditentukan rumusnya. Rumusnya adalah nilai
perbandingan pada hasil matriks kriteria perbandingan berpasangan dikalikan dengan nilai prioritas pada Tabel hasil matriks nilai kriteria sehingga didapat
hasilnya pada Tabel 4.21 hasil matriks penjumlahan setiap baris.
Tabel 4.21 Hasil Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Kriteria Waktu
Bahan Bakar Keamanan
Jumlah Waktu
0.142857143 0.142857143
0.1428571 0.428571
Bahan Bakar 0.714285714
0.714285714 0.7142857
2.142857
Keamanan 0.142857143
0.142857143 0.1428571
0.428571
Setelah nilai matriks penjumlahan setiap baris sudah ditemukan nilainya, selanjutnya melakukan perhitungan rasio konsistensi untuk menguji nilai
kelayakan nilai perbandingan kriteria pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil Matriks Perhitungan Rasio Konsistensi
Kriteria Jumlah perbaris
Prioritas Hasil
Waktu 0.428571429
0.142857143 0.5714286
Bahan Bakar 2.142857143
0.714285714 2.8571429
Keamanan 0.428571429
0.142857143 0.5714286
Jumlah 4
Berdasarkan perhitungan yang ada pada Tabel –Tabel sebelumnya, maka dapat
disimpulkan: Jumlah = 4
n kriteria = 3 Lamda Max Jumlah n = 1.333333333
CI= Lamda Max-nn-1= -0.833333333 CR= CIIR3 matriks=0.58= -1.436781609
Karena CR 0.1 maka hasilnya konsisten. Selanjutnya menghitung matriks
perbandingan berpasangan kendaraan berdasarkan bahan bakar seperti Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan Berdasarkan Bahan Bakar
Bahan Bakar Taruna 2005
Kijang LGX 2005
APV 2005 Taruna 2005
1 3
3
Kijang LGX 2005 0.333333333
1 0.5
APV 2005 0.333333333
2 1
Jumlah
1.666666667 6
4.5
Pada Tabel 4.23 menjelaskan nilai pada Tabel 4.23 didapatkan dari Tabel hasil matriks kriteria perbandingan berpasangan yaitu pada Tabel 4.19 pada
kolom bahan bakar kemudian dihitung berdasarkan nilai awalnya pada kolom bahan bakar.
Tabel 4.24 Hasil Matriks Nilai Kriteria Berdasarkan Bahan Bakar
Bahan Bakar Taruna
2005 Kijang LGX
2005 APV 2005
Jumlah Prioritas
Taruna 2005 0.6
0.5 0.6666667
1.766667 0.588888889
Kijang LGX 2005
0.2 0.166666667
0.1111111 0.477778
0.159259259
APV 2005 0.2
0.333333333 0.2222222
0.755556 0.251851852
Pada Tabel 4.24 merupakan Tabel hasil matriks nilai kriteria bahan bakar yang nilainya berasal dari Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan bahan
bakar yaitu pada Tabel 4.23. Misalkan untuk nilai 0.6 pada kolom 1 baris 1 didapat dari perhitungan baris 1 kolom 1 pada Tabel 4.23 yang nilainya adalah 1
dibagi dengan jumlah dari kolom 1 pada Tabel 4.23 dan hasilnya adalah kolom 1 baris 1 pada Tabel 4.24.
Pada nilai jumlah baris 1 Pada Tabel 4.24 didapat dari jumlah baris 1 kolom 1 dijumlah dengan baris 1 kolom 2 dan baris baris 1 kolom 3 sedangkan
untuk nilai perioritasnya pada baris 1 didapat dari nilai jumlah baris 1 dibagi dengan 3 dan hasilnya adalah nilai prioritas baris 1.
Tabel 4.25 Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan Berdasarkan Waktu
Waktu Taruna 2005
Kijang LGX 2005
APV 2005 Taruna 2005
1 2
2
Kijang LGX 2005
0.5 1
2
APV 2005 0.5
0.5 1
jumlah 2
3.5 5
Pada Tabel 4.25 menjelaskan nilai diatas didapatkan dari tabel hasil matriks kriteria perbandingan berpasangan yaitu pada Tabel 4.19 pada kolom
waktu kemudian dihitung berdasarkan nilai awalnya pada kolom waktu.
Tabel 4.26 Hasil Matriks Nilai Kriteria Berdasarkan Waktu
Waktu Taruna
2005 Kijang LGX
2005 APV
2005 Jumlah
Prioritas Taruna 2005
0.5 0.571428571
0.4 1.471429
0.49047619
Kijang LGX 2005 0.25
0.285714286 0.4
0.935714 0.311904762
APV 2005 0.25
0.142857143 0.2
0.592857 0.197619048
Pada Tabel 4.26 merupakan Tabel hasil matriks nilai kriteria waktu yang nilainya berasal dari Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan waktu yaitu
pada Tabel 4.25. Misalkan untuk nilai 0.5 pada kolom 1 baris 1 didapat dari perhitungan baris 1 kolom 1 pada Tabel 4.25 yang nilainya adalah 1 dibagi
dengan jumlah dari kolom 1 pada Tabel 4.25 dan hasilnya adalah kolom 1 baris 1 pada Tabel 4.26.
Pada nilai jumlah baris 1 Pada Tabel 4.26 didapat dari jumlah baris 1 kolom 1 dijumlah dengan baris 1 kolom 2 dan baris baris 1 kolom 3 sedangkan
untuk nilai perioritasnya pada baris 1 didapat dari nilai jumlah baris 1 dibagi dengan 3 dan hasilnya adalah nilai prioritas baris 1.
Tabel 4.27 Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan Berdasarkan Keamanan
Keamanan Taruna 2005
Kijang LGX 2005
APV 2005 Taruna 2005
1 0.5
0.5
Kijang LGX 2005 2
1 0.5
APV 2005 2
2 1
Jumlah 5
3.5 2
Pada Tabel 4.27 menjelaskan nilai pada Tabel 4.27 didapatkan dari Tabel hasil matriks kriteria perbandingan berpasangan yaitu pada Tabel 4.19 pada
kolom keamanan kemudian dihitung berdasarkan nilai awalnya pada kolom keamanan.
Tabel 4.28 Hasil Matriks Nilai Kriteria Berdasarkan Keamanan
Keamanan Taruna
2005 Kijang LGX
2005 APV 2005
jumlah Prioritas
Taruna 2005 0.2
0.142857143 0.25
0.592857 0.197619048
Kijang LGX 2005 0.4
0.285714286 0.25
0.935714 0.311904762
APV 2005 0.4
0.571428571 0.5
1.471429 0.49047619
Pada Tabel 4.28 merupakan tabel hasil matriks nilai kriteria keamanan yang nilainya berasal dari Matriks perbandingan berpasangan berdasarkan
keamanan yaitu pada Tabel 4.27. Misalkan untuk nilai 0.2 pada kolom 1 baris 1 didapat dari perhitungan baris 1 kolom 1 pada Tabel 4.27 yang nilainya adalah 1
dibagi dengan jumlah dari kolom 1 pada Tabel 4.27 dan hasilnya adalah kolom 1 baris 1 pada Tabel 4.28.
Pada nilai jumlah baris 1 Pada Tabel 4.28 didapat dari jumlah baris 1 kolom 1 dijumlah dengan baris 1 kolom 2 dan baris baris 1 kolom 3 sedangkan
untuk nilai perioritasnya pada baris 1 didapat dari nilai jumlah baris 1 dibagi dengan 3 dan hasilnya adalah nilai prioritas baris 1.
Tabel 4.29 Hasil Matriks Proritas Alternatif
Prioritas alternatif Waktu
Bahan Bakar Keamanan Jumlah
Taruna 2005 0.49047619
0.588888889 0.197619
1.276984
Kijang LGX 2005 0.311904762
0.159259259 0.3119048
0.783069
APV 2005
0.197619048 0.251851852
0.4904762 0.939947
Jumlah 1
1 1
Pada Tabel 4.29 merupakan tabel hasil matriks prioritas dari ketiga alternatif yaitu waktu, bahan bakar dan keamanan. Misalkan untuk nilai kolom 1
baris 1 pada Tabel 4.29 didapat dari nilai prioritas Tabel 4.26. untuk jumlah kolom setiap alternatif pada Tabel 4.29 jumlahnya adalah selalu 1 jika jumlahnya
lebih dari satu atau kurang dari satu maka terdapat kesalahan perhitungan pada metode AHP tersebut. Sedangkan untuk nilai jumlah pada Tabel 4.29 didapat dari
perhitungan jumlah dari baris 1 kolom 1,baris 1 kolom 2 dan jumlah baris 1 kolom 3.
Tabel 4.30 Hasil Matriks Perhitungan Prioritas Global
Prioritas Global Waktu
Bahan Bakar Keamanan Jumlah
Taruna 2005 0.070068027
0.420634921 0.0282313
0.518934
Kijang LGX 2005 0.044557823
0.113756614 0.0445578
0.202872
APV 2005 0.028231293
0.17989418 0.070068
0.278193
Pada Tabel 4.30 hasil matriks perhitungan prioritas global misalkan pada kolom 1 baris 1 Tabel 4.30 didapat dari nilai prioritas pada Tabel matriks nilai
kriteria Tabel 4.20 dan dikalikan dengan matriks prioritas alternatif baris 1 kolom 1 pada Tabel 4.29, sedangkan untuk hasil dari nilai baris 2 kolom 1 pada Tabel
4.30 didapat daril perkalian antara baris 2 kolom 1 pada Tabel 4.29 Tabel matriks prioritas alternatif dengan nilai baris 1 pada kolom prioritas pada Tabel 4.20 yaitu
Tabel matriks nilai kriteria. Sedangkan untuk nilai jumlah misalkan pada baris 1 didapat dari jumlah
baris 1 kolom 1, baris 1 kolom 2 dan baris 1 kolom 3 maka didapatkah hasil penjumlahan prioritas global untuk kendaraan Taruna 2005.
Sehingga dari hasil perhitungan berdasarkan Tabel diatas pemilihan kendaraan berdasarkan kriteria
–kriteria yang ada dengan nilai tertinggi adalah dengan menggunakan kendaraan mobil Taruna 2005 karena nilai Taruna 2005
adalah nilai yang tertinggi yaitu 0.518934.