12 Intensi merupakan jembatan antara sikap, norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku terhadap perilaku sebenarnya. Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin
besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Berdasarkan Theory of Planned Behavior, intensi terbentuk dari attitude
toward behavior, subjective norms, dan perceived behavior control yang dimiliki individu terhadap suatu perilaku
Intensi memiliki 4 faktor yang mendasarinya yaitu target, action, context, dan time. Target merupakan sasaran yang ingin dicapai jika menampilkan suatu
perilaku. Misalnya, menggunakan cream wajah untuk mendapatkan wajah cantik. Action yang merupakan suatu tindakan yang mengiringi munculnya perilaku.
Misalnya, mencari informasi produk perawatan terbaik ketika ingin mempercantik diri. Context mengacu pada situasi yang akan memunculkan perilaku. Misalnya,
ketika kulit kusam dapat membangkitkan keinginan untuk merawat diri. Dan yang terakhir adalah time yaitu waktu munculnya perilaku, misalnya melakukan
perawatan untuk menjaga kulit lebih sehat. Maka berdasarkan pengertian intensi dari beberapa ahli tersebut, dapat diambil pengertian bahwa intensi yaitu
kecenderungan atau usaha seseorang untuk memunculkan atau melakukan suatu prilaku.
2.2. INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN
Intensi menggunakan jasa klinik kecantikan adalah niat, maksud, dan tujuan seseorang untuk menggunakan jasa klinik kecantikan, disaat mereka
Universitas Sumatera Utara
13 membutuhkan pelayanan jasa klinik kecantikan seperti untuk menghilangkan
jerawat, mencerahkan kulit dan mempercantik bentuk wajah, meremajakan kulit, dan sebagainya Nursukmawati, 2013.
Seseorang yang percaya bahwa dengan menggunakan jasa klinik kecantikan dapat memenuhi kebutuhannya dalam mempercantik kulit wajah,
maka ia akan memiliki intensi yang tinggi untuk menggunakan jasa klinik kecantikan. Selain itu, intensi individu untuk menggunakan jasa klinik kecantikan
juga akan semakin besar jika keluarga, teman, kerabat, memberikan rekomendasi dan mendukung untuk menggunakan jasa suatu klinik kecantikan.
Akan tetapi, individu juga perlu menyadari akan kontrol yang dimiliki dirinya seperti sumber daya dan kesempatan yang ada untuk menggunakan jasa
klinik kecantikan. Adanya sumber daya dan kesempatan yang dimiliki individu serta persepsi individu bahwa melakukan perawatan di klinik kecantikan adalah
hal yang mudah akan membuat intensi individu menggunakan jasa klinik kecantikan semakin besar.
2.3. SIKAP
Aiken 1970 menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan
intensitas yang moderat atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. defenisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik
dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang di arahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.
Universitas Sumatera Utara
14 Defenisi diatas nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi
atau tendensi yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Rahmah, 2011
Sikap merupakan kecenderungan kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk merespon secara positif maupun negatif terhadap objek, situasi,
institusi, konsep, atau seseorang. Sikap merupakan faktor personal yang mengandung evaluasi positif atau dalam tingkah laku yang menghindari,
melawan, atau menghalagi objek Eagly Chaiken, 1993. Gagne dan Briggs Ajzen, 2002, sikap merupakan suatu keadaan internal yang mempengaruhi
pilihan, tindakan individu terhadap objek, orang, atau kejadian tertentu. Menurut Ajzen 2005, sikap adalah evaluasi individu secara positif atau
negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku, atau minat tertentu. Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari
keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan behavioral beliefs keyakinan terhadap perilaku. Keyakinan
terhadap perilaku menghubungkan perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat melakukan suatu
perilaku. Dengan kata lain, individu yang yakin bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap
yang positif, begitu juga sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah evaluasi internal yang mempengaruhi tindakan individu.
Universitas Sumatera Utara
15
2.4. NORMA SUBJEKTIF