Analisis Stratifikasi dan Analisis Analisis Model Orde Pertama

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Stratifikasi dan

Pareto Diagram Pembuatan stratifikasi terhadap jumlah produk cacat dikategorikan berdasarkan 5 buah jenis kecacatan yaitu: kadar kotoran dirt content, kadar abu ash content, kadar zat menguap vvolatile content, PRI plasticity retention index, dan kadar nitrogen. Penggolongan tersebut kemudian digambarkan ke dalam pareto diagram dengan aturan 80-20 untuk melihat persentase kecacatan yang mencapai 80 untuk ditetapkan sebagai jenis kecacatan yang harus dikurangi dari produk crumb rubber SIR 20. Dari hasil analisis pareto diagram, diperoleh jenis kecacatan yang harus diatasi adalah kadar zat menguap volatile content, PRI plasticity retention index, dan kadar nitrogen dimana dengan mengatasi ketiga jenis cacat ini dapat memperbaiki kualitas produk crumb rubber SIR 20.

6.2. Analisis

Fish Bone Setelah dilakukan stratifikasi dan pareto diagram, maka dilakukan analisis untuk mencari penyebab terjadinya kecacatan kadar zat menguap volatile content, PRI plasticity retention index, dan kadar nitrogen diluar dari spesifikasi yang ditetapkan perusahaan dengan membuat fish bone. Dalam hal ini, penyebab terjadinya ketiga jenis kecacatan tersebut ditinjau dari man, machine setting dan material. Hasil analisis penyebab ditunjukkan pada Gambar 6.1. Universitas Sumatera Utara Cacat spesifikasi kadar zat menguap, PRI dan kadar nitrogen Bahan Baku Setting Mesin Suhu burner 1 Lama waktu pengepresan Suhu burner 2 Kualitas bahan baku yang buruk Man Kelalaian operator Kurang teliti Gambar 6.1. Fish Bone Dari gambar Fish Bone diatas, kemudian dilakukan penentuan faktor untuk dilakukan eksperimen. Dalam metode Response Surface, faktor yang paling efektif digunakan adalah pengoperasian setting mesin untuk meningkatkan hasil produksi. Dalam hal ini, faktor yang dipilih adalah suhu burner 1, suhu burner 2, dan lama waktu pengepressan.

6.3. Analisis Model Orde Pertama

Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecacatan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan model orde pertama. Model orde pertama dibuat sebagai pendekatan untuk mencari daerah optimal yang akan digunakan dalam eksperimen. Untuk membangun model orde pertama, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dengan desain eksperimen. Pengumpulan data menggunakan 9 buah perlakuan dan dari hasil pengumpulan yang diperoleh, data kemudian diolah dengan menggunakan pendekatan matriks. Dari hasil pengolahan data, diperoleh model orde pertama adalah: Y = 268.065 + 4.375 x 1 + 4.375 x 2 – 4.375 x 3 . Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan apakah model yang dibangun telah cocok dengan data yang telah dikumpulkan maka dilakukan uji ketidaksesuaian terhadap model orde pertama. Ketidaksesuaian menyatakan deviasi respon terhadap model yang dibangun. Dalam uji ini juga mengukur besar kekeliruan eksperimen yang telah dilakukan. Dari uji yang dilakukan dapat dilihat bahwa tidak ada ketidaksesuaian, hal ini terlihat dari F hit 0.08 yang lebih kecil dari F tabel 5.41 pada model persamaan regresi yang berupa model linier sehingga dapat simpulkan bahwa tidak ada ketidaksesuaian terhadap model yang dibangun. Karena tidak ada ketidaksesuaian pada model orde pertama, maka penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap Steepest Descent.

6.4. Analisis