Ikhtisar Strategi Ekonomi Petani Lapisan Atas Dalam Mengakumulasi Modal

Gambar 11. Puskesmas Desa Ciasmara.

4.4 Ikhtisar

Desa Ciasmara adalah sebuah daerah yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 473,501 kilometer persegi. Bentuk wilayah Desa Ciasmara 60 persen berombak, 20 persen berombak sampai berbukit sedangkan 20 persen berbukit sampai bergunung. Desa ini memiliki prasarana umum yang meliputi: prasarana pemerintahan desa, prasarana pengairan, alat transportasi, angkutan dan komunikasi, jalan dan jembatan, sarana perekonomian, dan sarana sosial budaya. Ekologi Desa Ciasmara sangat terkait dengan ekologi pegunungan dengan lingkungan pertaniannya yang demikian subur dan udara yang sejuk pada pagi maupun malam hari amatlah erat kaitannya dengan kehidupan penduduk lokal yang secara turun menurun. Mengamati kesuburan di daerah ini kita bisa melihat bentang alam yang terdiri atas sawah-sawah yang subur, perikanan darat, kolam- kolam perikanan air deras, tegalan-tegalan yang hijau, bahkan beberapa petak hutan yang masih lebat di desa ini. Aliran sungai yang berada di Kampung Babakan dan di beberapa tempat lainnya di Desa Ciasmara berbual-bual dengan air yang jernih merupakan penyebab ekologi sawah dan ekologi tegalan di Desa Ciasmara menghijau subur sepanjang musim. Aliran sungai ini digunakan oleh penduduk untuk mengairi persawahan, tanaman palawija dan digunakan sebagai air untuk mandi dan mencuci. Selain itu mata air ini juga dimanfaatkan sebagai sistem pengairan kolam-kolam perikanan air deras. Mata air digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih untuk keperluan memasak dan air minum. Secara kuantitatif tanpa melihat kenyataan sesungguhnya tentang petani dengan lahan yang dipakai, angka kepadatan agraris di Desa Ciasmara sebesar 2,6 kilometer persegi. Artinya secara teori, setiap kilometer persegi lahan pertanian di Desa Ciasmara diusahakan oleh tiga penduduk yang bermata pencaharian petani. Dimana setiap empat petani mengusahakan satu hektar lahan sawah, atau setiap petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani mengusahakan sawah seluas 2.500 meter persegi. Sistem pertanian utama di Desa Ciasmara didominasi sistem bersawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama yang di tanaman penduduk setiap satu musim tanam atau lima bulan sekali dan bisa juga tiga musim tanam dalam satu tahun. Tanaman palawija juga ditanam oleh beberapa petani di sekitar sawahnya. Pada pertanian padi para petani di Desa Ciasmara memakai benih Ciherang, IR 64, Memberango, Situ Bagendit, Mekongga dimana hasil rata-rata gabah kering panen per hektar per musim adalah enam ton. Pengaturan sistem irigasi lahan pertanian dilakukan oleh ulu-ulu yakni petugas yang mengurus irigasi persawahan. Irigasi dilakukan secara adil untuk semua petani di Desa Ciasmara. Menyangkut penguasaan lahan melalui sistem sewa lahan sawah dimana masa sewa itu selama satu musim panen berlaku di desa tersebut. Untuk penggarapan lahan sawah antara pemilik dengan para penggarap, melalui sistem sewa yakni dengan cara membayarkan 50 gedeng gabah kering panen atau setara dengan 500 liter atau 350 kilogram setiap musim panen. Pada musim panen petani biasa menjual padi pada tengkulak. Hal ini dikarenakan harga yang diterima oleh tengkulak lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh koperasi. Terkait kondisi pertanian yakni atas dasar keprihatinan dan tanggung jawab sebagai sesama petani tentang keadaan yang dialami pada waktu itu. Permasalahan yang dihadapi sarana dan prasarana produksi juga sumberdaya petani yang kurang menunjang dalam pengembangan potensi, maka dibentuklah Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Asmara Jaya pada tahun 2000, dalam rangka pembenahan dan peningkatan para petani yang ada di Desa Ciasmara. Dengan luas wilayah 473,501 kilometer persegi maka angka kepadatan penduduk di Desa Ciasmara untuk tahun 2007 adalah 15,5 tiap kilometer persegi, kemudian untuk tahun 2008 adalah 15,9 tiap kilometer persegi. Dari data dua tahun terakhir ini yakni data tahun 2007 dan tahun 2008 apabila dilihat secara nyata dapat disimpulkan bahwa angka kepadatan penduduk di Desa Ciasmara adalah 16 tiap kilometer persegi. Perbandingan angka tingkat kelahiran dan kematian ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran penduduk desa yang tinggi disertai dengan tingkat kematian penduduk yang rendah. Tingginya jumlah penduduk usia muda meningkatkan rasio beban tanggungan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tidak disertai oleh peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan, juga tingkat pendidikan. Norma atau aturan yang berlaku di Desa Ciasmara ini adalah norma adat dan norma agama. Pandangan mereka terhadap norma adat biasa saja, karena norma yang menonjol adalah norma agama dan hukum. Upacara adat yang mereka lakukan diantaranya upacara ketika panen raya, kematian, perkawinan. Apabila masyarakat melanggar norma, maka akan diberi sanksi yang sesuai dengan norma hukum, tetapi jika kemarahan masyarakat sudah memuncak maka akan ada masyarakat yang menghakiminya secara sepihak sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Penduduk Desa Ciasmara memiliki banyak ragam mata pencaharian sebagai sumber nafkah untuk mencukupi ekonomi keluarganya, tetapi sesuai ekologi setempat ragam pekerjaan masih didominasi oleh penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Struktur ekonomi penduduk Desa Ciasmara memiliki ketergantungan yang amat tinggi terhadap ekologi setempat. Patut diduga bahwa hal tersebut selain didukung oleh keberadaan ekologi desa yang memang sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mata pencaharian penduduk setempat, juga dikondisikan oleh tingkat pendidikan sebagian besar penduduk desa yang hanya tidak tamat sekolah dasar. Di luar mata pencaharian yang bersifat agraris itu, mata pencaharian penduduk diisi oleh kegiatan berdagang, pengrajin, berusaha di bidang industri kecil, pertukangan, dan pengemudi atau jasa. Mata pencaharian penduduk di sektor non petanian, maka dipastikan struktur ekonomi penduduk Desa Ciasmara memiliki ketergantungan yang amat tinggi terhadap ekologi setempat terutama pada bidang kerajinan dan pertukangan. Patut diduga bahwa hal tersebut selain didukung oleh keberadaan ekologi desa yang memang sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mata pencaharian penduduk setempat, juga dikondisikan oleh tingkat pendidikan sebagian besar penduduk desa yang bukan hanya tamat sekolah dasar melainkan juga tamat sekolah menengah pertama, tamat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Pemerintah Kabupaten Bogor menjadikan Desa Ciasmara sebagai salah satu desa percontohan yaitu sebagai desa siaga. Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat. Tujuan umum dari desa siaga adalah terwujudnya desa sehat dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di desanya. BAB V PROSES AKUMULASI MODAL: RUMAH TANGGA PETANI LAPISAN ATAS Proses akumulasi modal rumah tangga petani lapisan atas dalam bidang sosial ekonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari mekanisme surplus dan investasi surplus rumah tangga petani yakni petani pemilik lahan tradisional, petani pemilik lahan modern dan petani pemilik lahan Entrepreneur. Mekanisme ini dapat dijadikan pedoman untuk menjelaskan investasi surplus kegiatan pertanian sawah di Desa Ciasmara yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Produksi dan reproduksi yang berupa proses produksi rumah tangga petani dalam menghasilkan produk. Produk yang dimiliki berupa lahan yang luas dapat disewakan sehingga mendapatkan pendapatan dari biaya sewa namun juga perlu mengeluarkan biaya tenaga kerja yang disewakan di dalam membantu mengelola lahan yang disebut sebagai pengeluaran. Dari cara konsumsi, alat-alat pekerjaan dan bahan baku yang didapat rumah tangga petani dari hasil perdagangan atau pertukaran berupa surplus. Surplus tersebut dapat digunakan kembali untuk memproses reproduksi yakni persediaan alat-alat produksi berupa bahan baku, alat-alat pekerjaan dan tenaga kerja keluarga yang digerakkan. Dari surplus pada proses reproduksi sebagian dijadikan proses diferensiasi yakni rumah tangga petani menginvestasikan surplus dari sektor pertanian ke sektor non pertanian yang akhirnya dapat menjadi akumulasi modal rumah tangga petani tersebut. Demikianlah proses dari mekanisme surplus ekonomi rumah tangga petani.

5.1 Pemilik Lahan Tradisional