Sentra kerajinan hasil laut dan sentra olahan hasil laut Kelompok nelayan

makanan jadi, berbahan baku hasil tangkapan nelayan. Sedangkan bagian keempat adalah pusat suvenir. Berupa oleh-oleh khas kawasan utara. Misalnya, kerajinan dari daur ulang produk laut seperti kerajinan kerang dengan berbagai variasi hiasan.

5.9.2 Sentra kerajinan hasil laut dan sentra olahan hasil laut

Pemerintah Kota Pemkot Surabaya membangun kawasan sentra kerajinan hasil laut berupa kerang di daerah Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak. Lokasi ini dipilih karena letaknya yang berdampingan dengan kawasan wisata Pantai Kenjeran. Pantai Kenjeran ini pada musim liburan maupun hari minggu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Wisatawan dapat membeli oleh-oleh souvenir kerang di sentra kerajinan kerang ini dengan harga yang lebih murah bila dibanding dengan membeli oleh-oleh suvenir di dalam lokasi Taman Hiburan Pantai Kenjeran. Selain oleh-oleh berupa suvenir kerang, wisatawan dapat membeli oleh- oleh hasil laut lainnya, seperti keripik maupun kerupuk ikan, teripang, lorjuk dan berbagai hasil laut lainnya. Sentra olahan hasil laut ini terletak tidak jauh dari Kelurahan Kenjeran, yaitu di kelurahan Sukolilo yang bersebelahan dengan Kelurahan Kenjeran. Sentra-sentra ini memudahkan wisatawan untuk menemukan lokasi pusat oleh-oleh hasil laut dengan berbagai macam pilihan kerajinan maupun olahan laut.

5.9.3 Kelompok nelayan

Mayoritas nelayan Surabaya pada setiap lokasi memiliki hubungan keluarga. Namun, belum diketahui secara pasti apakah setiap pendatang boleh menjadi bagian dari nelayan tersebut. Dibanyak pemukiman nelayan Surabaya, umumnya mereka membentuk kelompok berdasarkan lokasi tinggal. Tetapi ada satu daerah yang memiliki kelompok-kelompok nelayan secara jelas, yaitu Kelurahan Kedung Cowek. Di Kelurahan Kedung Cowek ini, mayoritas nelayannya menggunakan alat tangkap jaring klitik. Terdapat tiga kelompok di Kelurahan Kedung Cowek ini, yaitu kelompok Kerapu, kelompok Mandiri dan kelompok Cumi-cumi. Meskipun namanya berbeda-beda tetapi alat tangkap dan ikan targetnya sama yaitu menggunakan jaring klitik dan sama-sama mencari rajungan. Anggota kelompok terbanyak yaitu kelompok Mandiri dengan jumlah kurang lebih 86 orang nelayan, kemudian kelompok cumi-cumi dengan jumlah 67 orang nelayan dan yang paling sedikit jumlah kelompoknya adalah Kelompok Kerapu dengan jumlah 44 orang nelayan. Dilihat dari segi sosialnya, Kelompok Kerapu lebih terbuka terhadap pendatang. Namun jika dilihat dari segi organisasi dan pembagian tugas, kelompok cumi-cumi lebih unggul dengan memiliki jadwal jaga pos dan sanksi-sanksi apabila melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Setiap kelompok sudah memiliki posko masing-masing untuk berkumpul. Posko kelompok cumi-cumi paling terawat dibanding posko kelompok lainnya. Di Posko cumi-cumi juga terdapat koperasi kecil buatan mereka sendiri yang menjual berbagai keperluan melaut seperti alat tangkap, bahan bakar, spare part perahu dan lain sebagainya. Adanya kelompok-kelompok seperti ini dapat memudahkan pihak dinas-dinas terkait untuk membagikan subsidi maupun bantuan lainnya. Di beberapa lokasi pemukiman, terdapat beberapa konflik mengenai pembagian bantuan dari Pemerintah Kota Pemkot. Pemerintah Kota Pemkot Surabaya menyediakan beberapa bantuan namun dalam pembagiannya, kelompok- kelompok nelayan tersebut diharuskan membuat pengajuan proposal bantuan terlebih dahulu. Wilayah pemukiman yang tidak mempunyai pembagian kelompok nelayan secara jelas, akan mengalami kesulitan dalam pembagian bantuan secara adil. Biasanya, wilayah yang tidak memiliki kelompok secara jelas, akan diwakilkan oleh salah satu warga yang dianggap sebagai ketua nelayan untuk mengajukan proposal pengajuan bantuan. Namun, setelah bantuan tersebut diberikan dan diwakilkan kepada ketua nelayan tersebut, biasanya bantuan tersebut tidak dibagikan secara menyeluruh. Banyak nelayan yang tidak mendapatkan bagian dari bantuan tersebut dan mengeluhkan hal ini. Rata-rata, bantuan tersebut hanya didistribusikan kepada orang-orang terdekat dari ketua nelayan tersebut. Konflik inilah yang masih sering terjadi di wilayah-wilayah yang belum memiliki pengaturan kelompok secara jelas. Pengelolaan perikanan tangkap di Surabaya secara keseluruhan masih tergolong kepada pengelolaan berbasis masyarakat hal ini disebabkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat. Diharapkan pengelolaan perikanan di Surabaya di masa depan dapat memakai konsep co-management agar pengelolaan perikanan tangkap Surabaya dapat lebih baik.

5.9.4 Dinas Pertanian Surabaya