Analisis Elastisitas Faktor Produksi CPO

60 c. Uji Koefisien Determinasi R 2 Uji ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Berdasarkan estimasi pada Tabel 15 diperoleh nilai R-squared sebesar 0,98 yang artinya faktor- faktor produksi jumlah TBS, tenaga kerja, jam mesin, penggunaan air, penggunaan uap dan suplai listrik yang terdapat dalam model dapat menjelaskan keragaman sebesar 98,0 persen dan sisanya 2,0 persen dijelaskan oleh faktor- faktor produksi lain yang tidak dimasukkan ke dalam model fungsi produksi tersebut.

6.2. Analisis Elastisitas Faktor Produksi CPO

Hasil regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil yang kemudian disempurnakan dengan regresi komponen utama menghasilkan persamaan regresi seperti yang terdapat pada persamaan 6.5. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel memiliki koefisien yang positif dan signifikan terhadap produksi CPO. Untuk melihat besarnya pengaruh faktor-faktor produksi tersebut yang juga merupakan nilai elastisitas untuk masing-masing peubah bebas pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : a. Jumlah Tandan Buah Segar TBS Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi jumlah tandan buah segar TBS berpengaruh positif terhadap produksi CPO, hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu banyak TBS yang diolah maka produksi CPO yang dihasilkan akan semakin tinggi. Berpengaruhnya faktor produksi jumlah TBS terhadap produksi CPO dikarenakan dalam proses produksi CPO, jumlah TBS merupakan faktor yang utama. Nilai elastisitas jumlah TBS sebesar 0,1894 yang artinya setiap penambahan jumlah TBS pada produksi CPO sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi CPO sebesar 0,1894 persen dengan faktor- faktor produksi lain tetap cateris paribus. Ini berarti perusahaan masih dapat menambah pasokan TBS yang akan diolah. Nilai elastisitas faktor produksi jumlah TBS sebesar 0,1894 menunjukkan bahwa jumlah TBS yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. 61 b. Tenaga kerja Koefisien regresi dari faktor produksi tenaga kerja sebesar 0,3092 yang berarti bahwa jika penggunaan tenaga kerja ditingkatkan sebesar satu persen maka jumlah produksi CPO akan meningkat sebesar 0,3092 persen cateris paribus. Nilai elastisitas produksi untuk variabel tenaga kerja yang sebesar 0,3092 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. Dari semua faktor produksi yang mempengaruhi produksi CPO, faktor produksi tenaga kerja yang paling responsif memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari semua faktor produksi yang dipakai. Produksi tidak akan dapat berjalan tanpa ada manusia atau tenaga kerja, untuk itu faktor produksi tenaga kerja memang perlu untuk diperhatikan. Saat ini, shift kerja pada bagian pabrik karyawan pelaksana dapat dikatakan cukup berat, dimana dengan pembagian waktu kerja ke dalam dua shift maka masing-masing karyawan harus bekerja selama 11 jam per hari dengan waktu istirahat hanya satu jam. Penambahan jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan pembagian waktu kerja menjadi tiga shift per harinya dimana beban kerja yang dirasakan oleh karyawan akan menjadi lebih ringan dan proses produksi menjadi lebih lancar. Penambahan jumlah tenaga kerja tentunya harus sejalan dengan peningkatan bahan baku TBS yang akan diolah, karena jika bahan baku kurang maka pembagian shift kerja akan menjadi tidak efektif. Tenaga kerja yang digunakan harus sejalan dengan kebutuhan perusahaan, dimana tenaga kerja yang digunakan harus benar-benar mahir dalam mengoperasionalkan mesin produksi sehingga ketika dilakukan proses produksi tidak akan mengambat kinerja proses. c. Jam Mesin Sesuai dengan analisis regresi menunjukkan bahwa faktor produksi jam mesin berpengaruh nyata terhadap produksi CPO. Nilai elastisitas produksi sebesar 0,1766 persen menunjukkan bahwa peningkatan sebesar satu persen jam mesin akan meningkatkan produksi CPO sebesar 0,1766 persen, dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa jam mesin sangat berpengaruh terhadap produksi CPO dimana tanpa adanya proses kerja pada mesin maka proses produksi tidak akan dapat dilakukan. 62 Berdasarkan catatan angka produksi perusahaan, diketahui bahwa jumlah jam mesin yang digunakan diduga belum optimal karena setiap bulannya jumlah TBS yang dipasok ke dalam pabrik belum maksimal dari kapasitas olah sehingga berpengaruh terhadap jam olah mesin produksi. Nilai elastisitas produksi untuk variabel jam mesin yang sebesar 0,1766 menunjukkan bahwa penggunaan jam mesin berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. d. Penggunaan Air Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi penggunaan air berpengaruh positif terhadap produksi CPO. Nilai elastisitas faktor produksi penggunaan air sebesar 0,1927 yang artinya setiap penambahan penggunaan air pada produksi CPO sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi CPO sebesar 0,1927 persen dengan faktor-faktor produksi lain tetap cateris paribus. Air digunakan untuk memperlancar proses produksi. Penggunaan air sebagai bahan pembantu pada proses produksi CPO dimulai dari loading ramp untuk membersihkan tandan buah segar dari kotoran hingga pada tahap pemurnian minyak. Nilai elastisitas produksi untuk variabel penggunaan air yang sebesar 0,1927 menunjukkan bahwa penggunaan air berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. e. Penggunaan Uap Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi penggunaan uap berpengaruh positif terhadap produksi CPO. Nilai elastisitas faktor produksi penggunaan uap sebesar 0,0665 yang artinya setiap penambahan penggunaan uap pada produksi CPO sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi CPO sebesar 0,0665 persen dengan faktor-faktor produksi lain tetap cateris paribus. Sama halnya dengan air sebagai bahan pembantu, uap digunakan untuk memperlancar proses produksi. Penggunaan uap sebagai bahan pembantu pada proses produksi CPO dimulai dari proses perebusan tandan buah segar hingga mencapai kematangan sesuai standar yang ditetapkan perusahaan hingga pada tahap pemurnian minyak. Nilai elastisitas produksi untuk variabel penggunaan uap yang sebesar 0,0665 menunjukkan bahwa penggunaan uap berada pada 63 daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. f. Suplai listrik Suplai listrik berpengaruh nyata terhadap produksi CPO. Nilai elastisitas faktor produksi suplai listrik sebesar 0,1899 yang artinya setiap penambahan suplai listrik pada produksi CPO sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi CPO sebesar 0,1899 persen dengan faktor-faktor produksi lain tetap cateris paribus. Listrik merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi CPO. Penggunaan mesin yang mendominasi proses produksi CPO tersebut berbanding lurus dengan kebutuhan listrik sebagai sumber energi. Selain itu, pentingnya penggunaan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi juga ditegaskan pada poin sebelumnya X3. Kondisi-kondisi tersebut menjelaskan signifikansi dari pengaruh faktor produksi suplai listrik terhadap output pengolahan kelapa sawit. Bila aliran listrik mati sehingga tidak bisa menggerakkan mesin produksi, maka proses produksi akan terhambat. Selain itu tandan buah segar yang sudah sempat dipasok ke dalam pabrik akan mengalami penurunan mutu akibat tidak langsung diolah. Suplai listrik pada pabrik Adolina didapat dari turbin uap sebagai sumber energi utama. Untuk mengatasi kendala listrik, perusahaan telah menyediakan generator yang siap menyala apabila ada gangguan listrik mati.

6.3 Analisis Skala Usaha