Menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting dalam hidup, yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Hal-hal
yang dianggap penting dan berharga itu mungkin saja berupa nilai-nilai kreatif, seperti berkarya, nilai-nilai penghayatan seperti penghayatan
keindahan, keimanan, keyakinan dan nilai-nilai bersikap yakni menentukan sikap yang tepat dalam menghadapi kondisi yang tidak
menyenangkan tersebut. d.
Tahap realisasi makna keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup
Semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara sadar membuat komitmen diri untuk melakukan berbagai kegiatan nyata yang
lebih terarah. Kegiatan ini biasanya berupa pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan.
e. Tahap kehidupan bermakna penghayatan bermakna, kebahagiaan
Pada tahap ini timbul perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan
sebagai hasil sampingnya. Bastaman 1996 mengatakan bahwa kenyataannya urutan proses tersebut
dapat tidak diikuti secara tepat sesuai dengan konstruksi teori yang ada.
A. 7. Penghayatan Hidup Tanpa Makna
Individu mungkin saja gagal dalam memenuhi hasrat untuk hidup dengan memiliki makna. Hal ini antara lain karena kurangnya kesadaran bahwa
kehidupan dan pengalaman mengandung makna hidup potensial yang dapat
Universitas Sumatera Utara
ditemukan dan kemudian dikembangkan Bastaman, 1996. Ada individu yang tidak dapat melihat adanya makna hidup dalam keadaan mereka yang buruk
padahal makna hidup akan tetap ada. Terkadang kehidupan baru dapat mengandung suatu arti ketika berhadapan dengan situasi yang dipenuhi dengan
penderitaan Schultz, 1991. Ketidakberhasilan menghayati makna hidup biasanya menimbulkan
frustasi eksistensial dan kehampaan eksistensial yang ditandai dengan hilangnya minat, berkurangnya insiatif, munculnya perasaan absurd dan hampa, gersang,
merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak berarti, serta bosan dan apatis Koeswara, 1992. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk
membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan dalam mengambil prakarsa Bastaman, 2007.
Penghayatan-penghayatan seperti digambarkan di atas mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tetapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan
kehendak yang berlebihan untuk berkuasa the will to power, bersenang-senang mencari kenikmatan the will to pleasure termasuk kegiatan seksual the will to
sex, bekerja the will to work, dan mengumpulkan uang the will to money Frankl dalam Bastaman 2007.
B. PELACURAN B. 1. Definisi Pelacuran
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia 1989, pelacuran merupakan perihal menjual diri sebagai pelacur atau penyundalan. Tabet 1989 dan
Universitas Sumatera Utara
Phaterson 1990 dalam Koentjoro 2004 mengatakan bahwa pelacuran merupakan suatu jenis perburuhan seks perempuan yang membentuk suatu
kotinum dari mulai pertukaran jangka pendek uang dan seks, barang dan seks, hingga pertukaran jangka panjang seks dengan pelayanan domestik dan
reproduksi seperti dalam pernikahan. Perkins Bannet dalam Koentjoro 2004 juga mendefinisikan bahwa pelacuran sebagai transaksi bisnis yang disepakati
oleh pihak yang terlibat sebagai sesuatu yang bersifat kontrak jangka pendek yang memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks dengan metode
yang beraneka ragam.
B. 2. Definisi Pelacur