Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode keperiode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno 2004 dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negaradaerah. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi didaerah diukur dengan pertumbuhan PDRB bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi Sukirno, 1994 : 456. Adapun beberapa factor sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik yaitu, Ricardo, Malthus dan Stuart Mill dimana bahwa: 1. Tanah dan kekayaan alam lainnya. Kekayaan alam negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh, 2 dan jumlah atau jenis kekayaan barang tambang yang ada. Hal ini akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat hambatan dalam mengembangkanya, kekurangan modal, tenaga ahli dan pengetahuan hingga terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi. Untuk mengatasi hambatan yang ada, maka perlu adanya modal yang cukup, teknologi, teknik produksi dan tenaga-tenaga ahli secara efisien dan dapat menguntungkan. Peranan penanaman modal dan barang-barang pertanian untuk diekspor menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat mendorong maupun menghambat dalam perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja. 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam membicarakan masalah-masalah pembangunan dinegara berkembang ahli ekonomi telah menunjukan bahwa 3 sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan. 5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Sekitar pada tahun 1998 Indonesia mulai mengalami krisis dari dampak krisis dunia. Kerusuhan yang begitu hebat melanda Indonesia, dimana pada saat itu terjadi penjarahan hingga, perekonomian menurun drastis. Hal ini terjadi dijantung perekonomian Indonesia, tepatnya DKI Jakarta dan hal ini berujung pada krisis moneter yang menyebabkan morat maritnya perekonomian DKI Jakarta. PDRB saat itu mengalami kemerosotan yang drastis sekitar -17,49. Hal ini tentunya membuat perekonomian Indonesia dan khususnya DKI Jakarta yang merupakan pusat perekonomina Indonesia mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi tetapi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 indonesia mengalami kebangkitan walaupun sedikit-demi sedikit. Kenapa demikian? Karena dengan memulai dari periode 1987 dimana Indonesia delapan tahun sebelum mengalami krisis dan berakhir pada periode 2009, dimana tiga belas tahun setelah mengalami krisis. Tabel 1.1 Data PDRB DKI Jakarta Atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005-2009 Tahun Nilai PDRB Juta rupiah Laju Pertumbuhan 2005 295.270.545,00 6,01 2006 312.826.713,00 5,95 2007 322.971.255,00 6,44 2008 353.539.057,00 6,22 2009 371.399.302,00 5,01 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka, 2010. 4 Pada perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi DKI Jakarta pada periode sebelumnya mengalami fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional dan perkembangan pertumbuhan pada Propinsi DKI Jakarta dimana pada tahun 2005 PDRB mengalami kenaikan sekitar 6,01 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat 5,95 persen. Namun pada tahun 2007 dampak dari peningkatan harga tersebut mulai berkurang, perekonomian DKI tumbuh lebih cepat, yaitu 6,44 persen. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta kembali melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia sedikit banyak turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Jakarta, sehingga pada tahun 2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01 persen. BPS, 2010:18-21. Perannya sebagai ibu kota tidak hanya sekedar menjadi pusat pemerintahan, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, konsekuensinya sekitar 72 persen perekonomian Jakarta digerakkan oleh jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menciptakan nilai tambah sekitar 30 persen dari PDRB DKI Jakarta, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sekitar 20 persen. Sisanya, sekitar 22 persen disumbangkan oleh sektor jasa kemasyarakatan, jasa perorangan, dan jasa transportasi dan komunikasi. Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang 5 setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap. Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya beli, sehinga permintaan akan meningkat Todaro, 1997:63. Namun apabila Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Tabel 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis kelamin di DKI jakarta 2005-2009 Sumber data : sakernas BPS DKI jakarta, 2010 Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Daerah DKI Jakarta dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis Tahun TPAK 2005 63,08 2006 62,72 2007 61,04 2008 68,68 2009 66,60 6 manejer, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK dari 2005 mengalami kenaikan sebesar 1,78 persen. Pada tabel 1.3 diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan papada tahun 2005-2008 mengalami peningkatan dan penurunan yang relative pada tahun 2009, jumlah penduduk usia kerja di Jakarta yang masuk pasar kerja Jakarta, yang diukur dengan TPAK, setiap tahunnya rata-rata berjumlah 62,84 persen dari total penduduk bekerja sekitar 4,2 juta jiwa. Setelah itu TPAK berangsur meningkat meskipun masih sangat berfluktuasi, dengan persentase tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 68,68 persen sekitar 4,77 juta jiwa. BPS, 2010:23. Melihat kondisi Jakarta yang sedimikian rupa maka peningkatan modal pada saat itu juga sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan luar negeri melalui ekspor guna menambah cadangan devisa. Pada dasarnya Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. 7 Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, lisensi, joint venture, dan lain-lain. Investasi oleh penduduk dalam negeri merupakan pengakuisisian surat-surat berharga luar negeri dan aset fisik. Investasi luar negeri dalam aset keuangan khususnya lembaga investasi dilakukan untuk mendiversifikasi resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang diterima dengan investasi yang sebanding di dalam negeri. Investasi luar negeri langsung dalam bentuk fisik di dalam pabrik manufaktur yang baru dan cabang-cabang penjualan yang lebih bagi pengusaha multinasional. Kota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang paling padat dibandingkan dengan propinsi lainya diindonesia. Kepadatan penduduk kota Jakarta ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya dengan tujuan untuk menetap dijakarta untuk mencari nafkah. Hal ini disebabkan oleh produktifitas dijakarta sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainya di Indonesia. Masyarakat pun beranggapan bahwa mencari uang atau mencari pekerjaan dijakarta lebih mudah karena lapangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang ada dipropinsi lain di Indonesia, sehingga penduduk desa lebih banyak ingin mengadu nasib dijakarta dan itu semua membuat pendapatan DKI Jakarta meningkat sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi Jakarta saat ini ikut pula meningkat hal ini dikarenakan banyak factor, salah satunya adalah banyaknya investasi asing yang menanamkan modal dijakarta dan tingginya perkembangan ekspor dijakarta. 8 Tabel 1.3 Perkembangan penanaman modal asing PMA 2005-2009 Nilai persetujuan pemerintah Tahun PMA Proyek Investasi Ribu US 2005 796 2.624.156 2006 801 2.635.281 2007 916 6.091.830 2008 434 9.927,8 2009 433 5.510,8 Sumber data: BPS, indicator ekonomi DKI Jakarta,2010 Berdasarkan tabel diatas, perkembangan penanaman modal asing PMA dalam kurun waktu 2005-2008 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 dimana bidang usaha jasa-jasa lainnya memberikan kontribusi yang besar sedangkan pada tahun 2006 nilai investasi yang disetujui sebesar 2.635.281 ribu US . Tahun 2007 sebesar 6.091.830 ribu US . Secara keseluruhan kurun waktu dari tahun 2005- 2009 mengalami mengalami penurunan nilai investasi yang sangat berarti. Investasi di harapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta. Karena melihat perkembangan perekonomian Jakarta yang sangat tinggi dan merupakan ibu kota atau pusat perekonomian Indonesia, peran investasi dari luar negeri PMA di harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Jakarta, melihat investor-investor luar yang menanamkan modalnya di Jakarta, hal ini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Daerah DKI Jakarta. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musleh Jawas, 2008 menyatakan bahwa, Pengaruh investasi asing mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa Negara. Oleh karena 9 itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai penghasil devisa. Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan ekspor, tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Tabel 1.4 Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009 Tahun Nilai Ekspor Milyar US Perubahan 2005 26.958.167.238 10,03 2006 29.809.517.841 10,58 2007 32.186.884.841 7,98 2008 36.090.170.062 12,13 2009 37.060.160.034 10,26 Sumber data : BPS, Ekspor DKI Jakarta, 2009 Selama kurun waktu lima tahun terakhir, nilai ekspor DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan dimana nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah mencapai 37,06 milyar US . Sedangkan pada tahun 2005 nilai ekspor baru mencapai 26,95 milyar US . Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor sebab pada saat terjadi penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat. Masalah terkait dalam meningkatkan pertumbuhan PDRB antara perekonomian tenaga kerja dimana melihat perkembangan ketenagakerjaan DKI jakarta yang merupakan tujuan utama bagi para pencari kerja pada tenaga kerja daerah akan menyebabkan meningkatnya pula urbanisasi dan peningkatan penawaran kesempatan tenaga kerja, sedangkan pada perdagangan internasional dimana investasi asing dan ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak 10 proses pemulihan ekonomi nasional. Dalam teori ekonomi makro macro economi theory , hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuni Priadi Utomo mengenai ekspor mendorong pertumbuhan atau pertumbuhan mendorong ekspor mengatakan bahwa, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi indonesia. Ekspor terutama migas dan gas bumi hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan yang kemudian pandangan ini sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK, investasi asing PMA, dan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya pada produk domestik regional bruto PDRB. Dengan begitu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA TPAK, INVESTASI ASING PMA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009 ” 11

B. Rumusan Masalah