Tes Kemampuan Penalaran Matematis KPM

Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Reliabiltas dan Validitas Tes KAM Reliabiltas No Soal Validitas No Soal Validitas r xy Kriteria r xy Kriteria 0,62 1 0,510 Valid 17 0,540 Valid 2 0,504 Valid 18 -0,273 Tidak Valid 3 0,489 Valid 19 0,430 Valid 4 0,352 Valid 20 0,131 Tidak Valid 5 0,480 Valid 21 0,436 Valid 6 0,351 Valid 22 0,466 Valid 7 0,455 Valid 23 0,467 Valid 8 0,484 Valid 24 0,482 Valid 9 0,464 Valid 25 0,408 Valid 10 0,123 Tidak Valid 26 0,296 Tidak Valid 11 0,408 Valid 27 0,256 Tidak Valid 12 0,368 Valid 28 0,543 Valid 13 -0,193 Tidak Valid 29 0,379 Valid 14 0,569 Valid 30 0,252 Tidak Valid 15 0,490 Valid 31 0,286 Tidak Valid 16 0,378 Valid 32 0,444 Valid

2. Tes Kemampuan Penalaran Matematis KPM

Dalam penelitian ini, tes KPM digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Materi pokok yang diujikan adalah sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel SPLDV, SPLTV, SPLK, PtK, PtL. Tes kemampuan ini berbentuk uraian yang terdiri dari enam butir soal. Tes KPM disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen yang baik dan benar. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes yang mencakup kompetensi dasar, indikator yang diukur, aspek yang diukur, dan tes. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Indikator yang diukur dalam tes KPM adalah 1 kemampuan menyatakan situasi masalah dengan menggunakan gambar dan fakta dalam menyelesaikan soal; 2 kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen- argumen logis; dan 3 kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen-argumen logis dan menarik kesimpulan logis dari penyelesaian yang diperoleh. Kemudian menyusun tes beserta kunci jawaban. Aturan pemberian skor untuk setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran seperti terlihat pada Tabel 3.9 berikut ini. Tabel 3.9 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran Matematis Menggunakan Holistic Scoring Rubrics Skor Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Kemampuan menyatakan situasi masalah dengan menggunakan gambar dan fakta dalam menyelesaikan soal Kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen- argumen logis Kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen-argumen logis dan menarik kesimpulan logis dari penyelesaian yang diperoleh Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa 1 Dapat menyatakan situasi masalah dengan menggunakan gambar dan fakta Hanya sebahagian dapat menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen- argumen logis Hanya sebahagian dapat menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen-argumen logis 2 Dapat menyatakan situasi masalah dengan menggunakan fakta dalam menyelesaikan soal dengan benar Dapat menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen- argumen logis dengan benar Dapat menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti argumen- argumen logis dengan benar 3 Dapat menarik kesimpulan logis dari penyelesaian yang diperoleh Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 6 Diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jacabscin 1996, Ansari 2003, dan Wihatma 2004 Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tes KPM, terlebih dahulu divalidasi oleh lima orang penimbang berlatar belakang S3 pendidikan matematika yang dianggap ahli dalam pendidikan matematika. Para penimbang diminta untuk menilai atau mempertimbangkan dan memberikan saran atau masukan mengenai validitas muka dan isi dari tes tersebut. Pertimbangan validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari segi bahasa atau redaksional dan kejelasan soal dari segi gambar atau representasi. Pertimbangan vaditas isi didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan materi pokok yang diberikan, indikator pencapaian hasil belajar, aspek KPM yang diukur dan tingkat kesukaran untuk siswa SMA kelas X. Hasil pertimbangan validitas muka dan isi dari lima penimbang disajikan pada lampiran C-2 halaman 479. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. H o : Para penimbang memberikan pertimbangan yang sama H 1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak sama Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai probabilitas sig. lebih besar dari α = 0,05, maka H o diterima dan dalam keadaan lainnya H o ditolak. Hasil perhitungan validitas muka dan isi tes KPM dengan menggunakan statistik Q-Cochran disajikan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11. Tabel 3.10 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Tes KPM Test Statistics N 6 Cochrans Q 3.000 a df 4 Asymp. Sig. .558 a. 1 is treated as a success. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.11 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Tes KPM Test Statistics N 6 Cochrans Q 3.000 a df 4 Asymp. Sig. .558 a. 1 is treated as a success. Berdasarkan Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 di atas terlihat bahwa harga ststistik Q-Cochran untuk validitas muka dan isi adalah 3 dengan angka signifikansi asimtotis 0,56 lebih besar dari 0,05, sehingga H o diterima. Jadi para penimbang memberikan pertimbangan yang sama terhadap validitas muka dan isi setiap butir tes KPM. Setelah tes diperbaiki berdasarkan masukan para penimbang, dilakukan uji coba pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Pekanbaru sebanyak 40 siswa. Data hasil uji coba tes KPM serta perhitungan reliabilitas instrumen dan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-2 halaman 482. Selanjutnya untuk menguji validitas butir soal, skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Hipotesis diajukan sebagai berikut. H o : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dan skor total. H 1 : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dan skor total. Untuk menguji hipotesis ini digunakan rumus product moment dari Karl Pearson. Kriteria pengujian yang digunakan, yakni: jika r hitung r xy ≥ r tabel, maka H o ditolak, dalam keadaan lainnya H o diterima. Pada taraf α = 0,05 dengan N = 40 diperoleh r tabel = 0,31. Perhitungan reliabilitas soal digunakan Cronbach-Alpha. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dan koefisien korelasi setiap butir soal tes KPM disajikan pada Tabel 3.12. Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Butir Tes KPM Reliabilitas Nomor Butir Tes Validitas Koefisien Korelasi r xy Kriteria 0,81 1 0,685 Valid 2 0,294 Tidak Valid 3 0,855 Valid 4 0,821 Valid 5 0,288 Tidak Valid 6 0,870 Valid Dari Tabel 3.12 terlihat 4 butir soal nomor 1, 3, 4 dan 6 koefisien r hitung r xy lebih besar dari r tabel 0,31 sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dengan skor total untuk 4 butir tes KPM dan dinyatakan valid. Nilai reliabilitas tes 0,81 tergolong tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tes KPM dapat digunakan untuk penelitian. Setelah dilakukan beberapa penyempurnaan, perangkat tes tersebut siap dipergunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Kisi-kisi dan perangkat tes selengkapnya disajikan pada lampiran B-5 halaman 445. 3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis KKM Dalam penelitian ini, tes KKM digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Materi pokok yang diujikan adalah sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel SPLDV, SPLTV, SPLK, PtK, PtL. Tes kemampuan ini berbentuk uraian yang terdiri dari enam butir tes. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tes KKM disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen yang baik dan benar. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes yang mencakup kompetensi dasar, indikator yang diukur, aspek yang diukur, dan tes. Indikator yang diukur dalam tes KKM adalah 1 kemampuan menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya secara tertulis ke dalam gambar atau grafik menggambar; 2 kemampuan menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya ekspresi matematis; dan 3 kemampuan menjelaskan konsep dan ide dari suatu gambar yang diberikan ke dalam model matematika secara tertulis dan menyelesaikannya menulis. Kemudian menyusun tes beserta kunci jawaban. Aturan pemberian skor untuk setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran seperti terlihat pada Tabel 3.13. Sebelum digunakan, tes KKM terlebih dahulu divalidasi oleh lima penimbang berlatar belakang S3 pendidikan matematika yang dianggap ahli dalam pendidikan matematika. Para penimbang diminta untuk menilai atau mempertimbangkan dan memberikan saran atau masukan mengenai validitas muka dan isi dari tes tersebut. Pertimbangan validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari segi bahasa atau redaksional dan kejelasan soal dari segi gambar atau representasi. Pertimbangan vaditas isi didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan materi pokok yang diberikan, indikator pencapaian hasil belajar, aspek KKM yang diukur dan tingkat kesukaran untuk siswa SMA kelas X. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.13 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Holistic Scoring Rubrics Skor Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Kemampuan menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya secara tertulis ke dalam gambar atau grafik menggambar Kemampuan menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya ekspresi matematis Kemampuan menjelaskan konsep dan ide dari suatu gambar yang diberikan ke dalam model matematika secara tertulis dan menyelesaikannya menulis Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa 1 Dapat menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dan hanya sedikit dapat menyelesaikan masalah secara tertulis Dapat menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika dengan benar Dapat menjelaskan konsep dan ide dari suatu gambar yang diberikan, dan hanya sedikit dapat membuat model matematika dengan benar 2 Dapat menyelesaikan masalah secara tertulis dengan benar Dapat menyelesaikan masalah dengan benar Dapat membuat model matematikanya dengan benar 1 Dapat menyelesaikan masalah dengan benar 3 Dapat menggambar grafik dengan benar Skor maksimal = 6 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 4 Diadaptasi dari Cai, Lane, Jacabscin 1996, Ansari 2003, dan Wihatma 2004 Hasil pertimbangan validitas muka dan isi dari lima penimbang disajikan pada lampiran C-3 halaman 483. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. H o : Para penimbang memberikan pertimbangan yang sama H 1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak sama Untuk menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas muka dan isi oleh lima penimbang, dianalisis dengan menggunakan ststistik Q-Cochran. Kriteria pengujian yang digunakan, yakni: jika nilai probabilitas sig. lebih besar dari α = 0,05, maka H o diterima dan dalam keadaan lainnya H o ditolak. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Hasil perhitungan validitas muka dan isi tes KKM menggunakan statistik Q-Cochran disajikan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15. Tabel 3.14 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Tes KKM Test Statistics N 6 Cochrans Q 3.000 a df 4 Asymp. Sig. .558 a. 1 is treated as a success. Tabel 3.15 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Tes KKM Test Statistics N 6 Cochrans Q 3.000 a df 4 Asymp. Sig. .558 a. 1 is treated as a success. Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 menunjukkan bahwa harga statistik Q-Cochran untuk validitas muka dan isi adalah 3 dengan nilai asymp. sig. 0,56 lebih besar dari 0,05, sehingga H o diterima. Dengan demikian, para penimbang memberikan pertimbangan yang sama terhadap validitas muka dan isi setiap buitr tes KKM. Setelah tes diperbaiki berdasarkan masukan para penimbang, dilakukan ujicoba pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Pekanbaru sebanyak 40 siswa. Data hasil ujicoba tes KKM, perhitungan reliabilitas instrumen dan validitas butir tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-3 halaman 486. Selanjutnya untuk menguji validitas butir tes, skor setiap butir tes dikorelasikan dengan skor total. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu H o : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dan skor total. H 1 : Ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dan skor total. Untuk menguji hipotesis ini digunakan rumus product moment dari Karl Pearson. Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika r hitung r xy ≥ r tabel, maka H o ditolak; dalam keadaan lainnya H o diterima. Pada taraf α = 0,05 dengan N = 40 diperoleh r tabel = 0,31. Dalam perhitungan reliabilitas tes digunakan Cronbach-Alpha. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dan koefisien korelasi setiap butir tes KKM disajikan pada Tabel 3.16. Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Butir Tes KKM Reliabilitas Nomor Butir Tes Validitas Koefisien Korelasi r xy Kriteria 0,66 1 0,468 Valid 2 0,696 Valid 3 0,844 Valid 4 0,823 Valid 5 0,298 Tidak Valid 6 0,610 Valid Pada Tabel 3.16 dapat dilihat bahwa pada lima butir tes butir nomor 1, 2, 3, 4, dan 6 koefisien r hitung r xy lebih besar dari r tabel 0,31 sehingga H o ditolak. Jadi, ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dengan skor total untuk lima butir tes tersebut. Dengan demikian, lima butir tes KKM dinyatakan valid. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tes KKM dapat digunakan untuk penelitian. Setelah dilakukan beberapa penyempurnaan, perangkat tes KKM siap dipergunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Kisi-kisi dan perangkat tes selengkapnya disajikan pada lampiran B-7 halaman 453. Nahor Murani Hutapea, 2013 Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Skala Kemandirian Belajar Siswa dalam Matematika