Lingkungan anak dalam keluarga bukan hanya orang tua, tetapi juga keluarga lain seperti nenek, kakek, bibi, paman, semuanya yang memiliki sistem kekerabatan
dengan mereka turut membangun perilaku kesehatan remaja. Sehingga remaja mampu hidup bertanggung jawab, bergaul dengan baik terhadap teman, sopan dan
memiliki tutur kata yang baik.
5.3. Hubungan Pola asuh Orang tua dengan Perilaku Kesehatan Remaja Pada Keluarga Batak Toba
Pola Asuh orang tua yang sangat demokratis 100 memengaruhi remaja berperilaku kesehatan yang baik. Pada pola asuh cukup demokratis 55
memengaruhi perilaku kesehatan dengan cukup baik. Sebaliknya pada pola asuh orang tua yang kurang demokratis memengaruhi remaja 72,7 berperilaku kesehatan
kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua yang
demokratis akan memengaruhi remaja untuk lebih berperilaku hidup sehat sedangkan dengan pola asuh kurang demokratis akan memengaruhi anak remaja berperilaku
kurang baik untuk kesehatannya. Terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh demokratis terhadap perilaku kesehatan remaja pada keluarga Batak Toba di
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Orang tua Batak Toba menerapkan pola asuh demokratis sudah tertanam dari
nilai-nilai budaya yang ada yaitu nilai kekerabatan dalihan natolu. Sebagaimana salah satu contoh untuk penanganan masalah kesehatan, bahwa keputusan masalah
Universitas Sumatera Utara
kesehatan berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan. Jadi
ada keputusan diperoleh atas kesepakatan atau persetujuan semua pihak keluarga. Sesuai dengan pernyataan Chabib Thoha 1996:111 bahwa dalam pola asuh
demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, dan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga
sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri serta memiliki perilaku yang sehat sudah mulai ditanamkan orang tua kepada anak remaja.
Contoh pola asuh yang memberikan kebebasan, bertanggung jawab akan menyebabkan remaja lebih percaya dan lebih terbuka, mudah bekerjasama sehingga
anak akan cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki perilaku yang sehat. Dengan pola
asuh demokratis tersebut, anak juga lebih mampu mengontrol dan mengarahkan emosinya. Remaja dapat lebih memahami kebiasaaan temannya dan bekerjasama
dengan orang lain. Orang tua dalam keluarga Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir dalam mengasuh anak lebih cenderung, mengasuh dengan teknik-teknik asuhan yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri, perilaku hidup sehat
dengan baik, orang tua bersikap mendukung sekaligus memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan yang diberikan, dan mendorong kepribadian dan perilaku
yang sehat dan bertanggung jawab, saling menghormati, menghargai dan tidak menonjolkan diri.
Universitas Sumatera Utara
Pada pola asuh otoriter di dalam keluarga, orang tua lebih cenderung memaksakan kehendaknya, dengan sifat yang akan dibawanya, seringkali memaksa
anak untuk berperilaku seperti dirinya orang tua. Hal ini dapat berdampak buruk dalam pergaulan, muncul perilaku anak yang cukup ekstrem. Anak cenderung
menjauhkan diri dari lingkungan menarik diri secara sosial. Pola asuh menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut dalam waktu lama akan
menjadi otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya, akhirnya sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri. Siti Rahayu H
dalam Chabib Toha 1996:113 menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat remaja tidak mandiri, karena segala sesuatunya diatur oleh orang
tua. Dari pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap perilaku kesehatan remaja
pada keluarga Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir terlihat, pola asuh cukup otoriter mayoritas 56,8 memengaruhi remaja berperilaku
kesehatan yang kurang baik, dan ada 43,2 memengaruhi perilaku kesehatan dengan cukup baik, dan tidak ditemukan pada perilaku kesehatan baik. Berarti bila
pola asuh yang diterapkan orang tua otoriter akan membuat remaja untuk lebih berperilaku hidup kurang sehat. Pada pola asuh kurang otoriter ditemukan 41,2
perilaku kesehatan kurang baik dan 41,2 juga dengan perilaku kesehatan baik, sementara ada 17,6 ditemukan pada remaja dengan perilaku kesehatan yang cukup
baik. Pola asuh orang tua yang tidak otoriter memengaruhi remaja 100 berperilaku kesehatan baik.
Universitas Sumatera Utara
Dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua semakin tidak otoriter, maka akan memengaruhi anak remaja untuk berperilaku semakin baik untuk perilaku
kesehatannya. Dan sebaliknya semakin orang tua otoriter terhadap remaja maka perilaku kesehatannya akan semakin buruk. Ada hubungan yang signifikan pola asuh
otoriter dengan perilaku kesehatan remaja pada keluarga Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Dalam hal menegakkan nilai filosopi Orang Batak Toba seperti memperjuangkan semangat religius; baik pada masa lalu maupun kini setidaknya
demikianlah yang terlihat dalam ritus-ritus yang sering dilakukan lebih tepatnya dapat menerapkan pola asuh yang otoriter. Orang Batak Toba juga sangat
menghargai orang yang memiliki banyak anak dan berumur panjang. Semakin banyak anak, dianggap semakin kaya seseorang.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan remaja yang dianggap sebagai generasi penerus orang tua pada keluarga Batak Toba yang akan membawa nama keluarga di
kemudian hari, maka orang tua sering menerapkan pola asuh yang otoriter. Orang tua mengharapkan remaja akan memberi kehormatan hasangapon. Selain itu, nilai
hasangapon merupakan langkah lanjut dari nilai religi, bahwa dengan banyaknya anak dan umur panjang berarti diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam bahasa
Batak disebut juga: Anakon hi do hamoraon di ahu anak adalah kekayaan . Untuk memperjuangkan nilai kehormatan, keluarga juga menerapkan pola asuh otoriter
terhadap anaknya, sehingga anak remaja menghormati orang tuanya, dan mereka yang lebih tua dari usianya.
Universitas Sumatera Utara
Pola asuh permisif adalah cara orang tua mengasuh anak secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup
berarti bagi perilaku kesehatan anaknya Chabib Thoha, 1996:112. Pernyataan tersebut didukung oleh Agoes Dariyo 2004:98 yang menyatakan bahwa apa yang
diinginkan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak, dari sisi negatif anak kurang disiplin, memiliki perilaku yang tidak sehat atau
menyimpang. Hal tersebut memungkinkan kepribadian remaja lebih rendah daripada yang diasuh dengan pola asuh demokratis. Namun, bila anak mampu menggunakan
kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang memiliki kepribadian yang baik memiliki perilaku yang sehat.
Dari hasil penelitian dengan pola asuh orang tua yang cukup permisif 36,2 memengaruhi remaja berperilaku kesehatan yang kurang baik, dan ada 21,3
memengaruhi perilaku kesehatan dengan cukup baik, dan ada 42,6 ditemukan pada perilaku kesehatan baik. Demikian juga pada pola asuh tidak permisif, ditemukan
bahwa perilaku kesehatan remaja kurang baik ada 5,9, berperilaku kesehatan cukup baik 35,3 dan perilaku kesehatan baik ada 58,8. Sedangkan pada pola asuh
kurang permisif memengaruhi remaja 100 berperilaku kesehatan kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua semakin tidak permisif, maka
akan memengaruhi anak remaja untuk berperilaku semakin baik untuk kesehatannya. Dan sebaliknya semakin orang tua kurang permisif terhadap remaja maka perilaku
kesehatannya akan semakin buruk.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Kesehatan Remaja Pada Keluarga Batak Toba