Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur klien responden dengan kebiasaan mengkonsumsi susu
formula dan yang tidak mengkonsumsi susu formula n=30 di Kelurahan Panji Dabutar
Variabel Mean SD Mean t SE p
Difference Difference value
Kualitas tidur responden yang 20,23 1,736 mengkonsumsi susu formula
3,200 6,274 0,510 0.000
Kualitas tidur responden yang 17,03 2,189 tidak mengkonsumsi susu
formula
2. Pembahasan
2.1 Kualitas tidur batita Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang mampu dilihat dari kemampuan
individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan Non REM KozierErb, 1987. Kualitas tidur dapat
diidentifikasikan dari beberapa parameter tidur dan dalam penelitian ini meliput i lama waktu memulai tidur, jumlah jam tidur malam hari, frekue nsi terbangun di
malam hari, kepulasan tidur, frekuensi tidur di siang hari dan jumlah jam tidur di siang hari.
Berdasarkan parameter tidur tabel 5.2 menunjukkan bahwa batita dengan kebiasaan mengkonsumsi susu membutuhkan waktu kurang dari 15 menit untuk
dapat tertidur 73 . Temuan ini sesuai dengan bahan tinjauan pustaka bahwa susu mengandung alfa protein cukup tinggi terutama triptofan dimana triptofan
merupakan komponen penting dalam sistem saraf dan berfungsi sebagai precursor
Universitas Sumatera Utara
pembentukan serotonin sehingga dengan bertambahnya jumlah triptofan maka jumlah serotonin yang terbentuk juga akan meningkat dan menyebabkan keadaan
mengantuk atau tidur Taylor et al., 2001; Irawan, 2006. Sedangkan batita yang tidak mengkonsumsi susu formula mayoritas
membutuhkan waktu untuk memulai tertidur 16-30 menit 60. Hal ini dimungkinkan karena sistem serotonin terhambat pembentukannya sehingga
menyebabkan keadaan terjaga menjadi memanjang Taylor ed all., 2001. Pada penelitian ini, batita dengan kebiasaan mengkonsumsi susu formula
mempunyai jumlah jam tidur di malam hari 7 jam 97 dan kepulasan tidur responden dengan kebiasaan yang mengkonsumsi susu sangat nyenyak 77.
Hal ini mengidentifikasi adanya efek pemberian susu yang mengandung alfa protein kaya asam amino terutama triptofan dan alfa protein yang terdapat pada
susu sehingga membuat anak dapat tertidur lebih lelap. Mekanisme menuju kenyamanan dalam tidur merupakan interaksi molekul-molekul dalam susu dan
merupakan reaksi yang terjadi dalam tubuh akibat asupan susu tersebut. Pengaruh sejumlah alfa protein atau triptofan yang terdapat pada susu membuat anak
tertidur lelap. Selain itu kepulasan tidur juga dipengaruhi ketika responden tidur tidak menggunakan popok, sehingga membuat responden terbangun karena
kencing saat tidur Irawan, 2006: Wahyu, 2005. Batita yang tidak mengkonsumsi susu formula mempunyai jumlah jam
tidur di malam hari 6-7 jam 40 dan kepulasan tidur batita yang tidak mengkonsumsi susu formula mengalami tidur tetapi tidak cukup nyenyak 57.
Hal ini dapat dimungkinkan dari adanya berbagai kondisi fungsi tubuh yang
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap tidur batita diantaranya pengaruh hormone melatonin yang mengakibatkan menurunnya kemampuan sel untuk melaksanakn fungsinya
sehingga seseorang tersebut menjadi tidak teratur ritme hidupnya, mudah terjaga dan mudah mengalami kecemasan Ali, 2006.
Batita dengan kebiasan mengkonsumsi susu formula mayoritas tidur siang sebanyak 2 kali dan waktu yang dibutuhkan untuk tidur siang selama 1-2 jam dan
yang tidak menkonsumsi susu formula mayoritas tidur siang sebanyak 1 kali dan waktu yang dibutuhkan untuk tidur siang kurang dari 1 jam . Hal ini dapat terjadi
dari aspek usia batita diantaranya seiring dengan bertambahnya usia anak-anak maka kebutuhan mereka untuk tidur siang juga menurun.
2.2 Perbedaan kualitas tidur batita
Dari tabel 5.3 diperoleh data bahwa 97 batita dengan kebiasaan mengkonsumsi susu formula memiliki kualitas tidur yang baik. Hasil ini sesuai
dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa batita yang mengkonsumsi susu formula akan mendapatkan peningkatan kualitas tidur yang baik dari pada batita
yang tidak mengkonsumsi susu formula karena susu formula mengandung alfa protein yang cukup tinggi terutama triptofan dapat membuat anak tertidur lebih
lelap dan tidak terlalu rewel. Kadar peningkatan alfa protein secara langsung dapat meningkatkan triptofan yang memiliki hubungan dalam peningkatan tidur
yang aktif yang lebih lama sehingga akan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan dan tumbuh kembang anak karena disaat tidur pertumbuhan otak dan
fisik berkembang secara optimal Wahyu, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Hasil di atas bila dibandingkan dengan kualitas tidur batita yang mengkonsumsi susu formula dan yang tidak mengkonsumsi formula menunjukkan
hasil yang berbeda dimana batita yang tidak mengkonsumsi susu formula mengalami kualitas tidur buruk 27 sesuai tabel 5.3. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Sekartini 2004 melaporkan bahwa anak yang berumur kurang dari 3 tahun sekitar 51,3 mengalami gangguan tidur dimana 44,2 jumlah jam
tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun pada malam hari lebih dari 3 kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari 1 jam. Dan pada penelitian Juwita 2008
juga melaporkan bahwa responden balita dengan kebiasaan mengkonsumsi susu formula mengalami kualitas tidur yang baik 97 dan responden yang
mengalami kualitas tidur buruk 3. Sedangkan responden balita dengan kebiasaan tidak mengkonsumsi susu formula mengalami kualitas tidur baik 78
dan responden yang mengalami kualitas tidur buruk 22. Penelitin ini juga sejalan dengan tinjauan pustaka bahwa asupan alfa protein yang menaikkan kadar
triptofan akan berpengaruh terhadap kualitas tidur anak Wahyu,2005. Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan oleh manusia untuk
terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh tyang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Sebagian besar penelitan menunjukkan bahwa peristiwa tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone antara
lain serotonin, asetilkolin dan dupamin yang saling berinteraksi dalam menidurkan dan membangunkan seseorang Shwan Keith, 2002. Tidur yang
cukup sangat perlu diperhatikan karena jumlah dan kualitas tidur sangat
Universitas Sumatera Utara
membantu pertumbuhan anak karena disaat tidur homon pertumbuhan anak bekerja secara optimal. Selain itu tidur yang cukup juga sangat membantu
perkembangan kognitif dan emosional anak. Apabila anak mengalami tidur yang kurang maka akan memberikan dampak terhadap tumbuh kembang otak anak
terutama kemampuan berpikirnya. Jika tidur anak terganggu maka kadar sel darah putih dalam tubuh anak akan menurun sehingga efektifitas sistem daya tahan
tubuh anak juga menurun sehingga anak mudah sakit dan pertumbuhannya juga terganggu.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikan adalah 0,000 p0,05 dengan demikian ada pengaruh kebiasaan mengkonsumsi susu formula
terhadap kualitas tidur batita.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN