2.1.4 Minyak Lumas Mesin Kendaraan
Pada awal pengilangan, minyak lumas termasuk produk kedua setelah kerosine. Pelumas merupakan hasil sampingan dari pabrik parafin wax. Tahun
1860, untuk keperluan pelumasan digunakan minyak lemak lard oil, minyak ikan sperm oil dan talek tallow. Karena pentingnya pelumasan kemudian
digunakan minyak binatang dan minyak tumbuh-tumbuhan animal and vegetable oil seperti fatty oil, castor oil, palm oil, dan sebagainya. Dengan berkembangnya
industri, maka kebutuhan akan minyak lumas menjadi bertambah, termasuk untuk kebutuhan pelumasan pada mesin kendaraan bermotor. Mudjiraharjo, 2005: 1
PRIMA XP SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin yang diformulasikan dari bahan dasar pilihan berkualitas tinggi dari jenis HVI dengan
aditif hasil teknologi mutakhir dalam jumlah, jenis dan komposisi yang optimal, antara lain detergent dipersant, anti oksidasi, anti aus serta VII Viscosity Index
Improper yang kesemuanya mampu memberikan perlindungan yang maksimal terhadap bagian-bagian mesin yang dilumasi. PRIMA XP SAE 20W-50 memiliki
keunggulan utama yaitu mempunyai kekentalan ganda multigrade, mantap pada suhu tinggi dan rendah sehingga mesin yang dilumasi dengan pelumas ini mudah
dihidupkan pada waktu suhu rendah serta tetap mempunyai kekentalan yang sesuai untuk pelumasan pada suhu dan kecepatan tinggi.
Formula pelumas ini dikembangkan khusus untuk memberikan perlindungan terhadap pembentukan endapan dan mempunyai ketahanan terhadap
degradasi serta mempunyai karakteristik tingkat penguapan yang sangat kecil sehingga konsumsi pelumasnya lebih hemat. PRIMA XP SAE 20W-50
merupakan generasi pelumas terbaru sebagai upaya peningkatan kualitas pelumas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mesran Prima generasi sebelumnya. Pelumas ini diakui approved dan memperoleh sertifikat dari The American Petroleum Institute API Engine Oil
Licensing and Certification System EOLCS. PERTAMINA Lubricants Guide, 2006: 52-53
2.2 Metode Analisis Data
Dimana dalam mengolah suatu data yang akan diolah diperlukan analisis dari hasil output dari sebuah metode. Disini data diolah dengan menggunakan
metode Struktur Equation Modelling SEM yang akan kita analisis.
2.2.1 Struktural Equation Modelling SEM
Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau model
pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model
mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini
perlu dilakukan : 1. Pengembangan model berbasis teori.
2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas. 3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan structural dan
spesifikasi model pebgukuran. 4. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.
5. Menilai problem identifikasi. 6. Evaluasi
model. 7. Interpretasi dan modifikasi model.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.