dari tataran introduction, conflict, hingga ke tataran climax. 3 Resolution, berisi paparan pemecahan problem yang sudah diceritakan hingga mencapai climax
tersebut. 4 Coda, berisikan paparan tentang pelajaran moral lesson yang dimungkinkan bisa dipetik atas kejadian tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu wacana atau karangan yang ditulis berdasarkan suatu peristiwa
dalam satuan waktu. Karangan narasi dapat berupa kisah-kisah nyata dan dapat pula berupa kisah yang imajinatif dari penulisnya. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa menulis narasi merupakan suatu kegiatan menuangkan ide-ide yang dimiliki penulis ke dalam bentuk tulisan atau grafis. Ide-ide yang muncul
berdasarkan sebuah kejadian pernah dialami atau hanya sekedar imajinatif dari penulis sehingga dirangkai ke dalam sebuah wacana yang berurut. Tujuan penulisan
narasi dapat untuk memperluas pengetahuan pembaca dan dapat untuk menumbuhkan daya khayal pembaca.
b. Jenis Karangan Narasi
Narasi dibedakan menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Keraf 1981: 136-137 menjelaskan bahwa narasi ekspositoris merupakan wacana
yang bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamannya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para
pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.
Narasi ekspositoris sama halnya dengan narasi sugestif. Sama-sama pertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkai dalam suatu kejadian atau peristiwa.
Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tujuan atau sasaran utama narasi sugestif bukanlah untuk memperluas pengetahuan seseorang,
tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal imajinasi. Narasi
sugestif lebih pada mengisahkan suatu cerita atau kisah Keraf, 1981: 137-138. Perbedaan pokok antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif terdapat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif No.
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan.
Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi mengenai
suatu kejadian. Menimbulkan daya khayal.
3. Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat
untuk menyampaikan makna sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasa lebih condong informatif
dengan tidak berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
Bahasa yang condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan
penggunaan kata-kata konotatif.
Keraf, 1981: 138-139
c. Hakikat Narasi Ekspositoris
Keraf 1981: 136 menjelaskan bahwa narasi ekspositoris memiliki tujuan untuk menggugah pikiran para pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan.
Sasaran utama narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris menyampaikan
informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Bentuk narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap suatu kejadian,
rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtutan kejadian atau peristiwa yang disajikan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi
untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli disampaikan secara tertulis maupun lisan Keraf, 1981: 137.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat bersifat generalisasi.
1 Bersifat generalisasi
Keraf 1981: 137 menjelaskan bahwa narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, dapat
dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal tersebut. Contoh
dari narasi ini adalah bagaimana seseorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal dengan menggunakan bahan
fero-semen, dll.
2 Bersifat khas atau khusus
Narasi ekspositoris bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah
peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia hanya terjadi dalam satu waktu saja. Contoh dari narasi ini adalah narasi tentang pengalaman seseorang ketika
pertama kali masuk perguruan tinggi, pengalaman seseorang ketika pertama kali mengarungi samudra luas, pengalaman seseorang ketika pertama kali menerima
curahan kasih dari seorang pria idaman, dll Keraf, 1981: 137. Narasi ekspositoris juga termasuk narasi nonfiktif. Narasi nonfiktif meliputi
sejarah, biografi, dan autobiografi. Keraf 1981: 141 menjelaskan bahwa autobiografi dan biografi sudah sering diungkapkan sebagai bentuk narasi. Perbedaan
antara autobiografi dan biografi terletak dalam masalah naratornya pengisahnya, yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini. pengisahan dalam autobiografi
adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. Autobiografi dan biografi memiliki kesamaan, yaitu menyampaikan kisah yang
menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi. Narasi ekspositoris juga termasuk narasi nonfiksi. Salah satu narasi nonfiksi
adalah feature. Penulisan feature lebih santai dan fleksibel. Selain itu, feature lebih bersifat subjektif tersirat opini atau sudut pandang penulis sehingga opini itu
tersamar dalam pelukisan suatu profil atau peristiwa tertentu, penggunaan contoh- contoh, serta pertanyaan para sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya. Sebuah feature hendaknya ditulis dengan gaya teratur, deskriptif,
sedemikian rupa sehingga susunan kata dan kalimatnya mampu menggambarkan atau melukiskan suatu profil atau peristiwa tertentu. Oleh karena itu, feature
sesungguhnya sebuah “cerita”, tapi bukan cerita mengenai fiksi melainkan mengenai fakta.
d. Jenis-jenis Feature yang termasuk jenis narasi ekspositoris