Sumber Air Minum Sanitasi Lingkungan

2.1.2 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan Chandra, 2007.

2.1.2.1 Sumber Air Minum

Air merupakan hal yang pentinga bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum termasuk untuk memasak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare Dinkes Kota Semarang, 2014. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah: 1 Mengambil air dari sumber air yang bersih. 2 Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air. 3 Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak- anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran tangki septik, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter. 4 Menggunakan air yang direbus. 5 Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup Depkes RI, 2000. Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, maka masyarakat menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi air minum.Sumber air antara lain: Notoatmodjo, 2003 a. Air hujan Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya. b. Air permukaaan tanah Yang termasuk air permukaan tanah adalah air sungai dan danau. Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang megalir melaui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau ini. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu. c. Air tanah Yang termasuk air tanah adalah mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum. Air sumur dangkal berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Sehingga perlu direbus dahulu sebelum diminum. Air sumur dalam berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum langsung tanpa melalui proses pengolahan. Air bersih terutama yang digunakan sebagai air minum harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut: Sri Winarsih, 2009: 11-12 a. Syarat fisik, yaitu tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak berbau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara sehingga terasa nyaman. b. Syarat kimia, yaitu memiliki PH netral, kandungan mineral-mineralnya terbatas, dan tidak mengandung zat kimia atau mineral berbahaya misalnya CO 2 , H 2 S, NH 4 , dan sebagainya. c. Syarat bakteriologis, yaitu tidak mengandung bakteri penyebab penyakit patogen yang melampaui batas yang diijinkan. Bakteri patogen misalnya bakteri E . coli yang dapat menyebabkan diare dan Salmonella sp . yang mengakibatkan tifus. Kedua bakteri tersebut biasanya terdapat dalam kotoran manusia. Dalam kondisi normal, air tidak mengandung kedua bakteri tersebut. Jika ternyata mengandung bakteri tersebut, berarti air telah tercemar kotoran manusia.

2.1.2.2 Kondisi Jamban

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS METATU BENJENG KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015

0 35 22

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG.

0 5 13

HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toroh Kabu

0 1 18

HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toro

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

1 7 109

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH GARAM KOTA SOLOK TAHUN 2014.

0 0 11

HUBUNGAN PENYEDIAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, DAN KEBIASAAN IBU DALAM MENGAWASI KEBERSIHAN TANGAN BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG SEMARANG TAHUN 2016

0 2 62

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJUDAN

0 0 12