Pengertian Matematika Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika untuk Anak Autis

16 tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif sehingga dapat mengubah perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti serta dapat memecahkan persoalan matematika. Dalam hal ini adalah belajar matematika dapat membantu anak autis memecahkan persoalan matematika khususnya pada kemampuan operasi hitung penjumlahan. Serta anak autis dapat mengalami perubahan perilaku dari tidak bisa menjadi bisa saat menemukan persoalan matematika yang menjadi kesulitannya.

3. Kemampuan Penjumlahan Anak Autis

Menurut Sri Subarinah 2006:29 makna dari operasi penjumlahan adalah menggabungkan dua kelompok himpunan. Supiyah 2012 : 19 mengemukakan bahwa penjumlahan adalah merupakan salah satu operasi hitung untuk mengkombinasikan kuantitas atau jumlah. Dari dua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penjumlahan merupakan proses penyatuan 2 bilangan atau lebih secara kuantitatif menjadi sebuah bilangan yang disebut jumlah. Kemampuan penjumlahan adalah kecakapan seseorang untuk menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan. Bilangan merupakan bentuk dari simbol, simbol berkaitan dengan bahasa. Menurut Yuniar dalam Pamuji 2007 : 11 salah satu gangguan pada anak autis adalah gangguan komunikasi verbal dan non verbal. Kemampuan penjumlahan bilangan asli atau operasi hitung penjumlahan yang berbentuk simbol berkaitan dengan komunikasi non verbal. Jadi kemampuan penjumlahan anak autis adalah kecakapan anak autis untuk menyelesaikan operasi hitung penjumlahan 17 yang berbentuk simbol yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi non verbalnya.

4. Materi Pembelajaran Matematika bagi Anak Autis

Menurut Endang Novalina 2012 : 21-22 pembelajaran matematika bagi anak berkesulitan belajar matematika harus mengacu pada hal-hal sebagai berikut: a. Pelajaran matematika harus dimulai dari yang konkrit ke abstrak, dan pengarahan awal harus menggunakan objek-objek yang dapat dimanipulasi. b. Kegiatan belajar mengajar jangan menitikberatkan pada satu tahap saja misalnya banyak waktu disediakan untuk latihan soal padahal murid belum mengenal dan mengerti apa yang dipelajarinya. c. Memperhatikan bahasa lisan dan tulisan dalam prosedur mengajar. d. Memilih cara mengajar matematika yang sesuai bagi setiap murid berkesulitan belajar. Anak dengan kesulitan belajar matematika dalam hal ini adalah anak autis yang memiliki kesulitan belajar matematika pada kemampuan operasi hitung penjumlahan memerlukan perhatian khusus agar dapat mencapai tujuan belajar matematika itu sendiri, hal itu diwujudkan dengan mengajarkan anak untuk memanipulasi benda-benda agar anak dapat belajar mengabstrakkan benda, misalnya pada soal penjumlahan anak diberi soal seperti ini, 18 + = ... , maka guru mengajarkan bahwa soal tersebut sama dengan 2 + 1 = ... , yaitu dengan mengajarkan bahwa gambar banyaknya 2, dan gambar banyaknya 1. Kegiatan belajar mengajar perlu didahului dengan pengenalan materi yang akan disampaikan pada anak di setiap awal kegiatan belajar itu dimulai, anak harus terlebih dahulu paham dengan apa yang dipelajarinya, baru kemudian difokuskan menuju indikator yang harus dicapai oleh anak tersebut. Bahasa lisan maupun tulisan guru dalam prosedur mengajar juga harus diperhatikan. Bahasa yang digunakan hendaknya baku dan konsisten, mengingat subyek dalam penelitian ini merupakan anak autis. Cara mengajar pun harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak dan masing-masing gangguan anak. Dalam penelitian ini subjek merupakan anak autis, maka guru juga harus mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak sambil melatih dan meningkatkan kemampuan penjumlahan angka dalam pelajaran matematika. Materi matematika dasar untuk anak berkesulitan belajar, meliputi: keterampilan dasar berhitung, keterampilan numeral, keterampilan membilang dan operasi bilangan bulat. Prinsip pembelajaran matematika anak autis sama dengan pembelajaran matematika pada sekolah formal biasa. Hanya saja pada pembelajaran matematika anak autis dibutuhkan beberapa pra syarat menurut Endang Novalina 2012 : 21, yaitu: 1. Penanaman kontak dan komunikasi antara guru dan anak, mengingat anak autis memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi atau kontak sosial.