1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemimpinan dan konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada PT. Telkom Medan?
2. Apakah kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada PT. Telkom Medan?
3. Apakah konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada PT. Telkom Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT.
Telkom Indonesia Devisi Enterprise Service Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi PT. Telkom Indonesia Devisi Enterprise Service Medan
Sebagai sarana informasi dan masukan bagi pimpinanmanajemen perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan yang lebih baik.
2. Bagi Peneliti Suatu kesempatan yang baik bagi peneliti untuk dapat menerapkan ilmu yang
telah diperoleh selama proses perkuliahan dan memperluas cara berpikir ilmiah dalam bidang manajemen sumber daya manusia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Bagi Pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pimpinan yang memiliki kemampuan dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep
sekaligus menjabarkan tujuan – tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan
menguntungkan, dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan Kartono,2005:41. Menurut Matondang 2008:5, kepemimpinan adalah suatu
proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, dengan menjalin suatu hubungan interaksi antara pengikut
follower dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok Thoha, 2009:9. Kepemimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan – aturan atau
tata krama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu. Menurut Dharma 2003:136 kepemimpinan adalah proses kerjasama
diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang memotori setiap usaha bersama, yang memberikan model untuk diteladani, yang
memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.2 Sifat – Sifat Kepemimpinan
Menurut Kartono 2005:47 sifat – sifat kepemimpinan terdiri dari : 1. Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak
teratur, dan ditengah-tengah situasi yang sering tidak menentu. 2. Stabilitas Emosi
Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil, artinya seorang pimpinan tidak mudah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara
emosional. 3. Pengetahuan tentang relasi insani
Seorang pemimpin harus memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anggotanya, untuk dapat bersama-sama maju dan merasakan
kesejahteraan. 4. Kejujuran
Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi, yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain terutama bawahannya.
5. Objektif Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya
objektif tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri.
6. Dorongan pribadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keinginan dan kesesuaian untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati dan sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat
sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak.
7. Keterampilan berkomunikasi Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap
maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-
macam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.
8. Kemampuan Mengajar Pemimpin yang baik diharapkan dapat menjadi guru yang baik bagi
bawahannya, mengajar secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilankemahiran tekhnis tertentu,
dan menambah pengalaman mereka. Hal ini dimaksudkan agar para pengikutnya dapat memberikan loyalitas dan partisipasinya.
9. Keterampilan sosial Seorang pemimpin harus dapat bersikap ramah, terbuka, dan mudah menjalin
persahabatan berdasarkan rasa saling percaya, dan mudah menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai. Seorang
pemimpin menghargai pendapat orang lain, untuk dapat memupuk kerja sama yang baik dalam suasana rukun dan damai.
10. Cakap secara teknis atau manajerial
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran tekhnis tertentu, juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola,
menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak aman.
Ada 4 syarat kepemimpinan menurut Moeljono 2003:44 antara lain : 1. Adanya pengikut
2. Pemimpin yang efektif bukanlah selalu seseorang yang dipuja atau dicintai, namun mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat
benar. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil. 3. Pemimpin adalah mereka yang memberi contoh
4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan, atau uang. Kepemimpian adalah tanggung jawab.
2.1.3 Ciri-ciri Kepemimpinan
Ada enam ciri khusus kepemimpinan menurut Lensufiie 2010:19 yaitu sebagai berikut:
1. Bersedia mengambil risiko 2. Selalu menginginkan pembaharuan
3. Bersedia mengurus atau mengatur 4. Punya harapan yang tinggi
5. Menjaga sikap positif 6. Selalu berada di muka
Menurut Kouzes dan Posner 2004:26 ada 4 ciri-ciri kepemimpinan, antara lain:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Jujur Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika, yang bersikukuh pada
prinsip-prinsip utama. 2. Berorientasi ke depan
Kemampuan berorientasi ke depan bukan berarti orang harus memiliki kekuatan penglihatan magis untuk melihat sesuatu hal yang ada dimasa depan.
Realitanya jauh lebih sederhana, yaitu :kemampuan menentukan atau memilih tujuan yang diinginkan, ke arah mana perusahaan, atau komunitas akan
dibawa. 3. Kompeten
Kompetensi kepimpinan mengacu pada catatan prestasi si pemimpin dan kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini tidak mengacu
secara spesifik kepada kemampuan pemimpin dibidang tekhnologi dalam kegiatan operasional saja, tetapi tergantung dari posisi pemimpin dan kondisi
organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh, inspirasi, tantangan, memungkinkan orang bertindak, dan memberi semangat pada
bawahannya. 4. Membangkitkan semangat
Kepemimpinan yang membangkitkan semangat dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya akan arti dan tujuan dalam hidup, artinya menjadikan
anggotanya lebih bersemangat, positif dan optimis mengenai masa depan yang memberikan harapan pada orang lain.
2.1.4 Prinsip Kepemimpinan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ada 7 tujuh prinsip kepemimpinan yang dapat meningkatkan pengaruh dan kekuasaan seorang pemimpin didalam suatu organisasi, Matondang, 2008:14
antara lain : 1. Keramahan yang rasional
2. Setiakawan 3. Memiliki kebaikan timbal balik
4. Mengembangkan 5. Kelompok
6. Permohonan langsung 7. Memiliki kewenangan formal
Tindakan kepemimpinan tergantung pada pembentukan hubungan sosial yang efektif dan mencapai masa depan yang diinginkan melalui perjanjian serta
kerjasama. Para pemimpin yang bermoral menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan organisasi, menghormati hak, individu dan kelompok, dan adil
dalam berhubungan dengan orang lain. Menurut Stephen R. Coney sumber:
http:www.bintan-s.web.id201104prinsip- kepemimpinan.html
, karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip- prinsip sebagai berikut :
1. Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar, mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusn ya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang
positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti ; a. Percaya pada orang lain
b. Keseimbangan dalam kehidupanat. c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
d. Sinergi e. Latihan mengembangkan diri sendiri
2.2 Konflik
2.2.1 Pengertian Konflik
Menurut Mangkunegara 2008:21 konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi
dengan kenyataan apa yang diharapkannya. Sedangkan menurut Handoko, T. H dalam Wahyudi 2006:36 mengemukakan bahwa konflik muncul karena adanya
kenyataan bahwa para anggota bersaing untuk mendapatkan sumber daya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
organisasi yang terbatas, bertambahnya beban kerja, aliran tugas kurang dimengerti bawahan, kesalahan komunikasi, dan adanya perbedaan status, tujuan
atau persepsi.
2.2.2 Keberadaan Konflik
Menurut Stoner dan Freeman dalam Wahyudi 2006:17 berpendapat bahwa konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya
yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi atau kepribadian.
Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat dielakkan. Menurut Stoner. dan
Freeman dalam Wahyudi 2006:35 konflik sering muncul karena kesalahan dalam mengkomunikasikan keinginan dan adanya kebutuhan dan nilai-nilai
kepada orang lain. Kegagalan komunikasi dikarenakan proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara baik, pesan sulit dipahami oleh karyawan karena
perbedan pengetahuan, kebutuhan, dan nilai-nilai yang diyakini pimpinan.
1. Menurut Mangkunegara 2008:24 sumber konflik yang terjadi antara kelompok-
kelompok, antara perorangan-perorangan dalam organisasi meliputi:
2. Bersama-sama menggunakan sumber-sember daya organisasi yang sama.
3. Perbedaan dalam tujuan antara bagian-bagiankelompok-kelompok dalam
organisasi.
4. Saling ketergantungan pekerjaan dalam organisasi.
5. Perbedaan nilai-nilai atau persepsi dimilikidianut oleh masing-masing
bagian-bagian organisasi. Sumber-sumber lain seperti gaya perorangan, kekaburan organisasi dan
masalah komunikasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.3 Penyebab Terjadinya Konflik
Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah- masalah komunikasi, hubungan pribadi atau struktur organisasi. Secara ringkas
penyebab munculnya konflik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Komunikasi
Konflik yang timbul dalam komunikasi merupakan salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau informasi yang
mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten. 2. Struktur
Konflik yang diakibatkan oleh struktur yakni adanya pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingankepentingan, persaingan untuk
memperebutkan sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi Konflik yang diakibatkan oleh pribadi yakni adanya ketidaksesuaian tujuan,
tidak tahu nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi
Supardi, 2002:97. Menurut Wirawan 2010:8 faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
konflik adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan Sumber
2. Tujuan yang berbeda 3. Interdependensi tugas
4. Keragaman sistem sosial
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Diferensiasi organisasi 6. Ambiguitas yurisdiksi
7. Pribadi orang 8. Sistem imbalan yang tidak layak
9. Komunikasi yang tidak baik 10. Perilaku tidak manusiawi
2.2.4 Konflik dalam Organisasi
Sebagai kumpulan atas beberapa orang, maka organisasi tidak lepas dari interaksi antar anggotanya. Dalam memahami peran dan bergaul satu sama lain itulah
konflik kerap muncul baik dalam koridor aktivitas formal maupun informal. Mengacu pada Usman 2004: 223 secara alamiah ada lima bentuk konflik yang
didasarkan atas pelaku konflik: 1. Konflik dengan diri sendiri
Setiap manusia mempunyai perbedaan dalam hal kecerdasan, kemampuan, sikap, bakat, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, minat maupun kebutuhan.
Perbedaan ini dapat menimbulkan pertentangan jika tidak diarahkan dan dikelola dengan secara baik
2. Konflik diri sendiri dengan seseorang lainnya Setiap individu mempunyai keinginan, cita-cita dan harapan, namun tidak
semua keinginan dan cita-cita dapat dipenuhi sehingga menimbulkan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Kepentingan individu
seringkali berbeda dengan tujuan organisasi, karena itu agar kinerja organisasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak terganggu maka setiap anggota harus berusaha menyesuaikan diri dengan tujuan dan kebutuhan organisasi.
3. Konflik diri sendiri dengan kelompok Perbedaan dapat menjadi sumber konflik apabila masing-masing
mempertahankan kepentingan anggota maupun kepentingan yang lebih sempit.
4. Konflik kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam organisasi yaitu berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk
keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, individu diberi sanksi oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
Konflik muncul dapat disebabkan oleh kegagalan individu dalam menjalankan fungsi yang ditetapkan kelompok.
5. Konflik antar organisasi Hal ini dapat terjadi karena persaingan dan pertentangan kepentingan
antarkelompok. Kelompok berjuang untuk meningkatkan prestasi maksimal sehingga terjadi perebutan sumber-sumber organisasi. Kelompok yang
mendapat tekanan dari luar, hubungan anggota semakin padu kohesif, rasa solidaritas antaranggota in group feeling semakin tinggi.
2.3 Stres
2.3.1 Pengertian Stres
Stres yang dialami oleh karyawan merupakan masalah bagi perusahaan yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Berikut definisi stres menurut beberapa ahli.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Baron Greenberg dalam Rivai, 2003:308 stres adalah reaksi- reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu
mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Menurut Rivai dan Sagala 2009:1008 stres adalah suatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan.
2.3.2 Pengertian Stres Kerja
Menurut Rivai dan Deddy 2010:308, stres kerja adalah ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga
menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya.. Sedangkan menurut Hasibuan 2009:204 stres kerja adalah kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang. Orang orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis.
Pengertian stres kerja menurut Mangkunegara 2008:157 adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini
tampak dari sindrom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang,
gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Stres Copper dan Davidson dalam Rivai Deddy, 2003:313 membagi penyebab
stress dalam pekerjaan menjadi dua, yakni: 1. Group stressors, adalah penyebab stress yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
2. Individual stressor, adalah penyebab stress yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tingkat
kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Luthans dalam Rivai Deddy, 2003:313 menyebutkan bahwa penyebab stres stressor terdiri atas empat hal utama, yakni:
1. Extra organizational stressors, yakni terdiri dari perubahan social teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan
komunitastempat tinggal. 2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan
intergroup 4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan
peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy dan daya tahan psikologis
2.3.4 Gejala Stres di Tempat Kerja
Gejala stres ditempat kerja menurut Rivai Dedy 2003:309 ada 7, yaitu; 1. Kepuasan kerja rendah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energy menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar 5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreativitas dan inovasi kurang 7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Menurut Robbins dan Judge 2008:375, gejala-gejala stres dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu :
1. Gejala Fisiologis Gejala fisiologis merupakan gejala awal yang bisa diamati, terutama pada
penelitian medis dan ilmu kesehatan. Stres cenderung berakibat pada perubahan metabolisme tubuh, meningkatnya detak jantung dan pernafasan,
peningkatan tekanan darah, timbulnya sakit kepala, serta yang lebih berat lagi terjadinya serangan jantung.
2. Gejala Psikologis Dari segi psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Hal itu
merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas. Namun bisa saja muncul keadaan psikologis lainnya, misalnya ketegangan,
kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda-nunda. Bukti menunjukkan bahwa ketika orang ditempatkan dalam pekerjaan dengan
tuntutan yang banyak dan saling bertentangan atau dimana ada ketidakjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemegang jabatan , maka stres
maupun ketidakpuasan akan meningkat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Gejala Perilaku Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam
tingkat produktivitas, absensi, kemangkiran, dan tingkat keluarnya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, merokok dan konsumsi
alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.
2.3.5 Dampak Stres Kerja Terhadap Karyawan
Menurut Robbins dan Judge 2008:376, dampak stres secara psikologis dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan. Selain itu, stres dapat menyebabkan
ketidakpuasan. Stres yang dikaitkan dengan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memang itulah efek
psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stres itu. Lebih jauh lagi dampak dari stres terhadap kepuasan adalah secara langsung.
Menurut Rivai 2010:316, pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Namun, pada taraf tertentu pengaruh yang
menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Stres kerja lebih banyak
merugikan diri karyawan maupun perusahaan, konsekuensi tersebut dapat berupa turunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dan sebagainya.
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain diluar pekerjaan, seperti tidak dapat tidur
dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya. Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak
langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover.
2.4 Penelitian terdahulu
Harefa 2011 melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Bibit Baru
Medan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit Baru Medan. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 121 karyawan. Kepemimpinan dan konflik secara bersama-sama berpengaruh terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit
Baru Medan. Berdasarkan Uji-t variabel kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Variabel konflik berpengaruh dan
signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil pengujian koefisien determinasi adalah sebesar 0.435 43.5 berarti varibel dependen stres kerja karyawan
dapat dijelaskan oleh kepemimpinan dan konflik sebesar 43.5 sedangkan sisanya sebesar 56.6 dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini Wiranata 2011 melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja dan Stres Karyawan pada CV. Mertanadi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja dan stres karyawan pada CV. Mertanadi. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 karyawan. Hasil perhitungan korelasi diperoleh
nilai korelasi sebesar 0,47 yang berarti terdapat hubungan antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan, dengan tingkat hubungan sedang. Hasil determinasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap stres karyawan sebesar 22,09, dan 77,81 stres karyawan disebabkan oleh faktor
lain. Dari analisis t test hubungan antara kepemimpinan terhadap stres karyawan menunjukkan nilaisignifikansi sebesar 2,81 2,048 maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dan stres karyawan.
2.5 Kerangka Konseptual