2.2. Tumbuhan Daun Nippon
Tumbuhan Daun Nippon atau disebut Bandotan adalah sejenis gulma anggota suku Asteraceae yang berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil.
Dengan masuknya ke Indonesia begitu lama yang dinamakan dengan Babadotan, dengan klasifikasinya yaitu terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring,
berakar pada bagian yang menyentuh tanah. Batang giling dan berambut panjang, sering bercabang
– cabang dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak diujung hingga 120 cm, daun bertangkai 0,5
– 5 cm, terletak berseling atau berhadapan yang berada dibagian bawah. Bunganya berwarna putih , diujung
tangkai yang berambut dengan 2-3 lingkaran daun pembalut yang lonjong seperti sudip yang meruncing.
Tumbuhan ini menyebar diseluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika yang menyebar luas di Indonesia. Babadotan ditemukan sebagai tumbuhan
pengganggu disawah – sawah yang kering, ladang, pekarangan, tepi jalan, dan
wilayah bersemak belukar. Tumbuhan ini merupakan herba menahun, tegak dengan ketinggian 30
– 80 cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh dimana
– mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Namun dibalik itu
tumbuhan Daun Nippon ini dapat digunakan sebagai obat, pestisida, dan herbisida, bahkan untuk pupuk yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman
seperti padi. Hal tersebut diduga bahwa daunnya dapat meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah yang sangat diperlukan bagi tanaman. Melimpahnya
tanaman ini dapat menjadi sumber pupuk kompos yang baik bagi tanaman, apalagi semakin mahalnya harga pupuk bagi petani. Http: Fharmacy.
Blogspot.com babadotan-conyzoides.html.
2.3. Kompos
Kompos merupakan hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri
– ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun
lapuk. Tumpukan bahan mentah serasah, sisa tanaman, sampah dapur dan lain sebagainya bisa menjadi kompos akibat proses pelapukan dan penguraian.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain terjadi perubahan dari sifat fisik yang baru. Perubahan itu sebagian besar muncul oleh karena adanya kegiatan jasad renik sehubungan
dengan kebutuhan hidup organisme itu. Apa yang diikat oleh jasad renik demi mencukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad renik
itu mati. Terjadi proses penguraian, pengikatan dan pembebasan berbagai zat atau unsur hara selama berlangsungnya proses pembentukan kompos. Penjelasan
lengkap mengenai proses yang terjadi adalah sebagai berikut : a. Hidrat arang selulosa, hemiselulosa, dan lain - lain diurai menjadi CO
2
dan air atau CH
4
dan H
2.
b. Zat putih telur diurai menjadi amida, asam amino, amoniak, CO
2
dan air.
c. Berbagai jenis unsur hara, terutama N, disamping P, K dan yang lain sebagai