60
3.2.4. Tema Riset Unggulan
Gambar 5. Target Capaian Peningkatan Pemanfaatan Panas Bumi Indonesia
A. Pengembangan Panas Bumi Potensi panas bumi Indonesia sebesar 27.000 MW
merupakan potensi terbesar di dunia. Pemerintah telah menetapkan target capaian pengembangan panas bumi sebesar
9500 MW pada tahun 2025, dan 6.000 MW pada tahun 2014 sesuai dengan road map pengembangan panas bumiu
sebagaimana dituangkan dalam Kebijakan Energi Nasional KEN Perpres No. 5 Tahun 2006. Pada tahun 2009 kapasitas
terpasang baru mencapai 1.189 MW dari yang ditargetkan sebesar 3.000 MW. Belum tercapainya target tersebut
disebabkan karena berbagai permasalahan dalam pengembangan, antara lain: fokus pengembangan panas bumi
belum menjadi prioritas pemerintah dalam bauran energi nasional, harga energi belum berdasarkan nilai keekonomian,
perlindunganpelestarian lingkungan hidup belum menjadi prioritas. Secara bertahap Kapasitas PLTP akan ditingkatkan
dan dimasukkan dalam program percepatan 10.000 MW tahap kedua, dengan target capaian penambahan kapasitas PLTP
untuk periode 2010 – 2014 sebesar 4.733 MW dengan rincian sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. dan Gambar 5.
Tabel 1. Rencana Penambahan Kapasitas PLTP Perioda Tahun 2010 – 2014
Area Rencana Penambahan Kapasitas PLTP
MW, Tahun Penambahan
Kapasitas Total
2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Bali
117 5
- 330
445 1240
2137 Luar Jawa
Bali - 65
158 698 295 1380 2596
Indonesia 117 70 158 1028 740 2620 4733
Sumber : PT PLN, Diskusi panel “Pengembangan Energi Panas Bumi untuk Penyediaan Tenaga Listrik“ di ITB, 29 Januari 2009
Isu Pokok
4. Saat ini ”cadangan terbukti” panas bumi diperkirakan besarnya 2287 MWe dan “cadangan mungkin” 1050 MWe
Ref. Bambang Setiawan. 2009 Langkah-langkah untuk Mendorong Investasi Panas Bumi. Diskusi Panel:
Pengembangan Energi Panas Bumi untuk Penyediaan Tenaga Listrik. 29 Januari 2009. Jumlah tersebut belum
cukup untuk menunjang target capaian tahun 2014, yaitu penambahan kapasitas PLTP 4733 MWe.
Karakterisasi reservoir dan besarnya cadangan di sejumlah area panas bumi yang akan dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik, pada saat ini statusnya masih merupakan ’cadangan terduga’ dimana ketidakpastiannya
masih tinggi karena di area-area tersebut belum dieksplorasi rinci. Lembaga Keuangan tidak akan
memberikan pinjaman dana untuk pengembangan lapangan sebelum hasil pemboran “membuktikan” di daerah tersebut
terdapat sumber energi panas bumi yang mempunyai potensi yang cukup menarik dari segi ekonomi dan
sedikitnya sumur mampu menghasilkan fluida produksi
61
sebesar 10- 30 dari total fluida produksi yang dibutuhkan oleh PLTP.
5. Lapangan-lapangan yang akan dikembangkan pada
umumnya belum diketahui kinerja reservoir dan kemampuan produksinya apabila uapnya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan PLTP dalam jangka waktu panjang minimal 25 tahun. Lembaga Keuangan tidak tertarik untuk membiayai
proyek bila tidak ada hasil kajian hasil simulasi reservoir yang menunjukkan tersedianya uap untuk menunjang
kebutuhan PLTP selama 25-30 tahun.
3. Beberapa Sistem Pembangkit Listrik Panas Bumi PLTP yang ada saat ini existing mungkin dapat dioptimalkan agar
menghasilkan daya listrik yang lebih tinggi, melalui: • Pemanfaan
brine air dari pemisahan di separator untuk membangkitkan listrik dengan binary cycle atau
flash cycle. • Pemanfaatan panas dalam kondensor untuk
membangkitkan listrik dengan binary cycle • Pemanfaatan
excess tekanan sebelum fluida masuk ke turbin.
• Perundingan harga energi panas bumi selalu berlangsung alot dan memakan waktu yang lama kadang-kadang sampai
beberapa tahun. Harga jual listrik panas bumi dinilai PT PLN terlalu tinggi bila dibandingkan harga listrik pembangkit
lain terutama batubara.
• Ada keinginan dari masyarakat disekitar lapangan panas bumi untuk dapat memanfaatkan fluida panas bumi untuk
pemanfaatan langsung direct use, antara lain untuk proses penyulingan akar wangi, pengeringan teh, pengeringan
tembakau, kopra, teh dan produk pertanian lainnya.
4.
Untuk memenuhi ketentuan UU No. 272003 tentang Panas Bumi, Pasal 32, pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri harus dimaksimalkan. Hingga saat ini komponen impor
masih sangat tinggi. Harus segera dirintis upaya agar komponen yang sebagian besar belum dapat diproduksi
dalam negeri, seperti turbin dan generator, instrumen dan pipa alir permukaan serta casing, di masa yang akan datang
dapat dipenuhi dari dalam negeri. Dengan berkurangnya komponen impor, biaya pengembangan lapangan dan biaya
pembangkit dapat menjadi lebih rendah.
7. Potensi panas bumi dunia terbesar terdapat di Indonesia dan sifat sistem panas bumi sangat site specific, sehingga sudah
semestinya pengembangan lapangan panas bumi Indonesia dikembangkan oleh perusahaan nasional dengan
menggunakan tenaga ahli Indonesia.
8. Sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat besar terbesar di dunia sudah sewajarnya jika Indonesia di jadikan center of
excellence dalam pengembangan panas bumi
B. Pengembangan Pembangkit Listrik Biomasa Untuk
Daerah Terpencil Rasio elektrifikasi Indonesia saat ini adalah sebesar 60.
Masih banyaknya masyarakat yang belum menikmati listrik selain disebabkan oleh penyediaan listrik yang terbatas, tetapi juga
disebabkan oleh luas jangkauan dan banyaknya masyarakat yang berdomisili di perdesaan yang terisolir dari jangkauan listrik. Untuk
keperluan ini, pemerintah berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi termasuk program listrik perdesaan. Mengingat jangkauannya yang
sulit dicapai melalui program penambahan jaringan interkoneksi, maka pengembangan listrik off grid menjadi prioritas. Salah satu
diantaranya adalah dengan mengembangkan pembangkit listrik biomasa.
Diantara teknologi pemanfaatan biomasa untuk pembangkit listrik, teknologi siklus Rankine organik menjadi salah satu teknologi
andalan pembangkitan listrik skala kecil tersebar distributed microgeneration di Indonesia. Riset-riset tentang biomasa tersebut
terutama dimaksudkan untuk mendukung terealisasinya upaya- upaya pembangkitan bahan bakar gas dan listrik pada skala mikro
atau kecil tersebar distributed microsmall scale generation of electricity and fuel. Pola pembangkitan ini sangat cocok untuk
62
diterapkan di Indonesia yang kondisi geografinya berbentuk ribuan pulau dan juga menjadi trend dunia dalam upaya penggalakan
pemanfaatan energi terbarukan.
3.3. Teknologi Informasi Dan Komunikasi