semua unsur yang ada di dalam perusahaan termasuk kepemimpinan dan kinerja pegawai atau karyawan.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
Pengaruh Kepemimpinan dan Pengawasan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Badan Keluarga Berencana KB dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera PKS Pemerintah Kota Binjai.”
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh kepemimpinan dan pengawasan terhadap prestasi kerja pegawai di Badan
Keluarga Berencana KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera PKS Pemerintah Kota Binjai ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan melakukan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan pengawasan terhadapa prestasi kerja
pegawai di Badan Keluarga Berencana KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera PKS Pemerintah Kota Binjai.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah : a. Bagi PerusahaanLembaga
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perusahaanlembaga untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan dan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan terhadapa prestasi kerja pegawai di Badan Keluarga Berencana KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera PKS Pemerintah
Kota Binjai. b. Bagi Peneliti
Sebagai menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat
memperdalam pengetahuan peneliti dalam bidang manajemen sumber daya manusia.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya di bidang yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Perusahaan melakukan perekrutan, penempatan dan mempekerjakan karyawan maka selanjutnya adalah melakukan pengawasan. Ini penting bagi
perusahaan agar kegiatan operasionalnya dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksitergadap penyimpangan
tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.
Menurut Harahap 2001:14, pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar
segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan
tujuan organisasi.. sedangkan menurut Siagian 2002:61, pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.
Sementara itu menurut Terry dalam Hasibuan 2007:42 pengawasan adalah proses penentuan, apa yang harus dicapai, yaitu standar, apa yang harus dilakukan
Universitas Sumatera Utara
yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan- perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan
kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam
mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Menurut Ernie dan Saefulah dalam Hasibuan 2007:244 fungsi pengawasan
adalah : a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan
indikator yang ditetapkan. b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan. c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Maringan dalam Siagian 2002:62 fungsi pengawasan adalah :
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab pekerja yang diserahi tugas dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pekerja agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian agar tidak terjadi kerugian yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah
dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
2.1.2 Tujuan Pengawasan
Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah satu khilaf, sehingga manusia
dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya. Menurut Harahap
2001:16 menyatakan tujuan pengawasan adalah sebagai berikut : a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan dan hambatan. b. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, penyelewangan,
pemborosan dan hambatan. c. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.
d. Meningkatkan kinerja perusahaan. e. Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dalam pencapaian kinerja yang baik. Menurut Siagian 2002:61 menyatakan tujuan pengawasan adalah sebagai
berikut : a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian
dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan. b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat
mencegah prefentive control. Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya
penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah
ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
2.1.3 Langkah-langkah dan Jenis-jenis Pengawasan
Menurut Harahap 2001:20 langkah-langkah dalam pengawasan adalah sebagai berikut :
a. Tetapkan Standar Standar adalah kriteria dari hasil yang diinginkan atau peristiwa yang
diharapkan dalam melaksanakan kegiatan, pelaksanaan dan hasil kerja atau perubahan yang terjadi dalam mencapai tujuan. Menetapkan suatu standar
akan memberikan suatu nilai atau petunjuk yang menjadi ukuran sehingga hasil-hasil yang nyata dapat dibandingkan. Ada dua tipe standar yang
diakui yaitu : Standar keluaran dan standar masukan. Standar keluaran mengukur hasil kerja berupa kuantitas dan kualitas. Sedangkan standar
masukan mengukur usaha-usaha kerja. b. Monitor dan Ukur Kinerja
Agar pelaksanaan pengukuran kinerja berlangsung dengan tepat, maka perlu dikumpulkan data dan mendeteksi permasalahan atau yang dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan pengukuran. Untuk mengumpulkan data tentang kinerja dapat dilakukan dengan metode observasi, wawancara atau angket, pengamatan
atas laporan, baik laporan lisan maupun laporan tertulis. Jika data atau informasi sudah dikumpulkan melalui individu, kelompok atau unit
kerjayang dikontrol, harus diuji validitasnya. Sebab ada kemungkinan karyawan akan memberikan data palsu dapat dihindarkan.
c. Bandingkan Hasil Aktual dengan Standar Tahap ketiga dalam proses pengawasan ini ialah membandingkan hasil
kinerja actual dengan standar. Untuk itu dibutuhkan standar yang jelas dan pasti yang digunakan sebagai ukuran yang diperbandingkan. Perbandingan
ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan dan ini menentukan kebutuhan untuk tindakan. Hasil dari perbandingan kinerja aktual dan
standar mengarah kepada dua kemungkinan yaitu secara signifikan berbeda dengan standar. Penilaian adalah proses mengenal pasti,
memperoleh dan menyediakan maklumat berguna bagi keputusan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada pada kita. Tetapi ketika
membandingkan hasil actual dengan standar perlu menentukan batas yang dapat diterima tentang derajat penyimpangan.
d. Ambil Tindakan Perbaikan Tindakan korektif atau penyesuaian biasanya mengambil satu dari tiga
bentuk, yaitu : Maintain Current Status jika hasil akhir konsisten dengan standar; make adjustmen jika hasil menyimpang dari standar karena
pelaksanaan tidak tepat; change the standar jika hasil secara signifikan
Universitas Sumatera Utara
menyimpang dari standar karena standar yang digunakan tidak tepat. Hasil kinerja yang sesuai dengan standar maka respon yang tepat dari manajer
adalah mengakui kinerja dapat diterima dan memelihara status quo dan kemudian melakukan monitor dan mengukur pelaksanaan hasil kerja,
namun jika hasil kinerja actual menyimpang dari, tidak sesuai dengan atau belum mencapai standar yang ditentukan maka atasan melakukan tindakan
perbaikan atau penyesuaian hingga mengubah standar yang digunakan. Menurut Maringan dalam Siagian 2002:63 Pengawasan terbagi 4 yaitu:
a. Pengawasan dari dalam perusahaan Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau
informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.
b. Pengawasan dari luar perusahaan Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan. Ini untuk
kepentingan tertentu. c. Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahankekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
d. Pengawasan Represif Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar
hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ernie dan Saefullah dalam Hasibuan 2007:307 jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:
a. Pengawasan Awal Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengawasan Proses Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah
berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. c. Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengawasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh ahli sebagai berikut:
Menurut Reksohadiprojo dalam Hasibuan 2007:31 mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:
a Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi b Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya
desentralisasi kekuasaan. c Kesalahanpenyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan
pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Teknik-Teknik Pengawasan
Menurut Siagian 2002:112 proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:
a. Pengawasan Langsung Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini
pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan
b. Pengawasan tidak langsung Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang
disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupun lisan.
2.2 Kepemimpinan
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep
sekaligus menjabarkan tujuan – tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan
menguntungkan, dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan Kartono, 2005:41. Menurut Matondang 2008:5, kepemimpinan adalah suatu proses
dalam mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, dengan menjalin suatu hubungan interaksi antara pengikut follower dan
pemimoin dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah kegiatan utnuk mempengaruhi perilaku orang lain,
atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok
Universitas Sumatera Utara
Thoha, 2009:9. Kepimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan – aturan atau tata krama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat
terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Menurut Dharma 2003:136 kepemimpinan adalah proses kerjasama diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang
memotori setiap usaha bersama, yang memberikan model untuk diteladani, yang memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan
untuk mengendalikan diri sendiri.
2.2.2 Sifat – Sifat Kepemimpinan
Menurut Kartono 2005:47 sifat –sifat kepemimpinan terdiri dari : a. Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu – waktu yang lama serta tidak
teratur, dan ditengah-tengah situasi yang sering tidak menentu. b. Stabilitas Ekonomi
Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil, artinya seorang pimpinan tidak mudah tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara
emosional.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengetahuan tentang relasi insani Seorang pemimpin harus memajukan dan mengembangkan semua bakat serta
potensi anggotanya, untuk dapat bersama-sama maju dan merasakan kesejahteraan.
d. Kejujuran Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi, yaitu jujur pada
diri sendiri dan pada orang lainterutama bawahannya. e. Objektif
Pertimbangan pimpinan itu harus berdasarkan hti nurani yang bersih, supaya objektif tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri.
f. Dorongan Pribadi Keinginan dan kesesuaian untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari
dalam hati dan sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan
orang banyak. g. Keterampilan Berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah
memahami maksud para anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan
berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.
Universitas Sumatera Utara
h. Kemampuan Mengajar Pemimpin yang baik diharapkan dapat menjadi guru yang baik bagi
bawahannya, mengajar secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilankemahiran tekhnis
tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Hal ini dimaksudkan agar para pengikutnya dapat memberikan loyalitas dan partisipasinya.
i. Keterampilan Sosial Seorang pemimpin harus dapat bersikap ramah, terbuka, dan mudah menjalin
persahabatan berdasarkan rasa saling percaya, dan mudah menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai. Seorang
pemimpin menghargai pendapat orang lain, untuk dapat memupuk kerjasama yang baik dlam suasana rukun dan damai.
j. Cakap secara teknis atau manajerial Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu,
juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan
memperbaiki situasi yang tidak aman. Ada 4 syarat kepemimpinan menurut Moeljono 2003 : 44 antara lain :
a. Adanya pengikut b. Pemimpin yang efektif bukanlah seslalu seseorang yang dipuja atau dicintai,
namun mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil.
c. Pemimpin adalah mereka yang memberi contoh
Universitas Sumatera Utara
d. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan, atau uang. Kepimpinan adalah tanggung jawab.
Menurut Kouzes dan Posner 2004:26 ada 4 ciri-ciri kepemimpinan antara lain:
a. Jujur Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika, yang bersikukuh pada
prinsip-prinsip utama. b. Berorientasi ke depan
Kemampuan berorientasi ke depan bukan berarti orang harus memiliki kekuatan penglihatan magis untuk melihat sesuatu hal yang ada dimasa
depan. Realitanya jauh lebih sederhana, yaitu kemampuan menentukan atau memilih tujuan yang diinginkan, ke arah mana perusahaan, atau komunitas
akan dibawa. c. Kompeten
Kompetensi kepemimpinan mengacu pada catatan prestasi si pemimpin dan kemampuannya untuk menyelsaikan pekerjaan. Hal ini tidak mengacu
secara spesifik kepada kemampuan pemimpin dibidang teknologi dalam kegiatan operasional saja, tetapi tergantung dari posisi pemimpin dan
kondisi organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh, inspirasi, tantangan, memungkinkan orang bertindak, dan memberi
semangat pada bawahannya. d. Membangkitkan semangat
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan yang membangkitkan semangat dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya akan arti dan tujuan dalam hidup, artinya menjadikan
anggotanyalebih bersemangat, positif, dan optimis mengenai masa depan yang memberikan harapan pada orang lain.
Ada 7 prinsip kepemimpinan yang dapat meningkatkan pengaruh dan kekuasaan seorang pemimpin didalam suatu organisasi, Matondang, 2008:14
antara lain : a. Keramahan yang rasional
b. Setiakawan c. Memiliki kebaikan timbal balik
d. Mengembangkan e. Kelompok
f. Permohonan Langsung g. Memiliki kewenangan formal
Tindakan kepemimpinan tergantung pada pembentukan hubungan sosial yang efektif dan mencapai masa depan yang diinginkan melalui perjanjian serta
kerjasama. Para pemimpin yang bermoral menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan organisai, menghormati hak, individu dan kelompo, dan adil
dalam berhubungan dengan orang lain.
2.2.3 Metode Kepemimpinan
Metode kepemimpinan adalah cara bekerja, dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para pengikutnya untuk berbuat sesuatu. Ada 7 metode
kepemimpinan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Memberi perintah Perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan
perintah dan swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar perilaku yang harus dipatuhi.
b. Memberikan celaan dan pujian Celaan harus dapat diberikan secara objektif dan tidak bersifat subjektif.
Jiga tidak disertai emosi-emosi yang negatif, seperti benci, dendam, curiga, dan lain.
c. Memupuk tingkah laku pribadi yang benar Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhkan diri dari
rasa pilih dan kasih atau favoritisme karena hal ini dapat menurunkan moral anggota-anggota lainnya, menumbuhkan ketahuan, kemuakan serta
kecemburuan sosial. d. Peka terhadap sasaran
Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka, dan peka pada sasaran-sasaran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat
orang lain, untuk kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri. e. Memperkuat rasa kesatuan kelompok
Utuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, perlu pemimpin yang dapat menciptakan rasa kesatuan
kelompoknya dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh. f.
Menciptakan disiplin kerja dan disiplin kelompok
Universitas Sumatera Utara
Setiap kelompok akan mengembangkan tata cara dan pola tingkah laku yang hanya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh
anggota. Hal ini penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, dan disiplin kelompok, yang sekaligus untuk menghindari favoritisme yang
dapat mengeluarkan prasangka buruk, rasa dendam, iri dan kecemburuan sosial.
g. Meredam isu-isu yang tidak benar Kesatuan dan efektivitas kerja dari kelompok dapat diguncang oleh
gangguan kabar-kabar angin dan desas-desus yang tidak benar, beserta fitnah-finah dari luar, yang diarahkan pada perorangan atau pada organisasi
secara keseluruhan.
2.2.4 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Gorda 2004:154, fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan aktivitas dan efesiensi perusahaan yaitu:
a. Fungsi kepemimpinan sebagai inovator Sebagai inovator, pemimpin harus mampu mengadakan berbagai inovasi-
inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen yang efektif dan efesiensi, maupun dibidang konseptual yang
keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja perusahaan.
b. Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator
Universitas Sumatera Utara
Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan
atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka. 1. Pimpinan harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi
yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
2. Pemimpin harus mampu memahami, mengerti dan mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang lain.
c. Fungsi kepemimpinan sebagai motivator Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai
kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
d. Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler Sebagai kontroler pengendali pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan
rencana atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif dan efesiensi.
2.2.5 Gaya Kepemimpinan
Pengertain gaya kepemimpinan menurut Nawawi 2003:15 adalah prilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran,
Universitas Sumatera Utara
perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya. Seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk membaca situasi
yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya, meskipun penyesuaian itu hanya
bersifat sementara. Menurut Dharma 2003:144 terdapat 4 empat gaya kepemimpinan yang
terdiri atas: a. Kepemimpinan Instruksi
Gaya kepemimpinan yang sifatnya instruktif dinamakan gaya bos karena gaya ini terutama dicirikan oleh komuniskasi satu arah. Dengan gaya ini,
pemimpin membatasi peranan bawahan dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melakukan pekerjaan. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dilakukan pemimpin, bawahan hanya melaksanakan tugas seperti yang telah diinstruksikan pemimpin.
b. Kepemimpinan Konsultasi Gaya kepemimpinan yang sifatnya konsultatif dapat disebut sebagai gaya
dokter karena dengan gaya ini pemimpin banyak memberikan arahan dan mengambil hampir semua keputusan. Pemimpin mengambil keputusan dan
berusaha menjual gagasan keputusannya kepada bawahannya. Pada saat yang sama pemimpin telah memulai membuka komunikasi dua arah dengan
menyimak gagasan bawahan. Sekalipun demikian, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan masih dilakukan pemimpin.
Universitas Sumatera Utara
c. Kepemimpinan Partispasi Gaya kepemimpinan yang bersifat partisipatif dapat dinamakan sebagai
gaya konsultan karena pemimpin megikutsertakan bawahan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan menerapkan gaya
ini, pemimpin dan bawahannya bertukar pikiran dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Disamping itu, komunikasi dua arah
ditingkatkan dan pemimpin lebih banyak mendengarkan dengan aktif. Pemimpin tidak lagi memberian instruksi yang terinci.
d. Kepemimpinan Delegasi Gaya kepemimpinan yang sifatnya mendelegasi dapat disebut dengan gaya
bebas karena pemimpin dan bawahan hanya mendiskusikan batasan masalah bersama-sama hingga tercapai kesepakatan. Selanjutnya, proses
pengambilan keputusan didelegasi kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang mengambil keputusan pelaksanaan pekerjaan. Dengan gaya ini
pemimpin memberi kesempatan luas bagi bawahan untuk melaksanakan tugasnya.
2.3 Prestasi Kerja 2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja
Istilah prestasi kerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance prestasi kerj atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang. Setiap perusahan akan selalu berusaha agar prestasi kerja yang dimiliki oleh karyawannya dapat ditingkatkan. Dengan meningkatnya prestasi
Universitas Sumatera Utara
kerja tentunya perusahaan akan mendapatkan beberapa keuntungan, seperti kuantitas dan kualitas pekerjaan setiap karyawan dapat lebih maksimal hasilnya,
meningkatkan produktivitasdan meningkatkan efisiensi da efektivitas perusahaan. Menurut Hasibuan 2006:94 prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Prestasi kerja merupakan gabungan dari 3 tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi
seorang karyawan. Semakin tinggi angka untuk ketiga faktor ini, semakin besarprestasi kerja karyawan yang bersangkutan.
Pengertian prestasi kerja dikemukakan juga oleh Mangkunegara 2003:87 bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan dan ketepatan waktu. Dan menurutnya prestasi kerja merupakan
gabungan dari 3 faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan
tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi tingkat ketiga faktor diatas, maka semakinbesar prestasi kerja karyawan yang bersangkutan.
Definisi – definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut pada dasarnya memiliki maksud yang tidak berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi kerja merupakan hasil kerja dari pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan baik kuantitas maupun kualitas secara efektif dan efisien dalam
jangka waktu tertentu dengan ksanggupan menghadapi perubahan – perubahan
Universitas Sumatera Utara
tuntutan yang ada, yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisai yang telah ditentukan.
2.3.2 Faktor – Faktor yng Mempengaruhi Prestasi Kerja
Pencapaiankeberhasilan manusia berasal dari kemampuan dan motivasinya, sedangkan motivasi seorang manusia berasal dari perilakusikap dan situasi, dan
kemampuan manusia berasal dari pengetahuan dan keterampian. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan adalah
faktor kemampuan dan faktor motivasi. Secara psikologis kemampuan karyawan terdiri dari IQ yaitu kemampuan akan potensi diri dan reality knowledge dan
skill. Sedangkan motivasi sendiri terbentuk dari attitude sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerjanya, motivasi ini merupakan keadaan yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja mereka atau tujuan organisasi.
Artinya, karyawan yang memiliki IQ diatas rata – rata IQ 110 – 120 dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawn
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus sikap mental yang siap secara psikofisik siap scara mental, fisik,
tujuan dan situasi. Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu secara
Universitas Sumatera Utara
fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja Mangkunegara, 2000:67.
Menurut Hasibuan 2006:95. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja, ataupun produktivitas kerja pegawai antara lain:
a. Kesetiaan Penilai menilai kesetiaan pekerja terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar dari rongrongan orang yang
tidak bertanggungjawab. b. Prestasi Kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan oleh karyawan tersebut dari tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Kejujuran Penilai menilai kejujuran karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
dalam memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri, maupun terhadap orang lain.
d. Kedisiplinan Penilai menilai disiplin karyawan dalam memenuhi peraturan-peraturan
yang ada dan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
e. Kreativitas Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan
kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga bekerja lebih berdaya dan berhasil guna.
f. Kerjasama Penilai menilai kesediaan karyawan itu berpartisipasi dan bekerjasama
dengan karyawan lainnya vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja sevara efektif
h. Kepribadian Penilai menilai sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai yang baik dan
penampilan simpatik serta wajar dari karyawan tersebut. i. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan,
mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
j. Kecakapan Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaannya dan di dalam situasi manajemen.
k. Tanggung jawab Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggunjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, perilaku serta hasil kerja dari bawahannya.
Unsur prestasi pegawai yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai itu
mencakup seperti hal-hal di atas. Namun demikian, utnuk mengetahui bagaimana dan sampai dimana prestasi kerja seorang pegawai, maka diperlukan adanya
informasi yang akurat, relevan dan reliable tentang kerja masing-masing individu. Karena dengan informasi yang demkian itu, akan mempermudah perusahaan
dalam merumuskan kebijakan lebih lanjut yang efektif. Berarti bahwa informasi yang akurat dari prestasi kerja setiap individu karyawan atau anggota organisasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan manajemen pimpinan perusahaan dalam hal pengembangan perusahaan dan karyawan dimasa akan datang.
Informasi tentang prestasi kerja pegawai tersebut berupa penilaian prestasi kerja yang disusun secara terencana, sistematik dan obyektif serta dengan metode yang
tepat sesuai dengan kondisi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Metode Penilaian Prestasi Kerja
Metode untuk penilaian prestasi kerja ada dua yaitu metode penilaian berorientasi masa lalu dan yang berorientasi masa depan.
a. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu Metode ini mempunyai kelebihan dalam menentukan prestasi kerja yang
telah dilakukan dan telah terjadi sampai batas tertentu, serta dapat diukur. Kelemahannya adalah bahwa prestasi kerja di masa lalu tidak
dapat diubah, tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja di masa lalu, maka para karyawan mendapatkan bahan masukan mengenai upaya-
upaya mereka untuk memperbaiki prestasi kerja mereka. Teknik-teknik penilaian tersebut mencakup antara lain:
1 Rating Scale Pada metode ini, evaluasi subyektif dilakukan oleh penilai terhadap
prestasi kerja karyawan dengan skala waktu tertentu dari rendah sampai tinggi, dan evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai,
dimana penilai membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor-faktor kriteria yang dianggap penting terhadap pelaksanaan
pekerjaan tersebut Biasanya formulir penilaian diisi oleh atasan langsung dengan
menandai tanggapan yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja. Tanggapan-tanggapan penilai bisa diberikan
dengan nilai-nilai numerik agar memungkinkan skor rata-rata dihitung, kemudian diperbandingkan diantara para karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan metode ini adalah dalam penyusunan dan administrasinya tidak mahal, latihan yang diperlukan penilai hanya sedikit, tidak
memakan waktu, dan dapat digunakan terhadap jumlah karyawan yang besar.
Kelemahan metode ini adalah kesulitan dalam menentukan kriteria yang relevan terhadap peleksanaan kerja, adakalanya suatu kriteria
adalah penting bagi pekerja tertentu tetapi mungkin tidak tercakup dalm formulir penilaian dan hasil yang diperoleh dari formulir dan
prosedur yang distandarisasikan tidak selalu berhubungan dengan pelaksanaan kerja.
2 Checklist Metode penilaian ini biasanya dinilai oleh atasan langsungdan pada
metode ini menggunakan kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan prestasi kerja dan karakter-karakter karyawan,
sehingga penilai tinggal memilihnya. Pada checklist ini, terdapat item-item yang masing-masing diberi bobot dan pemberian bobot ini
memungkinkan penilai untuk menentukan skor total. Metode checklist dapat memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara
akurat, walaupun metode ini praktis dan terstandarisasi, tetapi di dalam penggunaan kalimat-kalimat yang umum, sehingga hal ini
dapat mengurangi keterkaitannya dengan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
3 Metode Peristiwa Kritis Critical Incident Method Metode ini merupakan metode penilaian yang berdasarkan pada
catatan-catatan penilaian yang memperhatikan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek pada saat pelaksanaan kerja.
Berbagai peristiwa tersebut dicatat selama peristiwa evaluasi terhadap setiap karyawan. Kemudian peristiwa ini dibagi menjadi
beberapa kategori, seperti: pengendalian bahaya keamanan, pengawasan sisa bahan atau pengembangan karyawan. Metode ini
sangat berguna untuk bahan masukan kepada karyawan, sehingga dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.
Kelemahannya, bahwa para atasan sering tidak berminat mencatat peristiwa-peristiwa atau cenderung mengada-ada dan bersifat
subjektif. 4 Metode Peninjauan Lapangan Field Review Method
Pada metode ini tenaga ahli yang diwakilkan dari personalia turun ke lapangan dan membantu para atasan langsung dalam penilaian
mereka. Tenaga ahli dari personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian
tenaga ahli ini mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada si atasan langsung untuk review, perubahan,
persetujuan, dan pembahasan dengan karyawan yang dinilai. Tenaga ahli personalia dapat mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian
apapun yang digunakan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5 Tes dan Observasi Prestasi Kerja Metode ini didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes
yang dilakukan dapat berupa tes tertulis atau peragaan keterampilan. 6 Metode Evaluasi Kelompok
Pada metode penilaian ini biasanya dilakukan oleh atasan langsung. Kegunaan dari penilaian kelompok ini untuk pengambilan keputusan
kenaikan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking karyawan dari
yang terbaik sampai terjelek dengan membandingkan karyawan yang satu dengan yang lainnya.
b. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan Penilaian yang berorientasi masa depan dilakukan melalui penilaian
potensi karyawan untuk menentukan prestasi kerja diwaktu yang akan datang atau penetapan sasaran-sasaran prestasi kerja dimasa mendatang.
Teknik-teknik yang digunakan adalah: 1 Penilaian Diri Self-Appraisal
Metode penilaian ini digunakan untuk pengembangan diri. Apabila karyawan menilai dirinya sendiri, maka perilaku defensif cenderung
tidak akan terjadi sehingga upaya untuk perbaikan cenderung dapat dilakukan.
2 Penilaian Psikologis Psychological Appraisal Penilaian ini terdiri dari wawancara, tes-tes psikologi, diskusi dengan
atasan langsung lainnya. Penilaian mengenai psikologi biasanya
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh para psikologi, dan penilaian mengenai intelektual, emosi, motivasi karyawan dan lainnya, diharapkan dapat untuk
menentukan prestasi kerja di masa yang akan datang. Penilaian ini terutama sekali digunakan untuk penempatan dan pengembangan
karyawan. Hasil akhir dari penilaian ini sepenuhnya tergantung pada keterampilan para psikolog.
3 Pendekatan Management By Objective MBO Inti dari pendekatan MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penilai
secara bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang. Kemudian dengan
menggunakan sasaran-sasaran tersebut penilaian prestasi kerja dilakukan secara bersama pula. Proses MBO tampaknya paling
berguna untuk personel dan karyawan manajerial yang mempunyai fleksibilitas dan kendali yang cukup besar atas pekerjaan mereka.
Ketika dipaksakan pada sebuah sistem manajemen yang kaku dan otokratis, MBO sering kali gagal. Penekanan pada hukuman akibat
tidak memenuhi tujuan akan meniadakan pengembangan dan sifat partisipatif dari MBO.
4 Assessment centre pusat penilaian Penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan
dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih bsar.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan metode penilaian prestasi kerja dari Veithzal Rivai 2004 : 324, memperkuat pendapat dari Efendi, dimana keduanya sama-sama
mengelompokkan metode penilaian kinerja karyawan menjadi dua, yaitu Metode penilaian berorientasi masa lalu, yaitu mengevaluasi prestasi kinerja di masa lalu,
sehingga karyawan dapat memperoleh umpan balik dari upaya-upaya mereka, dan metode penilaian berorientasi masa depan yang maksudnya adalah karyawan
memiliki peran penting bersama-sama dengan penyelia dalam menetapkan tujuan strategis perusahaan.
2.3.4 Faktor-faktor Penilaian Prestasi Kerja
Pekerjaan dengan hasil yang tinggi mutlak harus dicapai oleh karyawan. Karyawan-karyawan sebagai sumber daya penting perusahaan perlu diarahkan
untuk memperoleh prestasi kerja yang tinggi atas kerja yang para karyawan lakukan. Mangkunegara 2000:67 menyatakan bahwa ukuran yang perlu
diperhatikan dalam penilaian prestasi kerja antara lain : a. Kualitas kerja yaitu kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil kerja dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan. Dengan adanya kualitas kerja yang baik dapat menghindari tingkat kesalahan dalam penyelesaian suatu
pekerjaan serta produktivitas kerja yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.
b. Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Kuantitas kerja menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam satu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Tanggung jawab menunjukkan seberapa besar karyawan dapat mempertanggung jawabkan hasil kerja karyawan, sarana dan prasarana yang
dipergunakan karyawan serta perilaku kerja karyawan. d. Inisiatif menunjukkan seberapa besar kemampuan karyawan untuk
menganalisis, menilai, menciptakan dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapi.
e. Kerja sama merupakan kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain secara vertikal atau horizontal di dalam maupun
di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik. f. Ketaatan merupakan kesediaan karyawan dalam mematuhi peraturan-
peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepada para karyawan.
g. Seluruh ukuran penilaian prestasi kerja diatas adalah segala hal yang dapat menjadi ukuran tinggi rendahnya prestasi seorang karyawan. Seorang
karyawan dikatakan berprestasi jika ia mampu mencapai segala hal yang terdapat didalam faktor-faktor prestasi kerja yang ada.
2.4 Penelitian Terdahulu Gultom 2009 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Kepemimpinan Camat Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Studi Pada Kantor Camat Dolok Paribuan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”
yang menyatakan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan camat
terhadap prestasi kerja pegawai dimana r yang diperoleh positif yakni sebesar r =
Universitas Sumatera Utara
0,442 dan interprestasi koefisien korelasi berada pada tingkat sedang antara 0,40- 0,599 dan besarnya pengaruh sebesar 19,53.
Harahap 2006 tentang “Pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pada PT. Sunindo Varia Motor Gemilang Medan.”
Menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengawasan berpengaruh positif terhadap efisiensi kerja dengan koefisien determinasi sebesar 16,56.
2.5 Kerangka Konseptual