Rincian Prosedur pemindaian dokumen ilmiah

69 2.2.3.2. Jika dokumen adalah benar hak publikasi milik Institut, maka dilakukan pengecekan ulang, apakah dokumen ilmiah tersebut adalah dokumen yang belum diunggah di media penyimpanan daring? Apabila dokumen ilmiah tersebut sudah tersimpan di media penyimpanan daring dalam hal ini http:repository.ipb.ac.id maka dokumen ilmiah tidak akan dipindai, dan selesai diproses. Namun apabila belum, dokumen akan diteruskan pada tahap pemindaian dokumrn ilmiah. 2.2.4. Tahap pemindaian dokumen ilmiah 2.2.4.1. Pemindaian dilakukan dengan menggunakan software Adobe Acrobat. 2.2.4.2. Pada tahap create file pilih alat pemindaian yang telah tersedia, dan pilih format dokumen. 2.2.4.3. Format dokumen adalah image atau gambar, bukan dalam bentuk teks atau OCR. Hal ini bertujuan agar dokumen elektronik tetap sama dengan dokumen asli. 2.2.4.4. Pengaturan warna dan ukuran kertas disesuaikan dengan kondisi fisik dokumen ilmiah yang akan dipindai. 2.2.5. Tahap penyimpanan dokumen ilmiah setelah dikakukan pemindaian 2.2.5.1. File hasil pemindaian dokumen ilmiah diberi nama sesuai dengan ketentuan umum poin 5.2. 2.2.5.2. Dokumen ilmiah yang telah dipindai tersebut lalu dikelompokan berdasarkan jenis karya ilmiah dalam satu folder. 2.3. Rincian pengunggahan dokumen ilmiah 2.3.1. Tahap pengelompokan dokumen ilmiah 2.3.1.1. Pengelompokan dokumen dilakukan pengecekan ulang, sehingga pengelompokan pada folder-folder yang telah dibuat di poin 6.2.5.2 adalah sama dengan koleksi di media penyimpanan daring. 2.3.2. Tahap pengecekan ulang di media penyimpanan daring 2.3.2.1. Dokumen ilmiah dicek kembali, apakah sudah diunggah sebelumnya atau belum? Jika sudah, dokumen selesai diproses. 2.3.2.2. Tahap ini dilakukan untuk menghindari dokumen diunggah lebih dari satu kali oleh pelaksana berbeda. 2.3.3. Tahap konversi file pemindaian dari bentuk image ke bentuk teks 2.3.3.1. Dokumen yang dipindai dikonversi ke dalam bentuk teks, dapat di ketik ulang atau di konversi dengan menggunakan software tertentu dengan mengutamaan kesamaan isi dokumen ilmiah asli 2.3.3.2. Hasil konversi adalah abstrak atau ringkasan dari dokumen ilmiah 2.3.3.3. Format file hasil konversi adalah .doc atau .pdf 2.3.4. Tahap pemotongan dan pembubuhan metadata dan watermark 2.3.4.1. Dokumen ilmiah skripsi, disertasi dan tesis dipilah dan dipotong menjadi beberapa bagian sesuai dengan ketentuan poin 1.3 2.3.4.2. Dokumen yang sudah menjadi beberapa bagian dibubuhkan metadata dan watermark sesuai dengan ketentuan poin 1.4 2.3.5. Tahap pengunggahan dokumen ilmiah 2.3.5.1. Dokumen diunggah ke media penyimpanan daring di alamat situs: http:repository.ipb.ac.id 2.3.5.2. Format file yang diunggah adalah .doc, .ppt, .pdf, ps, atau format lain yang dibutuhkan 70 2.3.5.3. Data yang ikut dimasukkan saat penggunggahan file adalah nama pengarang, judul artikel, penerbit, tahun terbit, abstrak atau ringkasan jika ada, subjek atau kata kunci, dan data lainnya yang berkaitan dengan dokumen ilmiah yang diunggah 2.3.5.4. Hak akses dokumen ilmiah disesuaikan berdasarkan ketentuan yang ada di institut. 71 Lampiran 4 Prosedur operasional baku infrastruktur IPB INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DKSI Kode : POB-SJSK-06 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1012011 INFRASTRUKTUR IPB Nomor Revisi : 02

1. TUJUAN

1.1. Menetapkan standard infrastruktur jaringan internal Institut Pertanian Bogor 1.2. Menetapkan standard infrastruktur ekstranet dan internet Institut Pertanian Bogor 1.3. Menetapkan standardinfrastruktur Data Center DC dan Disaster Recovery Center DRC Institut Pertanian Bogor 2. RUANG LINGKUP 2.1. Prosedur operasi baku ini mencakup standard infrastruktur jaringan, interkoneksi dengan internet dan ekstranet, infrastruktur DC dan DRC, serta menetapkan prosedur keadaan darurat 3. DEFINISI 3.1. Core Layeradalah lapisanbagian pada jaringan yang berperan sebagai jaringan backbone jaringan utama, lapisan core ini bersifat redundant dengan bandwidth yang lebar. 3.2. Distribution Layeradalah lapisanbagian pada jaringan yang menghubungkan antara jaringan core core layer dengan jaringan akses access layer. 3.3. Access Layeradalah lapisanbagian pada jaringan yang berhubungan langsung dengan user. 3.4. Swicth adalah perangkat layer 2 yang berfungsi sebagai konsentrator jaringan. 3.5. Router adalah perangkat layer 3 yang berfungsi untuk menentukan jalur terbaik dan meneruskan paket data antar jaringan. 3.6. Autonomous SystemASN adalah cluster jaringan yang bersifat mandiri yang dikelola oleh otoritastunggal; 3.7. AS Numberadalah nomor yang diberikan oleh regulator IP sebagai identitas sebuah Autonomous System 3.8. Routing adalah proses pemetaan jaringan network address

3.9. Routing Protocol adalah protocol yang digunakan untuk melakukan routing secara dinamis.

3.10. Interior Gateway Protocol IGP adalahprotocol routing yang digunakan untuk keperluan routing dalam internal AS. Contoh: RIP, EIGRP, OSPF, IS-IS 3.11. Exterior Gateway Protocol EGP adalah protocol routing yang digunakan untuk menghubungkan peta routing antar AS. Contoh: BGP 3.12. Data Center DCadalah pusat repository layanan IT dan data institusi 3.13. Disaster Recovery CenterDRCadalah pusat backup data center institusi 72

4. KETENTUAN UMUM

4.1. Ketentuan Infrastruktur Jaringan IPB 4.1.1. Jaringan IPB terdiri dari jaringan core core layer, jaringan distribusi distribution layer, dan jaringan akses access layer 4.1.2. Jaringan core IPB dibangun mengunakan media fiber optic, dengan topologi bersifat redundant, dan bandwidth minimal sebesar 1GB, serta memenuhi kriteria berikut: a. Menyediakan layanan uptime 100; b. Memfasilitasi pertumbuhan jaringan; c. Menggunakan perangkat multilayer switch; d. Berkecepatan tinggi karena digunakan sebagai agregat link; e. Full routing dengan scale-well routing; f. Perangkat terdiri atas swicth layer 3 atau router untuk far site 4.1.3. Jaringan distribusi IPB merupakan jaringan yang menghubungkan antara jaringan core IPB dengan jaringan akses IPB, dengan kriteria sebagai berikut: a. Penerapan kebijakan traffics filtering dan access control; b. Routing antar VLAN pada lapisan akses; c. Perangkat terdiri atas swicth layer 3 4.1.4. Jaringan akses IPB merupakan jaringan yang berhubungan langsung dengan user civitas IPB, dengan kriteria sebagai berikut a. Memberikan layanan koneksi user; b. Pembagian VLAN; c. Perangkat terdiri dari perangkat layer 2 dan layer 1 4.1.5. Antara jaringan internal inside dan jaringan eksternal outside dibatasi oleh border router dan firewall 4.2. Ketentuan Interkoneksi Jaringan IPB dengan Internet dan Ekstranet. 4.2.1. Jaringan eksternal IPB dibagi menjadi dua bagian yaitu internet dan ekstranet. 4.2.2. Jaringan internet IPB merupaka jaringan global yang dapat diakses oleh publik secara luas, jaringan internet IPB terdiri dari internet international IX dan internet domestik IIX. 4.2.3. Jaringan ekstranet IPB merupakan jaringan yang menghubungkan IPB dengan pihak external melalui wadah kerjasama MoU. Misalkan jaringan Inherent dan jaringan perbankan. 4.2.4. Interkoneksi IPB dengan Internet menggunakan metode full routing dengan routing protokol BGP. 4.2.5. Interkoneksi IPB dengan ekstranet menggunakan metode routing static atau dinamis. 4.2.6. Interkoneksi IPB dengan jaringan eksternal melalui perangkat router layer 3 device. 4.2.7. Routing policy routing filter harus selalu diterapkan pada setiap interkoneksi IPB dengan jaringan eksternal. 4.3. Ketentuan Infrastruktur Data Center dan DR-Data Center 4.3.1. Data center IPB adalah server farm yang merupakan pusat repository layanan IT dan data institusi Institut Pertanian Bogor 4.3.2. DR-Data Center IPB adalah server farm yang merupakan sistem backup dari Data Center