Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

berkembang luas, salah satu fungsi kekuasaan negara yang berkembang adalah semakin banyaknya didirikan lembaga-lembaga peradilan yang bersifat khusus, diantaranya adalah pengadilan hubungan industrial yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UU PPHI. UU PPHI berisi asas penyelesaian perselisihan 6 hubungan industrial dilakukan secara musyawarah mufakat, dengan berpijak pada suatu prinsip jika terjadi perselisihan antara pekerjaburuh dan pengusaha, maka pada tahap pertama penyelesaian perselisihan tersebut diserahkan pada pihak yang berselisih bipartit. Jika pada tahap ini tidak terjadi kata sepakat atara para pihak, maka mereka dapat memilih dua jalur, yaitu jalur peradilan atau nonperadilan. 7 Jalur peradilan diselesaikan melalui pengadilan hubungan industrial. Peradilan ini merupakan pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan peradilan umum serta memiliki tugas dan wewenang memeriksa dan memutus : 1. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak, 2. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan, 3. di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan 6 Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruhkarena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerjaburuh dalam satu perusahaan, pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 2 tahun 2004. 7 Asyhadie Zaeni, Peradilan Hubungan Industrial Jakarta: Rajawali Press, 2009, h, 3-4. 4. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh dalam satu perusahaan. Pengadilan hubungan industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan mengadili perkara dan perselisihan hubungan industrial yang dilaksanakan oleh majelis hakim yang beranggotakan 3 tiga orang, yang terdiri dari 1 satu hakim karir dan 2 dua hakim ad hoc, adapun tata cara pengangkatan hakim ad hoc diatur dalam pasal 63 UU PPHI, dalam pasal 63 ayat 2 menyebutkan bahwa “calon hakim ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan oleh ketua mahkamah agung dari nama yang disetujui oleh menteri atas usul serikat pekerjaserikat buruh atau organisasi pengusaha ”, selain mengatur tata cara pengangkatan hakim ad hoc, dalam pasal 67 ayat 1 huruf f UU PPHI juga disebutkan bahwa “hakim ad hoc pada pengadilan hubungan industrial dan mahkamah agung dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena atas permintaan organisasi pengusaha dan organisasi pekerjaorganisasi buruh yang mengusulkan”. Adanya ketentuan pasal 63 ayat 2 dan pasal 67 ayat 1 huruf f UU PPHI tentu akan mengakibatkan hakim ad hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial yang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya memeriksa dan memutus suatu perkara yang harus mandiri dan lepas dari segala bentuk intervensi atau campur tangan lembagainstansi manapun menjadi terbatasi dan tidak bisa dilakukan secara optimal. Pihak-pihak yang berperkara dalam perselisihan hubungan industrial ini umumnya dijumpai tiga pihak yang terkait dalam hubungan kerja, serta pihak- pihak lain yang terkait, yang menurut hukum harus memerhatikan pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Adapun pihak-pihak terkait dalam hubungan kerja, yaitu pihak pekerjaburuh istilah pekerjaburuh sekarang merupakan istilah yuridis yang dijumpai dalam peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. 8 Istilah ini muncul sebagai pengganti buruh yang populer dalam realitas ketenagakerjaan di masyarakat, pihak pemberi kerjapengusaha, pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pihak seriakat pekerjaserikat buruh kita mengetahui bahwa pekerjaburuh secara sosiologis kedudukannya sangat lemah, baik ditinjau dari segi ekonomi maupun dari segi kedudukan dan pengaruhnya terhadap pengusaha. Oleh karena itu, pekerjaburuh tidak mungkin bisa memperjuangkan hak-haknya atua pun tujuannya secara perorangan tanpa mengorganisasikan dirinya dalam satu wadah yang dapat membantu mereka untuk mencapai tujuannya. Serikat pekerjaserikat buruh sebagai wadah secara langsung terkait dengan hubungan pekerja guna kepentingan para anggotanya. 9 8 Asyhadie Zaeni, Peradilan Hubungan Industrial, h. 15-18. 9 Asyhadie Zaeni, Peradilan Hubungan Industrial, h, 20. Hal ini menjadi rumit mengingat dalam menjalankan pengadilan hubungan industrial, hakim yang berwenang memutuskan perkara adalah hakim yang diangkat diusulkan oleh, serikat pekerjaserikat buruh, organisasi pengusaha, juga diberhentikan secara hormat oleh, serikat pekerjaserikat buruh, organisasi pengusaha tersebut. Hal ini tentunya akan menciderai sistem peradilan yang bebas, tidak memihak, dan bersih yang diimpikan karena para hakim akan dikuasai oleh para pihak yang berperkara, karena keberadaan hakim diangkat dan di berhentikan oleh pihak yang akan disidangkan di peradilan hubungan industrial tersebut. Uraian di atas membuat penulis tertarik untuk membahas dalam bentuk skripsi yang berjudul INDEPENDENSI HAKIM AD HOC DI LINGKUNGAN PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANALISIS PASAL 63 DAN PASAL 67 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

B. Identifikasi Masalah

1. Apa itu Hakim Ad Hoc? 2. Bagaimana Kedudukan Hakim Ad Hoc dalam Kerangka Kekuasaan Kehakiman? 3. Bagaimana Penyelesaian sengketa Peradilan Hubungan Industrial? 4. Bagaimana proses rekrutmen hakim Ad Hoc di Pengadilan Hubungan Industrial? 5. Bagaimana Independensi Hakim Ad Hoc dalam penyelesaian sengketa Hubungan Industrial?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya akan membahas seputar hakim ad hoc di lingkungan Peradilan Hubungan Industrial, dan dibatasi terkait pasal 63 ayat 2 dan pasal 67 ayat 1 mengenai pengangkatan dan usul pemberhentian hakim ad hoc di lingkungan peradilan hubungan industrial.

2. Perumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana eksistensi hakim ad hoc pengadilan hubungan industrial? b. Bagaimana pengaruh pasal 63 ayat 2 dan pasal 67 UU PPHI terhadap independensi Hakim Ad Hoc dalam memeriksa dan memutus sengketa hubungan industrial?

D. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui eksistensi hakim ad hoc pengadilan hubungan industrial. b. Untuk mengetahui pengaruh pasal 63 ayat 2 dan pasal 67 UU PPHI terhadap indenpendensi hakim ad hoc dalam memeriksa dan memutus sengketa hubungan industrial.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: a. Menambah wawasan keilmuan tentang penyelesaian sengketa di peradilan hubungan industrial oleh hakim ad hoc. b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensirujukan bagi yang ingin mendalami tentang independensi hakim ad hoc dalam menyelesaikan sengketa hubungan industrial.

E. Studi Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Pembahasan dalam penelitian ini penulis melakukan telaah studi terdahulu pada hasil penelitian yang pembahasannya menyerupai dengan pembahasan yang akan diangkat oleh penulis yaitu: No. Identitas Subtansi Pembeda 1 2 Ayu Anggraini, NIM: 108048000011, kedudukan hukum peradilan pajak dalam sistem peradilan indonesia, prodi Ilmu Hukum, fakultas syariah dan hukum, 2012, Ahmad Saidi, NIM: 1613048000083, kontradiksi kedudukan hakim ad hoc dalam struktur kekuasaan kehakiman analisis Skripsi ini membahas tentang independensi peradilan pajak dan hakimnya dalam sistem peradilan di Indonesia. Skripsi ini membahas tentang bagaimana kedudukan hakim ad hoc sebelum dan sesudah putusan mahkamah konstitusi No. 32PUU- XII2014. Perbedaan dengan skripsi ini adalah dari segi objek peradilan yang diteliti, karena antar peradilan ini memiliki sistem pengangkatan hakim yang berbeda. Perbedaan dengan skripsi yang saya tulis adalah dari segi objek yang diteliti, yang saya teliti adalah hakim ad hoc peradilan hubungan 3 4 putusan MK No. 32ppu-XII2014 judicial rewiew pasal 122 huruf e UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara prodi ilmu hukum, fakultas syariah dan hukum, 2016. Ugo, S.H., M.H. dan Pujiyo, S.H., Hukum acara penyelesaian perselisihan hubungan industrial, buku, penerbit Sinar Grafika, cet-2, 2012. Jamal Wiwoho, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 32 No. 2 Tahun 2013, ISSN: 2301- 9190. Buku ini membahas secara menyeluruh proses penyelesaian perselisihan baik yang dilakukan diluar pengadilan, maupun melalui pengadilan serta sampai kepada pelaksanaan putusan pengadilan atau eksekusi. Disini menjelaskan mengenai proses penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial di Indonesia. industrial. Dalam skripsi ini saya lebih memfokuskan pembahasan pada penyelesaian perselisiahan melalui pengadilan, dan lebih melihat kepada independensi hakim dalam memeriksa dan memutus sengketa. Disini penulis akan membahas indenpendensi hakim ad hoc dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1 45 149

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

Implementasi Kebijakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

0 2 1

KEDUDUKAN HAKIM AD HOC DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 | Rumambi | LEX ET SOCIETATIS 7318 14338 1 SM

0 0 15

PENGARUH UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

0 0 13

Undang Undang No 2 Tahun 2004 Tentang Peradilan Hubungan Industrial

0 0 62

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA

0 0 23

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENDUKUNG IKLIM USAHA DAN INVESTASI TESIS

0 0 14

ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 0 12