37
beranak. Kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dapat dikatakan baik, jika sakit mereka mengunjungi bidan desa untuk diperiksa dan mendapatkan
penanganan dengan diberikan obat sesuai dengan sakit yang diderita.
2.5. Keadaan Sosial
Penduduk Desa Bandar Dolok berasal dari berbagai daerah yang berbeda- beda, dimana mayoritas penduduknya berasal dari berbagai kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara dan yang paling dominan adalah berasal dari Kabupaten Simalungun. Meskipun berasal dari daerah Simalungun, tetapi mayoritas etnis
yang ada di Desa Bandar Dolok ialah etnis Jawa dengan jumlah 833 jiwa atau mencapai sekitar 80, selebihnya ada etnis Melayu, dan Mandailing.
Kerjasama, konflik, dan akomodasi merupakan tiga bentuk kemungkinan atau konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan antar etnis.
Konsekuensi itu dapat terjadi antar kelompok etnik yang memiliki ciri-ciri kelompok, identitas dan nilai-nilai budaya sendiri yang diterima oleh dan dapat
dibedakan dari kelompok lain. Pada masyarakat Desa Bandar Dolok yang terjadi ialah hubungan yang harmonis, sehingga terbentuk tradisi-tradisi musyawarah
untuk mufakat, goton-royong, dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Bandar Dolok dan hal ini secara efektif dapat
menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok. Pada umunya masyarakat Desa Bandar Dolok mengenal antara satu
dengan yang lainnya. Bukan hanya etnis Jawa saja, melainkan mereka juga mengenal tetangganya secara mendalam. Hal ini terjadi karena akibat adanya rasa
hubungan kekeluargaan, mereka saling bertegur-sapa ketika bertemu di jalan,
38
mengobrol di teras rumah dan ketika berbelanja di warung atau kedai. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia sebagai penghubung antara etnis
satu dengan yang lain. Jika sesama etnis Jawa mereka lebih menggunakan bahasa Jawa. Bahasa termasuk unsur penting dalam kebudayaan karena bahasa
merupakan sarana dalam melakukan pergaulan manusia dalam komunikasi dan adaptasinya.
Indahnya harmonisasi hubungan antar etnis yang terjalin di arena lokal dapat dilihat dari eratnya interaksi yang ada, masyarakat juga turut mengikuti apa
yang sesuai dengan aturan adat setempat dan ikut mengambil bagian dalam setiap kegiatan yang ada. Walaupun adat-istiadat Jawa terlihat lebih mendominasi pada
pranata dan nilai budaya, namun hal tersebut hanya dijadikan acuan agar bisa hidup berdampingan. Ibu-ibu di Desa Bandar Dolok sering mengadakan
perkumpulan wiritatau perkumpulan pengajian ibu-ibu majelis taklim, tidak hanya untuk ibu-ibu, majelis taklim juga diikuti oleh bapak-bapak. Mereka juga
membentuk kelompok remaja mesjid, kelompok ini diikuti dan dijalankan oleh muda-mudi setempat. Ada juga grup rebana perempuan yang selalu difungsikan
untuk acara marhaban atau tepung tawar saat ada acara pernikahan, kelahiran, dan khitanan. Sarana-sarana tersebut dinilai cukup fungsional dalam menjalin
hubungan antar etnis yang ada. Dalam perhelatan perkawinan di Desa Bandar Dolok ada juga tradisi
gotong royong. Selain membantu dengan tenaga atau sering disebut dengan rewang, terdapat juga tradisi gotong-royong dengan menyumbangkan bahan-
bahan kebutuhan seperti beras, mie, kelapa, minyak goreng, ayam, dan bahan
39
lainnya. Bentuk kegiatan ini dilakukan secara bergantian seperti halnya arisan atau bermain jula-jula.
Penduduk Desa Bandar Dolok biasanya melaksanakan jual beli di pasar. Pasar diadakan biasanya seminggu sekali pada hari yang ditentukan, masyarakat
di sini biasa menyebutnya dengan pekanan. Ketika hari pasar tiba maka para pedagang dan pembeli dari beberapa dusun dan daerah lain akan berdatangan ke
pasar-pasar yang ada. Para pedangan menjual bahan-bahan pokok seperti beras, gula, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, makanan jadi seperti sate padang, bakso
bakar, dan ada juga yang menjual pakaian, perabotan rumah tangga dan aksesoris- aksesoris lainnya.
2.6. Gambaran Umum Pertanian Desa Bandar Dolok