Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

10

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Di tengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh koran. Sering kali koran memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini lalu diisi oleh majalah dan tabloid. Majalah dan tabloid acapkali sengaja meliput i sesuatu yang diberitakan oleh media massa siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan di televisi akan mencarinya di majalah dan tabloid. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai informasi. Kontrol sosial oleh media massa begitu ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media memang disitu William, dkk, 2003:38-39. Sebagai contoh, Joseph Klapper melihat adanya kemampuan “rekayasa kesadaran” oleh media, dan ini dinyatakannya sebagai kekuatan terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apapun. Rekayasa kesadaran sudah ada sejak lama, namun media-lah yang memungkinkan hal itu dilaksanakan secara cepat dan besar- besaran. Universitas Sumatera Utara 11 Tabloid adalah salah satu jenis industri persuratkabaran yang lebih mengarah kepada bentuk surat kabar yang lebih kecil tiap lembarnya ;surat kabar alternatif mingguan atau semi – mingguan yang berisikan berita – berita kepentingan daerah dan hiburan, sering dibagikan secara gratis pada bentuk surat kabar ukuran tabloid, namun lebih kecil atau surat kabar yang cenderung menekankan cerita – cerita kriminal atau kejahatan yang sensasional, kolom – kolom berita gosip yang selalu menceritakan secara tidak langsung skandal – skandal mengenai kehidupan pribadi para selebritis dan bintang – bintang olah raga dan lainnya, sehingga disebut juga sebagai berita – berita buangan pada bentuk surat kabar berukuran tabloid, namun lebih kecil http:en.wikipedia.orgwikiTabloid . Tabloid merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya dimana pembacanya diharapkan akan mendapatkan gambaran utuh mengenai segala sesuatu. Sebagai contoh, ahkir – akhir ini kita sering menyaksikan pemberitaan tentang poligami, baik itu lewat media elektronik televisi dan radio maupun media cetak koran, majalah, tabloid, dll. Pernikahan kedua da’i kondang KH Abdullah Gymnastiar begitu menggemparkan masyarakat dan mencuatnya kembali pro dan kontra soal poligami, bahkan sampai melebar ke ranah politik. Sebelumnya bahkan sudah muncul orang – orang atau bahkan sampai tokoh terkemuka yang melakukan praktik poligami, seperti Wakil ketua DPR dari PBR Zaenal Ma’rif, KH Zainuddin MZ, H Komar, H Rhoma Irama, Kiwil, Parto Patrio, dan praktik poligami terakhir yang diberitakan di media massa dilakoni oleh Aman Jagau, seorang pengusaha yang disinyalir telah menikahi Angel Lelga Universitas Sumatera Utara 12 sebagai istri keempatnya. Kabar ini tentunya semakin menguatkan kembali kasus poligami. Sebagian besar dari kasus poligami inilah yang kemudian dilahap tabloid -tabloid wanita- khususnya, untuk dijadikan berita – berita yang menarik untuk dibicarakan oleh masayarakat terutama kalangan ibu – ibu rumah tangga sebagai sesama kaum hawa dengan para korban poligami. Dalam antropologi sosial poligami merupakan praktik pernikahan lebih dari satu suami atau istri sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan sekaligus pada suatu saat berlawanan dengan monogami, dimana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat. Terdapat tiga bentuk poligami yaitu poligini seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus, poliandri seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus, dan pernikahan kelompok group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri. Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah namun bentuk poligini merupakan bentuk yang paling umum. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat manakala perempuan yang dipoligami mengalami self-defreciation. Mereka membenarkan, bahkan setuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit diantara mereka yang menganggap penderitaan itu Universitas Sumatera Utara 13 adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri. Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah berja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, statistik meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia diatas 62 tahun atau dibawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, 45-49 tahun, jumlah lelaki lebih tinggi sensus DKI dan nasional tahun 2000. Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks – teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai. Dalam praktik fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti ruang dan waktu. Karena itu pilihan monogami – poligami bukanlah sesuatu yang prinsip. Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip – prinsip dasar syariah yaitu keadilan membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan. Manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai – nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subjek penentu keadilan. Ini pinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai – nilai ini Universitas Sumatera Utara 14 haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan objektif dengan melihat efek poligami dalam relitas sosial masyarakat. Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu poligini. Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya Surat an-Nisa ayat 34:3. Poligini dalam islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap – tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Pada masyarakat hindu baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada hakekatnya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami. Kemudian pada kitab – kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, tapi berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami. Gereja – gereja Kristen umumnya Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain – lain menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab- kitab kuno agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang. Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktekkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang – undang anti poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung Universitas Sumatera Utara 15 dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami http:id.wikipedia.orgwikipoligami . Pemerintah Indonesia berencana akan memperluas cakupan mengenai Peraturan Pemerintah PP tentang pernikahan. Rencana ini dikemukakan pemerintah setelah muncul kontroversi dalam kasus pernikahan kedua seorang pemuka agama terkenal Aa’ Gym. Pasal 3 UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, menyatakan bahwa “pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang istri”. Namun selama ini poligami bisa dilakukan apabila suami mendapatkan ijin dari pengadilan agama dan memenuhi syarat yang ditetapkan. Menurut Pasal 4 dari UU Nomor 1 tahun 1974, ijin hanya diberikan kepada suami apabila istri “tidak dapat menjalankan kewajibannya, mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau tidak dapat melahirkan keturunan”, dan memenihi syarat “adanya persetujuan dari istri, kapastian bahwa suami mampu menjamin hidup istri dan anak – anaknya, dan jaminan bahwa suami akan berlaku adil”, seperti diatur pada Pasal 5 Undang – undang yang sama. Isu dan persoalan perempuan selalu menarik untuk diamati, bahkan dewasa ini semakin banyak ilmuan atau peneliti lebih memfokuskan diri pada pengkajian perempuan secara khusus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan yang berhubungan dengan perempuan itu sendiri. Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia KBBI, perempuan berarti : ”wanita dewasa” dan berdasarkan “Old Japanese English Dictionary” kata perempuan berarti “yang diinginkan”. Dengan maksud bahwa perempuan adalah sesuatu yang diinginkan pria. Universitas Sumatera Utara 16 Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti berbagai persepsi yang tersebar di kalangan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang tentang berita poligami yang disajikan di tabloid Nova.

I.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 63 106

Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Air Bersih Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2004

0 44 79

Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011

0 71 117

Terpaan Acara Infotainment di Televisi Dan Persepsi Ibu Rumah Tangga (Study Korelasional Mengenai Terpaan Acara Infotaiment di Televisi terhadap Persepsi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan III Kelurahan Sunggal Medan tentang Fenomena Perceraian)

9 106 121

Persepsi Ibu Terhadap Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih di Kelurahan Jati Karya Binjai 2008

0 34 46

PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TENTANG SINETRON LIONTIN 2 DI RCTI(Studi pada Ibu Rumah Tangga RT. 05 RW. 01 Kelurahan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru Malang)

0 3 2

PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TENTANG PENAMPILAN MODEL IKLAN FRESTEA GREEN MY BODY ( Studi Persepsi Ibu-ibu Anggota PKK Kelurahan Merjosari Kota Malang )

0 17 2

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya).

0 8 89

pandangan keristen tentang poligami stud

0 2 18

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

0 0 25