OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya).

(1)

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI

(Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

HENDRA PRASETYA

0443010399

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2010


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan, petunjuk serta bimbingannya terutama kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada :

1. Kedua Orang Tuaku tercinta yang telah membesarkan dan membimbing dari kecil dengan penuh kasih sayang, tak lupa juga adikku tercinta Hendry Dwi Prastanti, S.Si.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 3. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.si selaku Dosen Wali yang selalu

mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya.


(3)

iv

5. Untuk seseorang yaitu, dr. Ike Setyorini yang tak hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada penulis agar terselesaikannya skripsi ini.

6. Kepada temanku Arga Fajar yang turut serta membantu semua hal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini, akhirnya kita bisa lulus bareng teman.

7. Teman-temanku yang lain yaitu Freddy, Recky, Yoyok, Nina, Ndonk, Alip, Alit, Ashenk serta semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dan atas dukungan semua pihak yang telah membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Juni 2010


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 11

2.1.2 Pengertian Media Massa ... 13

2.1.3 Pengertian Opini ... 14

2.1.4 Pengertian Berita ... 16


(5)

2.3. Teori S-O-R ... ... 22

2.5. Kerangka Berpikir ... ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.1.1 Definisi Operasional ... 29

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 31

3.1.3 Berita Lelaki Tolak Poligami di Surat Kabar Surya ... 34

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 36

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.2.4. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dan Penyajian Data ... 41

4.1.1 Gambaran Umum Obyek ... 41

4.1.2 Gambaran Umum Surat Kabar Surya ... 42

4.1.3 Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data ... 45

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 46


(6)

4.2.1 Identitas Responden ... 47 4.2.2 Media ... 50 4.2.3 Opini Responden di Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami

Pasca pemberitaan di harian Surya... 51 4.2.3.1 Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... 52 4.2.3.2. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak

Poligami”... 54 4.2.3.3 Dampak Negatif Yang Timbul Dari Laki – Laki Yang

Menolak Poligami ... 56 4.2.3.4 Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek

Positifnya ... 57 4.2.3.5 Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh

Pihak Laki – Laki... 59 4.2.3.6 Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif... 60 4.2.3.7 Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak Poligami ... 61 4.2.3.8 Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat Laki -

Laki ... 63 4.2.3.9 Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak

Poligami” Melawan Keras Praktik Poligami ... 64 4.4.3.10 Ada Keinginan Untuk Mengingatkan Orang Lain Untuk

Tidak Mencoba Berpoligami ... 66


(7)

5.1 Kesimpulan ... 72 5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Usia ... 48 Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49 Tabel 4.3. Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya ... 50 Tabel 4.4. Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... ... 51 Tabel 4.5. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” ... ... 54 Tabel 4.6. Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki

Yang Menolak Poligami ... 56 Tabel 4.7. Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih

Banyak Efek Positifnya ... ... 58 Tabel 4.8. Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak

Laki – Laki ... ... 59 Tabel 4.9. Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif ... ... 59 Tabel 4.10. Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak

Poligami ... 62 Tabel 4.11. Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat

Laki - Laki ... ... 64 Tabel 4.12. Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”


(9)

xii


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori S-O-R ... 25 Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 28


(11)

xii

Lampiran 2. Berita “Lelaki Tolak Poligami” di Harian Surya ... 76 Lampiran 3 Tabulasi Kuesioner ... 77


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Usia ... 48 Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49 Tabel 4.3. Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya ... 50 Tabel 4.4. Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... ... 51 Tabel 4.5. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” ... ... 54 Tabel 4.6. Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki

Yang Menolak Poligami ... 56 Tabel 4.7. Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih

Banyak Efek Positifnya ... ... 58 Tabel 4.8. Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak

Laki – Laki ... ... 59 Tabel 4.9. Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif ... ... 59 Tabel 4.10. Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak

Poligami ... 62 Tabel 4.11. Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat

Laki - Laki ... ... 64 Tabel 4.12. Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”


(13)

x


(14)

xiii

ABSTRAKSI

HENDRA PRASETYA, OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

Peneliti mengambil penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya terhadap laki – laki pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, Pemberitaan mengenai lelaki tolak poligami ini merupakan suatu hal fenomenal yang menimbulkan banyak pemikiran, yang seharusnya disini perempuan merasa dirugikan dan sangat menentang poligami, berita ini justru di awali dari sikap lelaki yang menolak poligami. Peneliti menggunakan kota Surabaya sebagai objek penelitian karena kota Surabaya menempati posisi kedua dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami setelah kota Bandung.

Landasan teori yang dipakai yaitu, pengertian komunikasi massa, pengertian media massa, pengertian opini, pengertian berita, definisi poligami, definisi ibu rumah tangga, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori S-O-R.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data secara sistematis dan terperinci mengenai opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang didasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga di kota Surabaya yang pernah membaca pemberitaan tentang lelaki tolak poligami di media cetak khususnya harian Surya. Teknik sampel yang digunakan adalah non probability sampling, yaitu aksidental sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Yamane.

Dari tabel frekuensi diketahui bahwa hasil keseluruhan dari penelitian ini menunjukkan, responden memiliki opini pada jawaban positif yaitu sebanyak 68 orang atau sebesar 68 %, netral yaitu sebanyak 32 orang atau sebesar 32 % dan tidak ada responden yang beropini negatif atau sebesar 0%

Kesimpulan dalam penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya adalah positif, artinya pembaca berita “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya berpendapat bahwa fenomena lelaki tolak poligami memberikan gambaran baru, bahwa tidak semua laki – laki berminat untuk berpoligami dan mayoritas responden menyatakan menerima serta sependapat dengan pemberitaan ini.

Kata kunci : Opini, Ibu Rumah Tangga Surabaya, Berita “Lelaki Tolak Poligami”, Surat Kabar.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Sedangkan informasi yang disajikan merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Setiap media dalam mengelola informasi akan selalu berbeda dalam setiap pengemasannya. Hal ini dikarenakan adanya visi dan misi serta segmentasi yang dibangun oleh media itu sendiri.

Perspektif media juga akan menentukan fakta apa yang akan dipilih dan ditonjolkan. Penonjolan merupakan hasil dari memuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol oleh wartawan memiliki potensi untuk diperhatikan dalam mempengaruhi pembaca dalam memahami realitas.

Dalam perkembangan Media massa mempunyai dua pengertian, yakni dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Media massa dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, siaran radio dan televisi. Sedangkan pengertian sempit hanya


(16)

2

terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin. Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ).

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto,2002:8)

Tidak dapat dipungkiri bahwa pers termasuk media massa yang amat penting dalam kehidupan selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan, pers juga sebagai alat perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bahan pertimbangan dalam kepuasan dan juga berfungsi sebagai alat kontrol dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkhis. (Suroso, 2002:176). Meskipun peranan pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai “otonomi”, bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Intensitas pers di tengah masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu sendiri. Karena kehidupan pers itu


(17)

ada ketertarikan organisator dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.

Media masa meliputi media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik seperti radio, TV dan video, dan media digital abad baru seperti internet, blog, dan telepon seluler. Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita- berita karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum. (Assegaff,1991:140)

Tanpa berita, surat kabar mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat kabar sekitar 60-70 persen (Koesworo, Margontoro, Viko, 1994:72). Surat kabar cukup mudah didapatkan dan didokumentasikan sebagai referensi pencarian informasi, sehingga berita menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak. Berita-berita yang disajikan media cetak pada umumnya seputar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat atau bahkan didalam pemerintahan, sehingga masyarakat mengetahui informasi-informasi yang terjadi disekitarnya dan didalam pemerintahan. Dalam hal ini dibutuhkan kejujuran dari pihak pers dalam menyampaikan berita-berita yang akan


(18)

4

disampaikan kepada khalayak agar masyarakat mengetahui kejadian yang sebenarnya (Nurudin, 2003:67).

Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain berasal dari wilayah nasional juga berasal dari wilayah lokal, hal ini disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual.

Salah satu berita lokal yang diulas adalah berita mengenai berdirinya Klub Poligami Global Ikhwan Indonesia yang diresmikan di Bandung pada 17 Oktober 2009. Klub poligami ini sudah memiliki 300 anggota yang tersebar di berbagai negara, seperti Indonesia, Australia, Singapura, Timur Tengah, Thailand dan masih banyak lagi. Di Indonesia saat ini ada 30 keluarga yang bergabung dalam klub poligami.

(Surya, 20 Oktober 2009 ; 1 & 11).

Seperti yang kita ketahui, klub adalah perkumpulan yang kegiatannya mengadakan persekutuan untuk maksud tertentu dan gedung tempat pertemuan anggota suatu perkumpulan. Dan poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan. Maka, klub poligami bisa diartikan suatu perkumpulan yang melakukan atau mengadakan kegiatan untuk maksud


(19)

tertentu yang bertempatkan disuatu lokasi yang diikuti oleh orang yang memiliki beberapa istri.

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Pada kenyataannya peserta klub poligami bukan hanya mereka para laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu. Namun mereka para lelaki yang mendukung poligami. Bahkan ada mahasiswa yang masih lajang menjadi peserta klub poligami. Para mahasiswa tersebut mendukung adanya poligami dan siap berpoligami jika nanti mereka berkeluarga.

(TV One : Telusur, Jumat, 6 November 2009).

Tidak semua kaum laki-laki mendukung poligami, Berdirinya Klub Poligami di Bandung mengundang reaksi dari sekelompok laki-laki yang memandang kelompok itu sebagai bentuk perendahan martabat laki-laki. Sebagai bentuk “perlawanan”, mereka membentuk Koalisi Laki-laki Menolak Poligami. Koalisi ini hendak memberi kesadaran kritis. Koalisi ini menyatakan melawan praktik poligami. Poligami adalah satu bentuk perendahan martabat laki-laki. Perendahan martabat itu, ditunjukkan dengan stigma yang dilabelkan sebagai manusia agresif, menang sendiri, serakah, tidak pernah puas dengan satu perempuan, tidak setia. Kaum lelaki juga dituduh tidak punya hati, liar dan suka selingkuh.


(20)

6

Tak bisa dipungkiri, poligami masih menjadi momok buat kaum ibu rumah tangga dan aktivis perempuan. Poligami dianggap sebagai tindakan yang melanggar HAM, tidak memanusiakan wanita, dan juga banyak tuduhan senada lainnya. Intinya, poligami dirasakan tidak adil dan diskriminatif. Dewi, seorang karyawan swasta di Surabaya secara mantap menyatakan tidak setuju dengan poligami. Dia berpendapat, poligami sarat akan potensi konflik keluarga. Fakta di lapangan membuktikan, kebanyakan pasangan yang berpoligami cenderung memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis. Anak yang seharusnya mendapat perhatian dan kasih sayang dari orangtua kandungnya terpaksa harus hidup dengan penuh tekanan mental. Begitu pula kaum istri. Jika dulunya dia mendapat perhatian dari sang suami, kini semuanya harus berbagi. “Mungkin para suami yang berpoligami itu lupa. Dulu, ketika mengucapkan ikrar pernikahan di depan penghulu, dengan mantap mereka berjanji untuk setia dengan pasangannya. Biarkan maut yang akan memisahkan pernikahannya. Nah, sekarang dimana janjimu wahai para suami,” ujarnya.

Pernyataan penolakan praktik poligami juga disampaikan seorang ibu rumah tangga. Secara pribadi, dirinya kurang sependapat dengan adanya praktik poligami. Apapun dalilnya, poligami merupakan awal dari lahirnya hubungan yang kurang sehat. Selingkuh adalah awal dari terjadinya poligami. Ditilik dari akar permasalahannya, selingkuh terjadi karena dipicu oleh


(21)

banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah tidak terciptanya hubungan keluarga yang harmonis, munculnya godaan dari orang ketiga, adanya kesempatan untuk melakukannya dan sebagainya.

(http://www.astaga.com/index.php?mib=berita.detail&id=25490)

Banyak berbagai dampak negatif lain yang dapat menimpa istri pertama akibat poligami di antaranya, tidak diberi nafkah, mengalami penganiayaan fisik, diteror istri kedua, pisah ranjang, dan akhirnya diceraikan di pengadilan. Perceraian yang disebabkan poligami pada tahun 2008 totalnya ada 879 atau 0,6 persen dari seluruh perkara perceraian di Indonesia, PTA (Pengadilan Tinggi Agama) kota Surabaya sendiri menempati urutan kedua setelah Bandung, dengan jumlah 162 perkara menyusul di tempat ke tiga adalah PTA Semarang. Jumlahnya 104 perkara.

(http://pasurabaya.pta-surabaya.go.id/index.php?&act=detail&Itemid=65&id) Temuan lainnya menyebutkan, banyak pelanggaran hukum yang dilakukan suami yang hendak berpoligami. Yang paling mudah adalah menikah di bawah tangan. Artinya, pernikahan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi (sirri) dan tidak dilakukan di hadapan petugas KUA. Poligami yang dilakukan secara sirri biasanya terjadi lantaran sang suami tidak mendapat ijin dari istri pertama. Selain itu, bisa juga karena khawatir mendapat sanksi dari tempat kerja yang tidak membolehkan pegawainya beristri lebih dari satu. Pelanggaran yang sering dilakukan adalah memaksa


(22)

8

istri pertama untuk memberi ijin poligami. Pemaksaan ini bisa digolongkan sebagai tindak pidana KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga.

(http://www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=370 &Itemid=54)

.Berdasarkan konteks di atas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita mempunyai peranan penting. Surat kabar sabagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko, 2001 : 1 )

Peneliti mengambil penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di surat kabar harian Surya, karena pemberitaan mengenai lelaki tolak poligami ini merupakan hal fenomenal yang menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, yang seharusnya dalam sebuah rumah tangga, disini perempuan merasa dirugikan dan sangat menentang akan poligami, berita di harian surya ini justru di awali dari sikap


(23)

lelaki yang menolak poligami. Dengan adanya fenomena tersebut, peneliti akan meneliti fenomena dalam pemberitaan tersebut. Peneliti menggunakan kota Surabaya sebagai objek penelitian karena kota Surabaya menempati posisi kedua dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami setelah kota Bandung. Selain itu, alasan lain mengapa peneliti memilih Kota Surabaya sebagai wilayah penelitian, Peneliti memilih harian Surya karena harian ini lebih banyak memuat berita tentang poligami dari pada surat kabar terbitan Surabaya lainnya selain itu harian surya memasang berita tersebut dengan separuh halaman di halaman nasional serta harian Surya merupakan koran lokal yang segmentasi pembacanya di khususkan pada warga Surabaya. Khalayak dalam penelitian ini adalah responden ibu rumah tangga di kota Surabaya karena, ibu rumah tangga di surabaya merupakan pembaca aktif yang menerima dan merespon pemberitaan media khususnya harian Surya setiap hari secara langsung, selain itu kemungkinan mengalami tindakan poligami hanya bisa dialami oleh perempuan yang telah menikah, atau telah berumah tangga.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :


(24)

10

“Bagaimana opini Ibu rumah tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan bahan referensi penelitian komunikasi selanjutnya.


(25)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada masyarakat umum untuk lebih memahami isi berita atau informasi yang terkandung dalam pemberitaan di sejumlah media massa. Selain itu penelitian berita “lelaki tolak poligami” ini bisa memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat akan arti pentingnya poligami.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan teori

2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa. Komunikasi massa disini diartikan komunikasi massa modern dengan media massa sebagai salurannya. Mengenai jenisnya atau bentuknya ada yang menyebutnya secara luas, misalnya surat kabar, majalah radio, televisi, film, buku, rekaman video, rekaman audio, poster, surat langsung, dan banyak lagi ; ada yang membatasi hanya pada surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa yang sekaligus menjadi bagian dari komunikasi massa. Dengan demikian orang yang membaca surat kabar telah terlibat dalam proses komunikasi massa, surat kabar juga tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri (Effendy,1993:93)


(27)

2.1.2. Pengertian Media Massa

Media massa diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan-pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut (Effendy,2000:26). Terdapat dua jenis media sebagai penyalur pesan yaitu media cetak terdiri dari surat kabar dan majalah serta media elektronik yang terdiri dari televisi, radio dan film. Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih (Kasali,2002 : 99).

Karena obyek penelitian ini adalah surat kabar, maka peneliti mengkhususkan pembahasan hanya pada surat kabar. Menurut Mc. Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik berupa lembaran, karangan dan iklan yang disebarluaskan secara umum (Mc. Quail,2004 : 153).

Efek dari media massa cukup besar, bisa diterima dan tidak bisa di terima, Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media


(28)

14

massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.

Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu atau sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu.

2.1.3. Pengertian Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul melalui interpretasi personal yang akan diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesudiannya terhadap sesuatu yang terjadi. Setiap opini mempunyai 3 unsur yaitu :

1. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan.


(29)

2. Nilai

Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah atau netral.

3. Pengharapan

Mengandung tentang citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengharapan, ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu.

(William dan Cleve, 1994 : 14).

Pada umumnya, orang berpendapat bahwa opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau isu, ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis maupun lisan. Opini merupakan pernyataan yang diucapkan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau instansi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

Secara sederhana opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (stimuli) yang diberikan, kemudian timbul responden dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami dan dipergunakan


(30)

16

karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini merupakan masukan bagi badan penerbitan media massa dan dapat dijadikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun memiliki arah. Yaitu, seperti dibawah ini :

1. Opini positif  Jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral  Jika responden memberikan pernyataan biasa

3. Opini Negatif  Jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendi, 1990 : 85).

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberi respon) terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan / diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

2.1.4. Pengertian Berita

Dean M.Lyle Spencer dalm bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( News survey Journalism ), menyatakan bahwa :

” Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”


(31)

Sedangkan menurut Mitcel V.Charnley, menyebutkan :

” Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca merupakan hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton.

( Muda, 2003:22 )

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut :

a. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity

Proximity artinya kedekatan. Kedekatan di sini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan terkait lainnya.


(32)

18

c. Prominence

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence

Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik

e. Conflict

Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development ( pembangunan ) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Disaster and crimes

Disaster ( bencana ) dan crimes ( kriminal ) adalah 2 peristiwa berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa dan penonton.


(33)

h. Weather

Weather ( cuaca ) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

i. Sport

Berita olah raga sudah lama daya tariknya j. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. ( Muda, 2003 : 29-39 )

2.1.5. Definisi Poligami

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat).

Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), danpernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang


(34)

20

oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis yang menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. (http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami)

2.1.6 Definisi Ibu Rumah Tangga

Pengertian Ibu rumah tangga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah, wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan di rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Pengertian lain ibu rumah tangga adalah wanita yang telah (pernah) menikah, yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangganya sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya didalam rumah atau yang disebut ibu rumah tangga domestik.

Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, peneliti menggabungkan pengertian untuk mendapatkan satu pengertian tentang ibu rumah tangga yaitu, wanita yang telah (pernah) menikah serta mengatur penyelenggaraan pekerjaan rumah tangganya atau yang disebut ibu rumah tangga domestik dan (atau) wanita yang memiliki pekerjaan lain diluar rumah (bekerja di kantor). Pada ibu rumah tangga sebagai responden memiliki karakteristik yaitu :

1. Usia, usia responden pada saat penelitian dilakukan.


(35)

Responden.

3. Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dimiliki oleh responden.

2.2. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial

Menegakkan nilai-nilai demokrasi, memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta hak-hak asasi manusia merupakan contoh idealisme yang harus senantiasa diperjuangkan oleh pers. Idealisme yang melekat pada pers harus dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang konstuktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat. ( Sumardiria, 2005:46 ).

Sementara ( Sumandiria, 2005:32-35 ) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, makhsudnya di sini informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.


(36)

22

4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalak ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain. Peristiwa yang satu dengan peristiwa lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial, adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok. (J.S Roucek, 1987 : 2)

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

2.3. Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi


(37)

adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.


(38)

24

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. ( Effendi, 2003:255 )

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :


(39)

Organisme Ibu Rumah Tangga

Surabaya

Response Stimulus

a. Positif b. Netral

a. Perhatian c. Negatif

b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa ”Pemberitaan Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 )

2.5. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat ibu rumah tangga pembaca surat kabar Surya setelah membaca berita “Lelaki Tolak Poligami”


(40)

26

di harian Surya. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memahami isi berita dimana pola pemahaman tersebut didasari oleh lingkungan, kebudayaan dan tingkat pendidikannya. Dan Surabaya sebagai kota ke dua terbesar setelah Jakarta dengan penduduknya yang memiliki berbagai macam latar belakang dan perbedaan dalam hal ekonomi, budaya, pendidikan, dan tingkatan sosial memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi fenomena poligami. Atas dasar itulah, dalam hal ini media massa khususnya media cetak surat kabar Surya memberitakan mengenai ”lelaki tolak poligami”. Surat kabar Surya merupakan satu-satunya media cetak di Surabaya yang paling intens memberitakan pemberitaan mengenai klub poligami, yaitu sebanyak 7 pemberitaan. Hal ini sesuai dengan fungsi pers yaitu sebagai mediasi dan penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, selain itu juga melakukan kontrol sosial yang konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran serta positif bagi masyarakat. ( Sumadiria, 2005:35 )

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon


(41)

dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu ( Rahmat, 2005:35 ).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti opini ibu rumah tangga Surabaya karena stimuli dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi penyampaian opini oleh khalayak tersebut.


(42)

28

Organisme:

Stimulus: Respon :

Ibu Rumah Tangga Surabaya yang membaca “Lelaki Tolak Poligamii” pada pemberitaan di harian Surya sebagai khalayak Pembaca Berita “lelaki tolak

poligami” di surat kabar Surya

Opini

a. Positif b. Netral c. Negatif

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 2.2 : Bagan kerangka berpikir opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.


(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau beragam variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu siri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001:48 ).

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui opini berdasarkan nilai pemberitaan Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya. Peneliti ingin mengkaji opini Ibu Rumah Tangga Surabaya yang membaca pemberitaan tersebut. Untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Definisi Operasional

Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, terdapat efek dan salah satunya ialah opini atau pendapat.


(44)

30

Opini juga dapat diekspresikan sebagai salah satu pernyataan sikap dalam kata – kata yang digolongkan menjadi pendapat positif (pernyataan yang mendukung), netral dan pendapat negatif (pernyataan yang tidak mendukung). Secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu opini positif, opini netral dan opini negatif dalam menanggapi pemberitaan tentang “lelaki tolak poligami”.

Opini ibu rumah tangga Surabaya dalam penelitian ini diartikan sebagai kesediaan ibu rumah tangga Surabaya untuk mengemukakan opininya dalam bentuk respon. Secara Operasional opini dapat dijabarkankan sebagai berikut :

1. Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

2. Pemberitaan “lelaki tolak poligami” dianggap menguntungkan pihak lelaki dan merugikan wanita.

3. Dampak negatif terhadap lelaki yang menolak poligami seolah olah itu hanya wacana saja.

4, Lelaki yang tidak berpoligami lebih banyak efek positifnya, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kaum wanita. 5. Pemberitaan tentang lelaki tolak poligami telah diterima oleh


(45)

6. Lelaki yang berpoligami adalah lelaki yang mengalami ketidakharmonisan didalam rumah tangga.

7. Kaum laki – laki yang menolak poligami untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga.

8. Poligami merupakan upaya perendahan martabat laki – laki, sehngga menganggap lelaki tidak bermoral.

9. Kaum laki – laki keras melawan praktik poligami yang menduakan istri.

10. Mengingatkan orang lain disekitar Anda untuk tidak mencoba Berpoligami. Pemberitaan tersebut, muncul untuk menguatkan wacana kaum lelaki menolak poligami.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Opini merupakan jawaban dari stimulus yang berupa respon,. Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Dimana dalam pengukuran variabelnya diklasifikasikan menjadi empat opini dari para responden untuk menanggapi pertanyaan – pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Dimana penjelasannya dapat dijabarkan seperti berikut :

1. Skor 4 untuk respon sangat setuju 2. Skor 3 untuk respon setuju


(46)

32

3. Skor 2 untuk respon tidak setuju 4. Skor 1 untuk respon sangat tidak setuju

Berdasarkan jawaban yang diterima dari masing – masing responden, opini ibu rumah tangga terhadap isi pemberitaan lelaki tolak poligami di harian Surya, terbagi menjadi tiga tingkatan. Yaitu berdasarkan kategori positif, netral dan negatif. Kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut melakukan sikap mendukung dan menerima pemberitaan terebut sebagai masukan bagi ibu rumah tangga yang berhubungan dengan informasi dalam pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, dan pemberitaan tersebut tidak dianggap begitu mempengaruhi sikap ibu rumah tangga, maka opini responden dapat disimpulkan positif.

b. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut cenderung tidak mengalami perubahan sikap atau tidak memberikan pandapatnya tentang pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dan dianggap tidak tahu dan tidak mau tahu tentang pemberitaan tersebut, dengan hal ini menganggapnya tidak penting dan tidak berpengaruh pada opini ibu rumah tangga maka responden dapat disimpulkan netral. c. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut menyatakan


(47)

pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, berita terebut dianggap merugikan ibu rumah tangga dan menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga, pemberitaan tersebut membuat munculnya banyak opini bahwa poligami hal yang baik. maka dapat disimpulkan negatif.

Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval opini Positif, Netral dan Negatif

Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh lebar interval untuk mengetahui arah opini ibu rumah tangga. Daftar pertanyaan tentang opini ibu rumah tangga terhadap isi pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya terdiri dari 10 pertanyaan. Sehingga :

Skor terendah = 10 x 1 = 10 Skor Tertinggi = 10 x 4 = 40

Skor interval = 40 -10 = 10

3

Batasan skor untuk mengetahui arah opini ibu rumah tangga terhadap isi pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya adalah :


(48)

34

Jumlah skor 10 – 19 termasuk rendah (negatif) Jumlah skor 20 – 29 termasuk sedang (netral) Jumlah skor 30 – 40 termasuk tinggi (positif)

3.1.3 Berita Lelaki Tolak Poligami di Surat Kabar Surya

Berita lelaki tolak poligami ini mencuat sebagai bentuk protes kaum lelaki atas pendeklarasian klub poligami Global Ikhwan di Bandung. Klub ini hadir di Indonesia, diwarnai dengan pro dan kontra. Di seluruh Indonesia, saat ini ada 30 keluarga yang bergabung dalam klub poligami. Pada kenyataannya peserta klub poligami bukan hanya mereka para laki – laki yang memiliki istri lebih dari satu. Namun mereka para lelaki yang mendukung poligami. Bahkan ada mahasiswa yang masih lajang menjadi peserta klub poligami. Para mahasiswa tersebut mendukung adanya poligami dan siap berpoligami jika nanti mereka berkeluarga.

Tidak semua kaum laki-laki mendukung poligami, Berdirinya Klub Poligami di Bandung mengundang reaksi dari sekelompok laki-laki yang memandang kelompok itu sebagai bentuk perendahan martabat laki-laki. Sebagai bentuk “perlawanan”, mereka membentuk Koalisi Laki-laki Menolak Poligami (Kolmi). Kolmi hendak memberi kesadaran kritis. Koalisi ini menyatakan melawan praktik poligami. Poligami adalah satu bentuk perendahan martabat laki-laki. Perendahan martabat itu, ditunjukkan dengan stigma yang dilabelkan sebagai manusia agresif, menang sendiri, serakah,


(49)

tidak pernah puas dengan satu perempuan, tidak setia. Kaum lelaki juga dituduh tidak punya hati, liar dan suka selingkuh.

Peneliti mengambil penelitian opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya, karena pemberitaan mengenai lelaki tolak poligami ini merupakan hal fenomenal yang menimbulkan banyak pemikiran, yang seharusnya disini perempuan merasa dirugikan dan sangat menentang akan poligami, berita ini justru di awali dari sikap lelaki yang menolak poligami. Dari sini peneliti ingin mengukur, apakah pasca pemberitaan tersebut, memiliki pengaruh dan bagaimanakah opini ibu rumah tangga terhadap pemberitaan tersebut. Sehingga opini ibu rumah tangga Surabaya dapat diukur (positif, netral atau negatif).

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:55). Sedangkan, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2002:56).

Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah kota Surabaya. Kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolis di Indonesia dengan kepadatan


(50)

36

penduduk yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini jumlah populasi ibu rumah tangga Surabaya pada bulan Desember 2008 adalah 1.123.648 orang.

(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?list&id=8&width=60&height=600) Alasan lain, karena kota Surabaya sendiri menempati posisi kedua setelah Bandung dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami diseluruh Indonesia.

(http://pasurabaya.pta-surabaya.go.id/index.php?&act=detail&Itemid=65&id) Selain itu, mengapa peneliti memilih Kota Surabaya sebagai wilayah penelitian, karena sebagai kota metropolis tentu masyarakat Surabaya banyak menerima informasi dan daerah perkotaan merupakan tempat yang penduduknya mudah memperoleh media massa khususnya media cetak. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga di kota Surabaya yang pernah membaca pemberitaan tentang lelaki tolak poligami di media cetak khususnya harian Surya. Adapun ibu rumah tangga yang dimaksud disini adalah ibu rumah tangga domestik, yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan diluar rumah.

3.2.2. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability sampling, yaitu Sampling Aksidental. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak menggunakan teori probability, artinya tidak


(51)

memberikan peluang ( kesempatan ) yang sama baik setiap unsur-unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan Sampling Aksidental adalah adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Bungin, 2001:116). Dalam penelitian ini karakteristik populasi yang telah ditentukan yaitu ibu rumah tangga di kota Surabaya dan membaca pemberitaan lelaki tolak poligami di harian Surya. Untuk mencari jumlah atau nilai sampel, maka digunakan rumus Yamane (Rahmat, 2001 : 82) sebagai berikut :

N n= ________

N (d²)+1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi (presisi derajat ketelitian =0,1) Menggunakan rumus diatas sebagai berikut : 1.123.648

n = _____________ 1.123.648.(0.1²)+1


(52)

38

1.123.648 n = _____________ 11.236,48 n = 100

Jadi didapatkan sampel yang diambil di kota Surabaya sebanyak 100 orang

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan ( Suyanto, 2005:55 ) Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan kuesioner.

3.2.4. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam


(53)

table frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada (Rahmat, 2002:134)

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

F

P = X 100% N

Keterangan :


(54)

40

F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan, maka proses ini disebut tabulasi.


(55)

4.1. Gambaran Umum Dan Penyajian Data 4.1.1. Gambaran Umum Obyek

Mendefinisikan poligami tak cukup hanya melihat kamus bahasa. Terdapat banyak makna dalam kata ‘poligami’. Yang jelas, poligami adalah bagian dari kehidupan sehari-hari manusia Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memahami isi berita dimana pola pemahaman tersebut didasari oleh lingkungan, kebudayaan dan tingkat pendidikannya. Dan Surabaya sebagai kota ke dua terbesar setelah Jakarta dengan penduduknya yang memiliki berbagai macam latar belakang dan perbedaan dalam hal ekonomi, budaya, pendidikan, dan tingkatan sosial memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi fenomena poligami. Atas dasar itulah, dalam hal ini media massa khususnya media cetak surat kabar Surya memberitakan mengenai ”lelaki tolak poligami”.

. Dengan adanya perbedaan pendapat, dalam hal ini peneliti meneliti untuk mengetahui bagaimana opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.


(56)

42

4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Surya

Surat Kabar Surya diterbitkan pertama kali oleh PT. Antara Surya Jaya yang bergarak pada bidang penerbitan dan percetakan yang tergabung dalam group penerbitan Pos Kota Jakarta. PT. Antara Surya Jaya berdiri atas prakarsa Ivan Harsono di Surabaya pada 24 Oktober 1983. PT. Antara Surya Jaya selain menerima order cetak juga menerbitkan surat kabar dengan logo ”Surya” yang terbit seminggu sekali.. Dengan konsentrasi pemasarannya meliputi daerah Jawa Timur dan Indonesia Bagian Timur. Surat kabar mingguan ini memiliki kantor sekaligus divisi percetakan dalam satu lokasi yang bertempat di jalan Kyai Abdul Karim 37-39 Kecamatan Rungkut Menanggal Surabaya.

Pada tanggal 10 November 1989 Surya mengubah pola terbitnya menjadi Surat kabar harian. Perbedaan surat kabar Surya mingguan dan harian ditandai dengan perubahan logo Surya yang semula berwarna dasar merah dengan warna putih pada tulisannya menjadi warna dasar hitam pada tulisannya. Untuk memperluas daerah pemasaran kemudian dilakukan kerjasama dengan kelompok Kompas Gramedia (KGG) Jakarta. Kegiatan operasional baik divisi penerbitan dan divisi bisnis harian pagi Surya pindah kantor ke jalan Basuki Rahmat 93-95 Surabaya.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan pasar yang menuntut informasi secara aktual dan cepat, surat kabar Surya selalu berbenah diri dengan meningkatkan kualitas. Peningkatan kualitas ini tercermin dari


(57)

perubahan tampilan penyajian, bahasa, jenis rubrik yang ditampilkan, teknik penulisan, serta pemasaran. Harian Surya juga mengubah segmen pembacanya yng sebelumnya bersegmen menengah kebawah menjadi menengah keatas. Surya mendapatkan surat ijin usaha penerbitan pers dari Menteri Penerangan pada tanggal 8 Juni 1986, yakni (SIUP) SK MENPEN No. 202/SK/MENPEN/A7/1986. Untuk menjalankan fungsi-fungsi pers sebagai acuan dan nilai dasar yang perlu dihayati bersama oleh para jurnalisnya, harian Surya mengikrarkan visinya dalam kebijakan keredaksionalan. Visi tersebut adalah ”Manusia dan kemanusiaan serta cobaab dan permasalahannya, berikut aspirasi dan hasratnya”. Visi dalam keredaksionalan ini berperan sebagai acuan dan nilai dasar yang dihayati bersama untuk para jurnalisnya. Dengan kemajuan dan perkembangan surat kabar Surya yang sedemikian pesat, disamping kebijakan menejemen dan sirkulasi, menyebabkan PT. Antara Surya Jaya pindah ke Jalan Raya Margorejo Indan Blok D-108 Surabaya pada tanggal 15 Maret 1997. Lokasi baru ini merupakan lokasi yang strategis untuk mendistribusikan surat kabr serta dilihat dari segi ekonomi lebih menguntungkan karena lebih dekat dengan PT. Antara Surya Jaya, sehingga memudahkan dalam hal pengiriman plat koran yang siap cetak. Serta dapat mengurangi keterlambatan dalam proses cetak.

Berdasarkan data yang dihimpun, rata-rata tiras harian Surya dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 yaitu 110.000 eksemplar per hari, wilayah


(58)

44

pemasaran di Jawa Timur dan Indonesia Timur. Dengan perincian 90.235 eksemplar per hari pada kota Surabaya, pada kota Malang sebanyak 24.131 eksemplar per hari, Jember 16.200 eksemplar per hari, Kediri sebanyak 13.375 eksemplar per hari, kota Madiun sebanyak 9.750 eksemplar perhari, Solo sebanyak 5.623 eksemplar perhari, dan kota-kota lain sebnyak 20.697 eksemplar perhari.

Sejak Mei tahun 2002 tiras surat kabar Surya sudah mencapai 310.000 eksemplar per hari. Peningkatan pemasaran ini membuktikan bahwa isi dan gaya penyajian yang dipilih harian Surya bisa diterima masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat Surabaya. Sejak bulan Mei tahun 2001 kepemilikan saham yang semula dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia dan Pos Kota, sekarng kepemilikkannya sepenuhnya dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia (KKG), (Litbang Surya, 2004). Sebagai usaha meningkatkan kualitas harian Surya mulai dengan pembenahan gaya penyajian dan penambahan rubrik, perubahan rubrik, pembenahan dimeja redaksi ikut serta dalam bagian bisnis, antara lain bagian sirkulasi yang agresif membuka jaringan baru di daerah potensial dan menerjunkan ratusan pemasar. Begitu pula dengan bagian iklan dan promosi yang terus meningkat dengan bekerjasama dengan induk Kompas.


(59)

4.1.3. Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di Surabaya yang merupakan ibu kota Jawa Timur dengan tipe penduduk yang majemuk dan heterogen. Selain itu masyarakat Surabaya yang memiliki ciri kosmopolitan, antara lain masyarakatnya bersifat individual, suka pada keterbukaan dan dekat dengan media massa dan Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara geografis kota Surabaya terletak antara 07° 12° - 07° 12° LS (lintang selatan) dan 112° 36° dan 112° 54° BT (bujur timur). Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter diatas permukaan air laut. Dengan luas wilayah ± 326.36 km² yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa atau kelurahan. Surabaya berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gresik di sebelah barat.

Surabaya terdiri dalam 5 (lima) wilayah, yaitu, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara, Surabaya Selatan dan Surabaya Pusat. Menurut data yang diperoleh dari BPS dalam “Surabaya Dalam Angka 2002”, luas wilayah Surabaya dapat di spesifikasikan, sebagai berikut :


(60)

46

1. Surabaya Barat dengan luas wilayah 118.01 km², yang terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 2 (dua) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

2. Surabaya Timur, dengan luas wilayah 91.78 km², yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

3. Surabaya Utara, dengan luas wilayah 38.32 km², yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 1 (satu) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

4. Surabaya Selatan, dengan luas wilayah 64.07 km², yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

5. Surabaya Pusat, dengan luas wilayah 14.78 km², yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan.

Sehingga luas wilayah Surabaya secara keseluruhan ± 326.27 km², yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan (BPS Kota Surabaya, 2008 : 72).

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Sampel penelitian ini berjumlah 100 orang responden dengan tolak ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan pada seluruh sampel penelitian sebagai responden. Setelah diisi keadaan data yang diperoleh kemudian di edit, dikode dan memasukkan data tersebut


(61)

kedalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisa secara deskriptif berdasarkan setiap pertanyaan yang diajukan.

Penelitian ini tidak menguji hubungan tetapi hanya bertujuan untuk memaparkan satu variabel maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Jadi dalam analisa penelitian ini adalah ingin mengaitkan opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya, berdasarkan kualifikasi yakni responden yang secara aktif memberikan opini dengan beberapa bagian penting yang ada dalam penelitian, sehingga diperoleh gambaran mengenai opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.

4.2.1. Identitas Responden

Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini tidak berlaku untuk semua umur, disini peneliti menggunakan responden Ibu Rumah Tangga yang berusia 20 – 50 tahun yang membaca pemberitaan tentang lelaki tolak poligami saja. Hal ini dilakukan semata-mata supaya diperoleh data yang valid. Pada bagian identitas responden ini, dijabarkan mengenai karakteristik para responden ditinjau dari usia dan pendidikan terakhir untuk selengkapnya terdapat pada tabel berikut :


(62)

48

Tabel 4.1.

Responden Berdasarkan Usia

No Usia Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. 20 – 30 51 51

2. 31 – 40 28 28

3. 41 – 50 21 21

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner I no. 2

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa opini ibu rumah tangga di Surabaya pasca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar terdapat 51 orang atau sebesar 51% memiliki usia antara 20 – 30 tahun, selanjutnya sebanyak 28 orang atau sebesar 28% mempunyai usia antara 31 – 40 tahun dan sisanya sebanyak 21 orang atau 21% mempunyai usia antara 41 – 50 tahun. Banyaknya responden yang berusia antara 20 – 30 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut adalah usia yang dewasa, dan sudah termasuk usia yang bisa menjalin sebuah hubungan menjadi sebuah keluarga, seperti kita ketahui, bahwa usia 20 – 30 adalah masa masa produktifitas.

Dan identitas responden yang terakhir yaitu berdasarkan pendidikan terakhir, dapat dilihat pada penjabaran tabel berikut ini :


(63)

Tabel 4.2.

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase (%)

1. Tamat SD 13 13

2. Tamat SMP 15 15

3. Tamat SMU 40 40

4. Akademi / Diploma 23 23

5. Sarjana 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner I no. 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa opini ibu rumah tangga di Surabaya pasca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya, sebagian besar pendidikan terakhir yang dimiliki responden adalah memiliki pendidikan terakhir SMU yakni sebanyak 40 orang atau sebesar 40%. Selanjutnya, responden yang memiliki pendidikan terakhir Akademi / Diploma yakni sebanyak 23 orang atau 23 %, selanjutnya responden yang memiliki pendidikan terakhir di bangku SMP sebanyak 15 orang atau sebesar 15%. Sedangkan sisanya memiliki pendidikan terakhir di sekolah dasar 13 orang atau sebesar 13 % dan sarjana 9 orang atau sebesar 9%.

Banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir SMU karena pengambilan responden lebih banyak ke kelas menengah kebawah,


(64)

50

karena kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga tentang poligami, sehingga cenderung mudah menerima terpaan media dan mudah menjadi korban poligami.

4.2.2. Media

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang juga turut andil sebagai penyampai media indormasi yang akurat kepada khalayak pembacanya. Dalam hal ini terdapat pertanyaan tentang media, yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.

Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya

No Frekuensi Membaca Frekuensi Prosentase (%)

1. < 2 kali 21 21

2. = 2 kali 36 36

3. > 2 kali 43 43

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner II no. 1

Sesuai dengan tabel diatas dapat diketahui bahwa banyaknya responden yang membaca pemberitaan lelaki tolak poligami tersebut sebanyak lebih dari 2 kali yakni sejumlah 43 orang atau sebesar 43%, selanjutnya, responden yang membaca pemberitaan sebanyak 2 kali yakni 36 orang atau


(65)

sebesar 36%, dan 21% atau sebanyak 21 orang membaca pemberitaan tersebut kurang dari 2 kali. Banyaknya responden yang membaca pemberitaan tersebut dikarenakan pemberitaan lelaki tolak poligami cukup menarik minat ibu rumah tangga untuk mendapatkan informasi tentang poligami ini serta memicu opini mereka tentang pemberitaan yang menurut sebagian responden tidak semestinya.

4.2.3. Opini Responden di Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan di Harian Surya

Opini adalah salah satu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat efek salah satu jenisnya yaitu opini atau pendapat dan selanjutnya didefinisikan opini sebagai suatu pernyataan atau sikap dalam kata – kata. Dari kuesioner yang telah disebar oleh peneliti, peneliti ingin mengetahui opini ibu rumah tangga Surabaya setelah membaca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya. Opini dalam penelitian ini diukur melalui beberapa indikator diantaranya adalah :

1. Kepercayaan

Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan.


(66)

52

2. Nilai

Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah atau netral.

3. Pengharapan

Mengandung tentang citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengharapan, ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu.

Berdasarkan ketiga indikator tersebut diatas, maka dapat diukur opini atau pendapat ibu rumah tangga Surabaya setelah membaca berita mengenai lelaki tolak poligami sebagai berikut :

4.2.3.1. Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

dijelaskan data mengenai pemberitaan di surat kabar Surya. Apakah responden mengetahui berita tersebut atau tidak.. Selanjutnya dapat ditunjukkan pada tabel di bawah.


(67)

Tabel 4.4.

Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 49 49

2. Setuju 32 32

3. Tidak Setuju 11 11

4. Sangat Tidak Setuju 8 8

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 1

Tabel diatas menunjukkan pendapat tentang pemberitaan lelaki tolak poligami yang menginformasikan tentang lelaki membentuk koalisi anti poligami. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 49 orang atau sebesar 49% responden yang menjawab sangat setuju. Serta responden yang menyatakan setuju yaitu sebesar 32 orang atau sebesar 32%. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum, responden menginginkan bahwa pemberitaan tentang lelaki tolak poligami tersebut dibuat secara berkesinambungan karena menurut responden, surat kabar, khususnya harian surya banyak memuat pemberitaan tentang lelaki tolak poligami dan pemberitaan yang berkaitan


(68)

54

dengan isu tersebut. Sebanyak 49% responden menyatakan bahwa pemberitaan tersebut lebih baik dibuat berkesinambungan.

Sedangkan sebanyak 11 orang atau 11 % menyatakan tidak setuju, dan sisanya sebanyak 8 orang atau 8% menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan sangat tidak setuju mengatakan bahwa mereka tidak ingin pemberitaan tersebut dibuat berkesinambungan karena kesibukan mereka beraktivitas sehari – hari sehingga tidak sempat membaca surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu media yang mudah kemasannya dan mudah diterima oleh semua kalangan termasuk ibu rumah tangga. Sehingga surat kabar sangat mudah memberikan informasi tanpa halangan.

4.2.3.2. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

Pada bagian ini akan dijelaskan data yang berkaitan dengan pendapat tentang pemberitaan lelaki tolak poligami. Apakah responden merasa setuju atau sependapat atau tidak.


(69)

Tabel 4.5.

Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 71 71

2. Setuju 20 20

3. Tidak Setuju 6 6

4. Sangat Tidak Setuju 3 3

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 2

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 71 orang atau sebesar 71% menyatakan sangat setuju dengan pemberitaan tersebut. Berita lelaki tolak poligami, dapat diterima oleh berbagai kalangan khususnya kaum wanita, serta sebanyak 20 orang atau 20% menyatakan setuju. Mayoritas responden pada tabel diatas menyatakan sangat setuju bahwa pemberitaan lelaki tolak poligami mendapat penerimaan dari mayoritas responden. Hal ini dikarenakan, selama ini kaum laki – laki adalah pengambil keputusan terbesar untuk berpoligami. Dengan munculnya pemberitaan lelaki tolak poligami, pandangan sebagian besar responden berubah. Ini memberikan gambaran baru, bahwa tidak semua laki – laki berminat untuk berpoligami dan mayoritas responden menyatakan menerima serta sependapat dengan pemberitaan ini.


(70)

56

Selanjutnya sebanyak 6 orang atau sebesar 6% berpendapat sebaliknya atau tidak setuju bahwa pemberitaan lelaki tolak poligami tidak dapat mereka terima. Sisanya 3 orang atau 3% berpendapat sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju, berpendapat bahwa pemberitaan tersebut hanya mencari sensasi dan pembelaan diri dari kaum laki – laki atas perilaku poligami yang saat ini sedang menjadi isu hangat di tengah masyarakat.

4.2.3.3 Dampak Negatif Yang Timbul Dari Laki – Laki Yang Menolak Poligami

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang dampak negatif yang akan ditimbulkan dari laki – laki yang menolak poligami dan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6.

Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki Yang Menolak Poligami

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 6 6

3. Tidak Setuju 38 38

4. Sangat Tidak Setuju 56 56

Jumlah 100 100


(71)

Sesuai dengan tabel diatas, sebagian besar responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa laki – laki yang menolak poligami akan berdampak negatif. Sebanyak 56 orang atau 56% responden menyatakan sangat tidak setuju. Sementara 38 orang atau sebesar 38% menyatakan tidak setuju dan sisanya sebanyak 6 orang atau 6% menyatakan setuju atau sependapat.

Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan tidak ada dampak negatif bagi laki – laki yang tidak berpoligami. Responden justru berpendapat, jika laki – laki melakukan poligami, akan banyak berdampak negatif misalnya adanya ketidakadilan antara istri pertama dan kedua, kemungkinan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan sebagainya.

4.2.3.4 Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek Positifnya

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang lelaki yang tidak berpoligami akan lebih besar efek positifnya dan kemudian disajikan pada tabel berikut.


(72)

58

Tabel 4.7.

Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek Positifnya

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 74 74

2. Setuju 23 23

3. Tidak Setuju 3 3

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa yang menyatakan sangat setuju bahwa tidak berpoligami lebih banyak efek positifnya sebanyak 74 orang atau sebesar 74%, sedangkan sebanyak 23 orang atau 23% menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju, hal ini dikarenakan karena berpoligami menurut pendapat responden, tidak bisa mereka terima. Responden menyatakan lebih baik bercerai daripada dipoligami oleh suami mereka.

Sisanya hanya 3 orang atau sebesar 3% yang mengatakan tidak setuju. Sedangkan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan diatas. Responden yang menyatakan setuju sangat sedikit, umumnya mereka berpendapat berpoligami sah saja karena dalam agama tidak dilarang asal sesuai dengan syarat – syaratnya.


(73)

4.2.3.5 Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak Laki – Laki

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang pemberitaan lelaki tolak poligami diterima oleh kaum laki – laki, dan kemudian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.8.

Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak Laki – Laki

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 62 62

2. Setuju 31 31

3. Tidak Setuju 3 3

4. Sangat Tidak Setuju 4 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 5

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebanyak 62 responden atau sebesar 62% menyatakan setuju bahwa pemberitaan lelaki tolak poligami diterima oleh pihak laki – laki, sedangkan sebanyak 31 orang atau 31% responden menyatakan setuju. Banyaknya responden yang sangat setuju dengan pernyataan diatas memberikan gambaran bahwa kaum ibu rumah tangga percaya bahwa laki – laki atau suami mereka dapat menerima pemberitaan


(74)

60

tersebut. Pernyataan beberapa responden, mereka percaya bahwa suami mereka tidak akan melakukan poligami dan responden yakin bahwa suami mereka mendukung pemberitaan tersebut.

Sisanya masing – masing sebanyak 3 orang atau sebesar 3% dan 4 orang atau sebesar 4% menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian kecil responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Mereka menyatakan bahwa kemungkinan besar mereka dapat menjadi korban poligami suami mereka dan para responden ini yakin bahwa suami mereka tidak dapat menerima pemberitaan ini tanpa alasan yang jelas.

4.2.3.6 Lelaki Yang Berpoligami Berstigma Agresif

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang pernyataan bahwa lelaki yang berpoligami, cenderung berstigma agresif. Kemudian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.9.

Lelaki Yang Berpoligami Berstigma Agresif

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 89 89

2. Setuju 10 10

3. Tidak Setuju 1 1


(75)

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioner III no. 6

Hampir 89 orang atau sebesar 89% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut, sisanya 10 orang atau 10% responden menyatakan setuju dan hanya 1 orang atau 1% responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada.

Sesuai dengan hasil yang ada pada tabel diatas, mayoritas responden sependapat dengan pernyataan bahwa kaum lelaki yang berpoligami cenderung berstigma agresif. Mereka menyatakanan, lelaki yang berpoligami tidak bisa menahan syahwatnya, tidak pernah puas terhadap satu wanita dan sebagian responden menyebutnya serakah dan mau menang sendiri. Sebanyak 1 orang yang tidak sependapat dengan pemberitaan ini menyatakan, bahwa tidak semua laki – laki yang berpoligami dikatakan agresif, responden ini menyatakan, pasti ada alasan tertentu yang membuat seorang laki – laki memutuskan untuk berpoligami. Misalnya istri pertama yang tidak bisa memberikan keturunan, dan lain sebagainya. Asalkan sudah sesuai dengan syarat dan yang terpenting, sudah mendapat ijin dari istri pertama, berpoligami bagi laki – laki, bukan masalah dan bukan bentuk keagresifan.


(1)

70

sekedar bacaan setiap hari, yang mana bagi ibu rumah tangga, pesan yang disampaikan pada pemberitaan hanya mencari sensasi belaka.

Dari hasil tabulasi kuisioner diketahui juga bahwa tidak ada yang menanggapi secara negatif terhadap pemberitaan “lelaki tolak poligami”. Dengan pemberitaan tersebut, masyarakat Surabaya umumnya, serta ibu rumah tangga pada khususnya menanggapi secara positif dan netral, hal tersebut tampak pada tabulasi kuisioner bahwa yang menanggapi negatif tidak ada sama sekali, atau sebesar 0%. Ibu rumah tangga, umumnya menanggapi positif terhadap pemberitaan lelaki tolak poligami, karena selama ini poligami dianggap sebagai hal yang negatif dan dapat merusak keutuhan rumah tangga. Jadi, setiap pemberitaan yang tidak mendukung aksi poligami, selalu didukung ibu rumah tangga. Dengan nilai tabulasi yang mengatakan negatif atau dengan prosentase 0%, mengindikasikan bahwa media cetak cukup efektif untuk memberikan stimulus atau respon. Secara umum, hasil pemberitaan “lelaki tolak poligami” menurut tabulasi data, cenderung positif sehingga pemberitaan ini dapat dikatakan direspon dengan baik.

Hal ini sesuai dengan teori S-O-R yang berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen; sikap, opini, perilaku, kognisi dan konasi (Effendy, 2003 : 115). Menurut teori ini, efek


(2)

71

yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999 : 71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses tersebut, maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berpikir tersebut menunjukkan pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat, 1999 : 68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya, timbullah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya (Effendy, 1993 : 256).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat di tarik beberapa keimpulan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

Sebagian besar responden mempunyai opini positif terhadap pemberitaaan “lelaki tolak polgami” yang ada di surat kabar Surya berisi tentang penolakan kaum laki – laki terhadap poligami. Serta tidak adanya responden yang mempunyai opini negatif dalam penelitian ini. Dengan banyaknya responden yang beropini positif ini mengindikasikan bahwa fenomena lelaki tolak poligami memberikan gambaran baru, bahwa tidak semua laki – laki berminat untuk berpoligami dan mayoritas responden menyatakan menerima serta sependapat dengan pemberitaan ini.

Pemberitaan diharian Surya tersebut dimaksudkan agar para pembaca khususnya kaum ibu rumah tangga, lebih terbuka dengan fenomena baru yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini Ibu rumah tangga dapat melihat dari perspektif yang berbeda dalam menyikapi tentang masalah poligami.


(4)

73

5.2. Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya, antara lain, media massa sebagai salah satu sumber informasi, pendidikan, dan hiburan diharapkan mampu terus memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Bagi pembaca pada umumnya apabila ingin melakukan penelitian yang serupa agar menambah jumlah pertanyaan supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik di kesempatan penelitian yang akan datang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Assegaff Djafar, 1991, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

Azwar, Saifuddin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial (Format-format Kuantitatif dan Kualitatif), Surabaya : Airlangga University Press.

Bungin, Burhan, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana.

Djuroto, Totok, 2002, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu Teori dan Praktek, bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

J.S. Roucek, 1987, Pengendalian Sosial, Jakarta : CV.Rajawali Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Jakarta : Balai Pustaka

Kasali, Rhenald, 2000, Manajemen Public Relation : Pustaka Utama Grafity Muda, Iskandar, 2003, Jurnalistik Televisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mcquail, Dennis, 2005, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga Nazir, Mohammad, 2003, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : PT Galia

Indonesia

Rakhmat, Jalaludin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sumandiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia ( Menulis Berita dan Feature ),


(6)

NON BUKU :

SURYA, 20 Oktober 2009 SURYA, 2 November 2009

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

(http://www.astaga.com/index.php?mib=berita.detail&id=25490)

(http://pasurabaya.pta-surabaya.go.id/index.php?&act=detail&Itemid=65&id)

(http://www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=370&Itemid =54)

(http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/29/1113174/kompas.com.lahir.kembali.d engan.wajah.baru)

(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?list&id=8&width=60&height=600) (http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami)


Dokumen yang terkait

Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

6 59 92

Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Air Bersih Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2004

0 44 79

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Pengguna Wadah Plastik Penyimpanan Makanan dan Minuman di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2011

21 107 119

Analisis Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Kaitannya Terhadap Pengembangan Wilayah(Studi Kasus : Daerah Pantai, Dataran Rendah, Dan Dataran Tinggi Pegunungan Kabupaten Deli Serdang)

2 21 140

Pembuatan Beton Semen Polimer Berbasis Sampah Rumah Tangga Dan Karakterisasinya

2 32 100

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN MATA LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Trans 7).

0 2 80

OPINI IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA TERHADAP LAGU “HAMIL DULUAN” YANG DICEKAL OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR . (Studi Deskriptif kuantitatif tentang opini ibu rumah tangga di Surabaya terhadap lagu “Hamil Duluan” yang dicekal oleh komisi

0 0 92

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

0 0 25

OPINI IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA TERHADAP LAGU “HAMIL DULUAN” YANG DICEKAL OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR . (Studi Deskriptif kuantitatif tentang opini ibu rumah tangga di Surabaya terhadap lagu “Hamil Duluan” yang dicekal oleh komisi

0 0 24

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN MATA LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Trans 7)

0 0 18