25
pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitas-aktivitas
intermediasi Maryanah, 2006.
3. Murabahah a. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu keuntungan, yaitu prinsip
bai‟ jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah
nilai keuntungan ribhun yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan
secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Karim, 2007. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw dan
para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati.
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam
murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.
Antonio, 2001. Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.
Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti
26
penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
lump sum atau berdasarkan persentase www.wikipedia.com.
Menurut Heri Sudarsono 2003 murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak
bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas
laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata
lain, penjualalan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit
. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang
ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atau dasar cost-plus profit.
b. Landasan Hukum
Di dalam al- Qur„an, pembahasan secara langsung mengenai
murabahah tidaklah ada, walaupun terdapat beberapa ayat yang
27
menunjukkan kajian yang terkait dengannya seperti pembahasan mengenai jual-beli ataupun permasalahan keuntungan dan kerugian dalam suatu
perdagangan. Demikian pula halnya dengan hadis-hadis Rasulullah Saw, tidak
ada satupun hadist yang membahas atau memiliki rujukan langsung mengenai permasalahan murabahah ini.
Al- Qur‟an
Artinya : “Orang-orang yang Makan mengambil riba[174]
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari
mengambil riba, Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah.
orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghui-
penghuni neraka; mere ka kekal di dalamnya”. Q.S Al-Baqarah [2] : 275
28
Al-Hadis : Dari Suaib
ar- Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal
yang di dalam terdapat keberkahan : jual-beli secara tangguh, muqaradhah mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan ru mah, bukan untuk dijual”. H.R. Ibnu Majah Sudarsono,
2007
c. Rukun dan Syarat Murabahah
Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan multiguna di dalam Islam, haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
murabahah. Menurut mayoritas jumhur ahli-ahli hukum Islam, rukun
yang membentuk akad murabahah ada lima yaitu: 1 Adanya penjual
ba‟i; 2 Adanya pembeli musytari;
3 Objek atau barang mabi‟ yang diperjualbelikan;
4 Harga tsaman nilai jual barang berdasarkan mata uang; 5 Ijab qabul shigat atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh
masing-masing pihak yang disebut Ijab dan Kabul. Sementara itu, syarat murabahah adalah :
1 Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah; 2 Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan;
3 Kontrak harus bebas riba; 4 Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian
29
5 Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Jadi disini
terlihat adanya unsur keterbukaan. Sumitro, 1997
d. Ketentuan Umum Murabahah
Ketentuan umum dalam pembiayaan di perbankan syariah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan
ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepaki.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
30
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank. www.wikipedia.com.
e. Skema Pembiayaan Murabahah Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
Keterangan :
1. Nasabah memesan barang kepada bank 2. Bank membeli dan membayar barang kepada Supplier
3. Supplier mengirim barang langsung kepada nasabah 4. Nasabah membayar kepada bank tunai atau cicilan
Dalam transaksi Murabahah, bank membeli suatu barang dari pihak ketiga dan menjualnya kepada klien dengan keuntungan yang
ditetapkan di awal dan pembayarannya dilakukan secara bertahap. Dengan cara ini, maka klien dapat membeli barang tanpa dikenakan bunga
pinjaman.
4 2
1 Nasabah
Bank Syariah Supplier
3
31
f. Macam-Macam Transaksi Murabahah
Berdasarkan sumber
dana yang
digunakan, pembiayaan
murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu : a. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan URIA Unrestricted
Investment Account = Investasi Tidak Terikat b. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA Restricted
Investment Account = Investasi Terikat c. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan Modal Bank Syariah
Dalam setiap pendesainan sebuah pembiayaan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kebutuhan nasabah b. Kemampuan financial nasabah Karim, 2007.
Rendahnya pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah disebabkan oleh beberapa hal, menurut Imaduddin 2005, beberapa alasan yang
menjelaskan tingginya prosentase pembiayaan murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah :
1 Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem bagi hasil, cukup memudahkan.
2 Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan
yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis suku bunga yang menjadi saingan bank syariah.
32
3 Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil.
4 Murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si
nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
g. Dana Pihak Ketiga
Maksud dari dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar
apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan service charge. Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam
operasi bagi hasil profit sharing. Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman
depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk
keamanan wadi‟ah yad al dhamanah.
b. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro di mana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan
biasanya memperoleh hasil pasti fixed return. Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung
tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung
33
boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank.
c. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil bunga yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari labarugi bank.
Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal
jatuh tempo yang berbedabeda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan pooled menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah
sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan financing. Arifin, 2006
Dengan kata lain dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan,
pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau
setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Contoh dari dana ini adalah tabungan, giro dan simpanan berjangka yang
dihimpun dari para nasabah perbankan syariah. Sedangkan Dana Pihak Ketiga DPK Pembiayaan Murabahah ini
adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, yang dihimpun oleh perbankan syariah di Indonesia, yang digunakan untuk membiayai salah
34
satu produk perbankan syariah yaitu pembiayaan murabahah atau pembiayaan jual beli.
4. Jumlah Kantor Bank Syariah a. Perkembangan Kantor Bank Syariah