Uji Derajat Integrasi Hasil Uji Asumsi Klasik

84 Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, dan Dana Pihak Ketiga DPK dan variabel terikat dependent yaitu pembiayaan murabahah. Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak Hamja, 2008. Tabel 4.2 Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller ada Tingkat Level No. Variabel ADF Test CV 5 Hasil 1 LNPM 1.281545 -2.918778 Tidak stasioner 2 LNJKBUS -0.667515 -2.918778 Tidak stasioner 3 LNSBIS -2.230797 -2.918778 Tidak stasioner 4 LNDPK 0.580249 -2.918778 Tidak stasioner Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini menunjukan ketidakstasioneran pada tingkat Level. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih besar dari Mac.Kinnon Critical Value 5. Kesimpulan dari hasil data yang diolah adalah semua data tidak stasioner pada tingkat Level sehingga harus dilanjutkan pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan menggunakan Uji Derajat Integrasi.

2. Uji Derajat Integrasi

Dalam uji akar unit bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses deferensi ini disebut uji derajat integrasi. Pengujian ini 85 dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi ke berapa langkah pertama diatas, jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada derajat pertama. Tabel 4.3 Uji Akar Unit Augmented Dickey- Fuller pada Tingkat 1’st Difference No. Variabel ADF Test CV 5 Hasil 1 LNPM -6.714544 -3.508508 Stasioner 2 LNJKBUS -5.813014 -3.508508 Stasioner 3 LNSBIS -4.666224 -3.508508 Stasioner 4 LNDPK -6.181087 -3.508508 Stasioner Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel stasioner pada 1‟st difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih kecil dari Critical Value 5. Kesimpulan dari data yang diolah adalah semua variabel sudah stasioner pada tingkat 1‟st difference, dan pengujian dapat dilanjutkan.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalits

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen. Dalam gambar 4.5 menunjukan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari α = 5 persen yaitu 86 0,062800 atau 6,2 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan normailtas. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Sumber : Eviews 5.0 Data diolah

b. Hasil Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi untuk mengetahui kesalahan penganggu antara periode sekarang dengan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak maka dapat menggunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier LM-test. Tabel 4.6 Hasil Uji Aotokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: ObsR-squared 3.739.212 Prob. Chi-Square2 0.1542 Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Apabila Probabilitas R² lebih besar α 5 = tidak ada autokorelasi terima H , tolak H 1 sedangkan bila Probabilitas R² lebih kecil α 5 = ada autokorelasi tolak H , terima H 1 . Hasil deteksi autokorelasi dengan Series: Residual Sampel 2 53 Observation 52 Jarque-Bera 5.535613 Probability 0.062800 87 metode LM dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas. Dari tabel 4.5 diatas, menunjukan bahwa nilai probabilitas ObsR-Squared sebesar 0,1542 yang berarti nilainya lebih besar dari α = 5 0,05. Hal ini memberikan putusan tidal terdapat masalah autokorelasi dalam model.

c. Hasil Uji Heterokedastisitas

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji White Heteroskedasticity Test: White ObsR-squared 1.382.274 Prob. Chi-Square3 0.7097 Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Dari Tabel 4.7 diatas, menunjukan bahwa nilai probabilitas ObsR- Squared adalah 0,7097 yang berarti nilainya lebih besar dari α = 5 0,05. Hal ini memberikan putusan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model.

d. Hasil Uji Multikolinieritas

Masalah multikoliniaritas dapat dilihat dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel. Dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel. Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan terdapat masalah multikoliniaritas dalam model. Sedangkan, bila nilainya kurang dari 0,8 maka model tidak mengandung masalah multikoliniaritas. 88 Tabel 4.8 Hasil Uji Multikoliniaritas LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK LNPM 1.000000 0.964823 0.629112 0.992207 LNJKBUS 0.964823 1.000000 0.647358 0.975914 LNSBIS 0.629112 0.647358 1.000000 0.691253 LNDPK 0.992207 0.975914 0.691253 1.000000 Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Pada tabel 4.8 diatas, terlihat bahwa terdapat nilai korelasi yang lebih besar dari 0,8. Dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah multikoliniaritas. Maka akan dilakukan model dengan melakukan diferensiasi pada variabel saat diuji yaitu DLN Variabel sampai data tersebut tidak terjadi multikoliniaritas. Tabel 4.9 Hasil uji Multikoliniaritas dengan diferensiasi LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK LNPM 1.000000 -0.273837 -0.125040 0.319050 LNJKBUS -0.273837 1.000000 0.050006 -0.133555 LNSBIS -0.125040 0.050006 1.000000 0.650702 LNDPK 0.319050 -0.133555 0.650702 1.000000 Sumber : Eviews 5.0 Data diolah Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel lebih kecil dari 0,8. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat masalah multikoliniaritas pada model tersebut. 89

4. Hasil Regresi Berganda OLS

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisis Pengaruh Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga Dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah Di Sumatera Utara

8 95 106

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Inflasi, BI RATE, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Perfoming Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Februari 2011–Maret 201

0 14 180

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Modal Sendiri, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Di IndonesiaTahun 2011-2014

0 9 101

Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014

0 5 104

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), KAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syari

8 38 13

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), KAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Perbankan Syari

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2010-2014 SKRIPSI.

0 1 9