1. Bagaimana produktivitas primer fitoplankton di perairan Muara Sungai Asahan
Tanjung Balai. 2.
Bagaimana hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton tersebut dengan faktor biofisik kimia perairan Muara Sungai Asahan.
3. Bagaimana korelasi antara produktivitas primer fitoplankton dengan konsentrasi
klorofil a di perairan Muara Sungai Asahan Tanjung Balai.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian yang akan dilakukan di perairan Muara Sungai Asahan untuk mengetahui :
1. Nilai produktivitas primer fitoplankton di perairan Muara Sungai Asahan Tanjung
Balai Sumatera Utara. 2.
Hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan faktor biofisika kimia
lingkungan di perairan Muara Sungai Asahan Tanjung Balai Sumatera Utara.
3. Hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan konsentrasi klorofil di
perairan Muara Sungai Asahan Tanjung Balai Sumatera Utara.
1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 1.
Terdapat perbedaan nilai produktivitas primer pada setiap lokasi penelitian dan juga pada setiap kedalaman.
Universitas Sumatera Utara
2. Terdapat korelasi antara faktor abiotik fisik-kimia dan faktor biotik kelimpahan
fitoplankton dengan nilai produktivitas primer. 3.
Terdapat korelasi antara nilai produktivitas primer dengan konsentrasi klorofil a.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang nilai produktivitas primer dan kaitannya dengan faktor biofisik kimia lingkungan di
perairan Muara Teluk Nibung yang untuk selanjutnya sebagai acuan kepada pemerintah daerah dan instansi yang terkait dalam pengelolaan pengembangan dan
pelestarian kawasan perairan Muara Sungai Asahan Tanjung Balai Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Estuari
Estuari merupakan teluk di pesisir yang sebagian tertutup, tempat air tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Kebanyakan estuari didominasi oleh substrat
berlumpur. Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Di antara partikel yang mengendap di estuari kebanyakan bersifat
organik. Bahan ini menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme estuari Dahuri et al., 1996. Keberadaan substrat berlumpur di estuari dapat mempengaruhi
tingkat kekeruhan perairan yang berakibat adanya variasi produktivitas fitoplankton Cloern, 1989.
Estuari merupakan daerah yang mempunyai sejumlah besar bahan organik, sejumlah besar organisme, dan produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer di
sekitar estuari, kenyataannya bukan sumber bahan organik satu-satunya. Estuari bertindak sebagai tempat penimbunan bahan-bahan organik yang di bawa oleh sungai
atau dibawa masuk dari laut. Sukar untuk memperkirakan peranan produktivitas primer dalam sistem estuari pada sumbangannya terhadap produksi organik total
karena beberapa alasan. Pertama hanya sedikit herbivora yang langsung makan tumbuhan. Oleh karena itu, kebanyakan bahan tumbuhan harus dihancurkan dulu
menjadi detritus sebelum memasuki berbagai jaringan makanan. Proses penguraian
Universitas Sumatera Utara
ini melibatkan kerja bakteri. Begitu pula bahan tumbuhan menjadi detritus, tidak mudah membedakannya dari detritus organik lainnya yang dibawa ke dalam sistem
tersebut dari sungai dan laut Nybakken, 1992. Jumlah organisme yang menghuni estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan
dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, terutama fluktuasi salinitas yang
sangat besar sehingga hanya beberapa spesies saja yang mampu bertahan hidup di estuari. Selain miskin dalam jumlah organisme, estuari juga miskin flora. Perairan
estuari sangat keruh sehingga tumbuhan mencuat saja yang dapat tumbuh Dahuri et al., 1996.
Walaupun tingkat nutrien di estuari tinggi, keadaannya tidak seimbang, nitrogen sering kali rendah dan bahkan dapat menjadi faktor pembatas bagi
fitoplankton di estuari. Populasi fitoplankton yang rendah biasanya terjadi pada akhir musim gugur dan musim dingin karena berkurangnya cahaya dan kekeruhan yang
tinggi, sebagai akibat besarnya debit air sungai dan turbulensi. Hal ini diikuti juga oleh pertumbuhan diatoma yang pesat pada akhir musim dingin. Pertumbuhan yang
pesat ini berhenti pada akhir musim semi, seringkali bukan karena dimakan zooplankton tetapi karena berkurangnya sumber nitrogen dan menyebabkan
penumpukan diatom diatas permukaan lumpur Nybakken, 1992. Rendahnya produktifitas primer di kolom air, sedikit herbivora dan
terdapatnya sejumlah besar detritus secara nyata menunjukkan bahwa jaring-jaring makanan pada ekosistem estuari merupakan rantai makanan detritus. Detritus
Universitas Sumatera Utara
membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan alga, yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi binatang pemakan suspensi dan detritus Dahuri et al.,
1996.
2.2 Produksivitas Primer