menyatakan bahwa penyusutan intensitas cahaya  di estuari lebih besar daripada di laut, seiring dengan  bertambahnya kedalaman. Semakin maksimal intensitas cahaya,
maka semakin tinggi penetrasi cahaya. Hal ini terutama disebabkan oleh konsentrasi partikel tersuspensi dan bahan terlarut yang lebih tinggi di estuari.
d. Total Dissolved Solid TDS
Jumlah padatan tersuspensi pada perairan berpengaruh terhadap penetrasi cahaya. Semakin tinggi padatan terlarut berarti semakin menghambat penetrasi
cahaya ke dalam perairan. Hal ini secara langsung akan berakibat terhadap penurunan aktivitas dari fotosintesis oleh organisme berklorofil yang terdapat pada perairan
seperti hydrophita dan fitoplankton. Dari pengukuran yang telah dilakukan, besarnya nilai padatan terlarut pada Perairan Muara Sungai Asahan berkisar 12752 – 23036
mgl, dimana padatan terlarut tertinggi berada di stasiun 3, dan terendah di stasiun 1. Menurut Hutter 1990 dalam  Barus 2004 perairan yang konsentrasi mineralnya
sedikit mempunyai harga total dissolved solid berkisar antara 50 mgl – 400 mgl, sementara  pada perairan yang kaya akan mineral mempunyai harga total dissolved
solid pada kisaran antara 500 mgl – 2000 mgl.
e. Total Suspended Solid TSS
Dari pengukuran yang telah dilakukan, besarnya nilai padatan tersuspensi pada Perairan Muara Sungai Asahan berkisar 62 – 84 mgL, dimana padatan
tersuspensi tertinggi berada di stasiun 1, dan terendah di stasiun 3. Padatan
Universitas Sumatera Utara
tersuspensi total TSS menunjukkan nilai yang bervariasi, baik antar stasiun maupun kedalaman. Penurunan TSS antar stasiun terjadi seiring dengan semakin jauh letak
stasiun dari sungai. Masukan bahan organik, partikel terlarut, tersuspensi dari darat melalui aliran sungai akan meningkatkan kekeruhan dan TSS sehingga menurunkan
penetrasi cahaya di stasiun yang lebih dekat ke darat. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEP No-
51MNLHI2004 nilai ini masih sesuai dengan standar baku mutu air untuk biota yaitu dibawah 2000 mgl yang dapat menopang kehidupan biota perairan MNLH,
2004. Tingkat kekeruhan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan suspensi massa air yang berasal dari sungai. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi
dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari kedalam  perairan Prayitno et al., 2003. Tingginya kekeruhan di suatu badan perairan dalam jangka waktu yang lama
akan menurunkan kesehatan dan produktivitas dari suatu ekosistem estuari  sehingga menu
runkan aktivitas fotosintesis. http:www.ourlake.orghtmlturbidity.html. Pennock dan Sharp 1986 menyatakan produksi fitoplankton juga berbeda
secara  spasial  di  estuari  sesuai  dengan  perubahan  faktor  lingkungan,  seperti konsentrasi TSS, kedalaman kolom air, dan konsentrasi nutrien yang bervariasi.
Wofsy  1983  dalam  Cloern  1989  menyatakan  cahaya  dapat menjadi faktor pembatas bagi fotosintesis ketika konsentrasi partikel tersuspensi melebihi 50 mgl.
Nybakken  1992  menyatakan  bahwa  pengaruh  ekologi  utama  dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya hal ini  akan
Universitas Sumatera Utara
menurunkan  fotosintesis  fitoplankton  dan  tumbuhan  bentik,  yang mengakibatkan turunnya produktivitas.
f. pH Air