25 C
∗ A
=    konsentrasi larutan baku yang ditambahkan data dapat dilihat pada Lampiran 18
2.4.8 Penentuan Uji Presisi Uji  presisi  keseksamaan  ditentukan  dengan  parameter  Relatif  Standar
Deviasi RSD dengan rumus:
RSD = X
SD x 100
Keterangan : RSD = Relatif Standar deviasi
SD   = Standar deviasi
X
=  Kadar rata-rata sampel Epshtein,2004
data dapat dilihat pada Lampiran 8
2.4.9 Penentuan Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Batas  deteksi  adalah  jumlah  terkecil  analit  dalam  sampel  yang  dapat dideteksi  yang  masih  memberikan  respon  signifikan  dibandingkan  dengan
blangko  Harmita,  2004.  Batas  deteksi  dapat  dihitung  dengan  rumus  sebagai berikut :
Batas Deteksi LOD  = Slope
SY ×
3 ,
3
SY = 2
2
− −
∑ n
Yi Y
Lisa Bella : Optimasi Fase Gerak Dan Laju Alir Pada Penetapan Kadar Campuran Guaifenesin Dan Dekstrometorfan HBr Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2010.
26 Batas kuantitasi adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat  memenuhi  kriteria  cermat  dan  seksama  Harmita,  2004.  Batas  kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Batas Kuantitasi LOQ  = Slope
SY ×
10
Keterangan : SY    = Simpangan Baku Residual
Y      = Luas puncak Yi     = Luas puncak dari persamaan regresi
n       = Jumlah perlakuan LOD = Batas Deteksi
LOQ = Batas Kuantitasi Epshtein,2004
Data dapat dilihat pada Lampiran 9
2.4.10 Analisa Data Secara Stastistik
Untuk menghitung Standar Deviasi SD digunakan rumus: SD =
1
2
− −
∑ n
x x
Keterangan : SD = Standar deviasi
X   =  Kadar sampel X   =  Kadar rata-rata sampel
n   =  Jumlah perlakuan Epshtein,2004
Kadar  dapat  dihitung  dengan  persamaan  garis  regresi  dan  untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:
Lisa Bella : Optimasi Fase Gerak Dan Laju Alir Pada Penetapan Kadar Campuran Guaifenesin Dan Dekstrometorfan HBr Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2010.
27 t hitung =
n SD
X X
−
Dengan dasar penolakan data adalah apabila t hitung ≥ t tabel Untuk  mencari  kadar  sebenarnya  dengan  α  =  0,005;  dk  =  n-1,  dapat  digunakan
rumus : µ= X
n SD
X t
dk .
2 1
1 α
−
±
Keterangan : µ   =  Kadar sebenarnya
X   =  Kadar rata-rata sampel n   =  Jumlah perlakuan
t    =    Suatu  harga  yang  besarnya  tergantung  pada  derajat  kebebasan  dan  tingkat kepercayaan
dk = Derajat kebebasan Wibisono, 2005
data dapat dilihat pada Lampiran 11,15, dan 17
Lisa Bella : Optimasi Fase Gerak Dan Laju Alir Pada Penetapan Kadar Campuran Guaifenesin Dan Dekstrometorfan HBr Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2010.
28
BAB III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Untuk  memperoleh  kondisi  yang  optimal  dilakukan  optimasi  fase  gerak dan laju alir. Optimasi dilakukan dengan menyuntikkan larutan guaifenesin BPFI
dan dekstrometorfan HBr BPFI dengan konsentrasi 1200 mcgml dan 180 mcgml ke  dalam  sistem  KCKT  dengan  perbandingan  fase  gerak  metanol  :  air  :  buffer
amonium  format  45:54:1,  55:44:1,  65:34:1  dengan  laju  alir  yang  berbeda yaitu  1,0  mlmenit,  1,1  mlmenit,  1,2  mlmenit,  1,3  mlmenit,  1,4  mlmenit,  dan
1,5 mlmenit. Hasil optimasi  dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1 Kromatogram  hasil  penyuntikan  larutan  uji  dengan  perbandingan
fase gerak
metanol : air : buffer amonium format
45:54:1 dan laju alir 1,0 mlmenit.
Lisa Bella : Optimasi Fase Gerak Dan Laju Alir Pada Penetapan Kadar Campuran Guaifenesin Dan Dekstrometorfan HBr Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2010.