Komunikasi yang berorientasi konsep adalah pola komunikasi yang terfokus pada pada batasan positif yang membantu individu untuk mengembangkan
pandangannya sendiri tentang dunia Iin Mayasaris Blog.htm Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan antar komunikasi manusia atau kelompok dan organisasi.
2.1.10 Jenis Terapi
Jenis-jenis terapi yang digunakan pada anak autis adalah a.
Metode LovaasABA Metode Lovaas ini sama dengan metode ABA. Prof O. Ivaar
Lovaas mempublikasikan hasil studi yang merupakan hasil sejarah penggunaan ABA untuk anak autistik. Di dalam bahasa
Indonesianya adalah Tatalaksana Perilaku. Jadi ABA menggunakan prinsip belajar mengajar, untuk mengajarkan sesuatu
yang kurang dimilikinya, anak diajar bagaimana berperhatian, bagaimana meniru suara, bagaimana mengerti apa yang orang
katakan, bagaimana menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata depan, kata ganti, dan bahasa yang abstrak lainnya. Anak
juga diajarkan bagaimana bermain dengan mainan, anak juga
dijarkan berinteraksi dengan orang lain. Jadi anak autistik perlu diajarkan semua. Tujuan ABA adalah untuk meminimalkan
kegagalan anak dan memaksimalkan keberhasilan.Dr. Rudy Sutadi, DSA.
b. Floor time, floortime itu bisa duduk dilantai, bebas dan dinamis.
Floor time bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan ditempat apa saja. floortime itu bisa duduk dilantai, bebas dan dinamis. Yang
penting bisa materi masuk. c.
ST atau speech Therapy, Terapi wicara dilakukan untuk mengatasi gangguan bicara pada anak autis. Terapi dilakukan dengan rutin,
teratur dan intensif. Sehingga gangguan bicara anak berkurang, sementara kemampuan berbicara dan memahami kosakatanya
meningkat.Seperti pelatihan artikulasi atau pengucapan kata, komponen bahasa, kemampuan untuk mendengarkan, kemampuan
menggunakan bahasa dan sebagainya. d.
OTOccupation Therapy atau SM Stimulus Motorik. Sebagian penyandang kelainan perilaku, terutama autisme juga mempunyai
perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila disbanding dengan anak-anak seumuranya.
Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan
ototnya. Otot jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang