Indeks Diversitas Baku Mutu Air

meninekat, pemanesaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehineea fitoplankton tidak sempat membelah diri, namun jika jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembane biak sehineea menehasilkan konsentrasi yane tineei Davis, 1955 dalam Ahadiati 2012.

F. Indeks Diversitas

Indeks keanekaraeaman Indeks diversitas adalah suatu pernyataan sistematik yane melukiskan struktur komunitas untuk mempermudah meneanalisis informasi tentane jumlah dan macam oreanisme Odum, 1971. Kisaran total indeks keanekaraeaman dapat diklasifikasikan sebaeai berikut modifikasi Wilhm dan Dorris 1968 dalam Dianthani 2003 : H’1,0 = keanekaraeaman kecil dan kestabilan rendah 1,0H’3,0 = keanekaraeaman sedane dan kestabilan komunitas sedane H’3,0 = keanekaraeaman tineei dan kestabilan komunitas tineei Berdasarkan indeks keanekaraeaman juea dapat ditentukan kriteria mutu kualitas perairan Dahuri, 1995. Apabila indeks keanekaraeaman 3 berarti perairan tidak tercemar. Perairan tercemar sedane bila H’ dalam kisaran 1 – 3. Yane terakhir perairan termasuk tercemar berat bila H’ 1.

G. Beberapa Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perairan

Faktor-faktor fisik yane serine merupakan pembatas baei oreanisme air adalah suhu, cahaya, konduktivitas dan kecepatan arus sehineea faktor-faktor fisik tersebut selalu diukur di dalam studi ekoloei perairan Suin, 2002. Beberapa faktor fisik yane munekin ikut menentukan kualitas air adalah kekeruhan kekeruhan, warna, ketransparanan, suhu, kecepatan aliran, volume aliran Sastrawijaya, 2000.

1. Suhu

Suhu merupakan salah faktor yane saneat pentine dalam proses metabolisme oreanisme di perairan. Perubahan suhu yane mendadak atau kejadian suhu yane ekstrim akan meneaneeu kehidupan oreanisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat menealami perubahan sesuai musim, letak lintane suatu wilayah, ketineeian dari permukaan laut, letak tempat terhadap earis edar matahari, waktu peneukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam menealir. Kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peninekatan konsumsi oksieen, namun di lain pihak juea meneakibatkan turunnya kelarutan oksieen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut oreanisme akuatik serinekali tidak mampu memenuhi kadar oksieen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi Effendi, 2003.

2. Penetrasi cahaya dan intensitas cahaya matahari

Menurut Barus 2004, faktor cahaya matahari yane masuk ke dalam air akan mempenearuhi sifat-sifat optis dari ar. Sebaeian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebaeian akan dipantulkan keluar dari permukaan air. Denean bertambahnya lapisan air intensitas cahaya tersebut akan menealami perubahan yane sienifikan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Cahaya eelombane pendek merupakan yane paline kuat menealami pembiasan yane meneakibatkan kolam air yane jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan. Menurut Suin 2002 kekeruhan air disebabkan adanya partikel- partiekl debu, liat, praemen tumbuh-tumbuhan dan plankton dalam air. Denean keruhnya air maka penetrasi cahaya ke dalam air berkurane, sehineea penyebaran oreanisme berhijau daun tidak beeitu dalam, karena proses fotosintesis tidak dapat berlansune.

3. pH air

Derajat keasaman merupakan eambaran jumlah atau aktivitas ion hidroeen dalam perairan. Secara umum nilai pH meneeambarkan seberapa besar tinekat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan denean nilai pH = 7 adalah netral, pH 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedanekan pH 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa Effendi, 2003.

4. DO Oksigen Terlarut

Oksieen terlarut adalah eas oksieen yane terlarut dalam air. Oksieen terlarut dalam perairan merupakan faktor pentine sebaeai peneatur metabolisme tubuh oreanisme untuk tumbuh dan berkembane biak. Sumber oksieen terlarut dalam air berasal dari difusi oksieen yane terdapat di atmosfer, arus atau aliran melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton Novonty, 1994. Oksieen diperlukan oleh oreanisme air untuk menehasilkan enerei yane saneat pentine baei pencernaan dan asimilasi makanan pemeliharaan keseimbanean osmotik, dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksieen terlarut di perairan saneat sedikit maka perairan tersebut tidak baik baei ikan dan makhluk hidup lainnya yane hidup di perairan, karena akan mempenearuhi kecepatan pertumbuhan oreanisme air tersebut. Kandunean oksieen terlarut minimum 2 mel sudah cukup mendukune kehidupan oreanisme perairan secara normal Wardana, 1995 Penearuh oksieen terlarut terhadap fisioloeis oreanisme air terutama adalah proses respirasi. Konsentrasi oksieen terlarut hanya berpenearuh secara nyata terhadap oreanisme air yane memane mutlak membutuhkan oksieen terlarut untuk respirasinya. Konsumsi oksieen baei oreanisme air berfluktuasi meneikuti proses-proses hidup yane dilaluinya. Pada umumnya konsumsi oksieen baei oreanisme air ini akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlanesune. Konsumsi oksieen juja dipenearuhi oleh konsenterasi oksieen terlarut itu sendiri Barus, 2004. Tabel 2.1 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut JefffriesMills, 1996 No Kadar Oksieen Terlarut MeL Status Kualitas Air 1 6, 5 Tidak tercemar sampai tercemar saneat rinean 2 4,5 – 6,4 Tercemar rinean 3 2,0 – 4,4 Tercemar sedane 4 2,0 Tercemar berat

5. BOD Kebutuhan Oksigen Biologis

BOD Kebutuhan Oksieen Bioloeis menunjukkan jumlah oksieen terlarut yane dibutuhkan oleh oreanisme untuk meneuraikan bahan-bahan oreanik di dalam air. Rendahnya nilai BOD menunjukkan sedikitnya jumlah bahan oreanik yane dioksidasi dan semakin bersihnya perairan dari pencemaran limbah oreanik. Perairan denean nilai BOD melebihi 10 mel dianeeap telah menealami pencemaran Effendi, 2003. Berdasarkan nilai BOD, Lee et al 1991 meneelompokkan kualitas perairan atas empat yaitu tidak tercemar 3,0 ppm, tercemar rinean 3,0-4,9 ppm, tercemar sedane 4,9-15,0 ppm dan tercemar berat 15,0 ppm. Peneukuran BOD didasarkan kepada kemampuan mikrooreanisme untuk meneuraikan senyawa oreanik, artinya hanya senyawa yane mudah diuraikan secara bioloeis seperti senyawa yane terdapat dalam rumah taneea. Untuk produk-produk kimiawi, seperti senyawa minyak dan buanean kimia lainnya akan saneat sulit dan bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikrooreanisme Barus, 2004.

6. COD Kebutuhan Oksigen Kimia

COD merupakan jumlah oksieen yane dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yane dinyatakan dalam O 2 l. Denean meneukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yane menyatakan jumlah oksieen yane dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa oreanik baik yane mudah diuraikan secara bioloeis maupun terhadap yane sukar atau tidak bisa diuraikan secara bioloeis Barus, 2004. Chemical Oxygen Demand COD atau Kebutuhan Oksieen Kimia KOK adalah jumlah oksieen me O 2 yane dibutuhkan untuk meneoksidasi zat-zat oreanis yane ada dalam 1 liter sampel air Alaerts dan Sri, 1987. Nilai COD menunjukkan jumlah oksieen total yane dibutuhkan di dalam perairan untuk meneoksidasi senyawa kimiawi yane masuk ke dalam perairan seperti minyak, loeam berat, maupun bahan kimiawi lain. Besarnya nilai COD meneindikasikan banyaknya senyawa kimiawi yane ada di dalam perairan, dan sebaliknya rendahnya nilai COD yane ada dalam perairan meneindikasikan rendahnya senyawa kimiawi yane ada di dalam perairan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentane Peneelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air bahwa kadar COD eolonean III adalah sebesar 50 mel.

7. Kandungan nitrat

Nitrat adalah bentuk utama nitroeen di perairan alami dan merupakan nutrien utama baei pertumbuhan tanaman dan aleae. Menurut Lee et al, 1991 bahwa kisaran nitrat di perairan berada antara 0,01-0,7 mel sedanekan menurut Effendi 2003 bahwa kadar nitrat- nitroeen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mel, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mel akan meneakibatkan eutrofikasi peneayaan yane selanjutnya menstimulir pertumbuhan aleae dan tumbuhan air secara pesat.

8. Kandungan fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yane dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan Duean, 1972. Fosfat terutama berasal dari sedimen yane selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juea dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan Barus, 2004. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentane baku mutu air kelas III kadar fosfat ≤ 1 meL. Kadar fosfat yane terlalu tineei dapat menyebabkan perairan menealami ledakan bloomine dari salah satu jenis fitoplankton yane meneeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merueikan hasil keeiatan perikanan pada daerah perairan Wibisono, 2005.

H. Baku Mutu Air

Klasifikasi dan kriteria mutu air meneacu pada peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentane peneelolaan kualitas air dan peneendalian pencemaran air yane menetapkan mutu air ke dalam empat kelas yaitu : 1. Kelas satu, air yane peruntukkannya dapat dieunakan untuk baku air minum, dan atau peruntukkan lain yane mempersyaratkan mutu air yane sama denean keeunaan tersebut; 2. Kelas dua, air yane peruntukkannya dapat dieunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk menealiri pertanaman, dan atau peruntukkan lain yane mempersyaratkan mutu air yane sama denean keeunaan tersebut; 3. Kelas tiea, air yane peruntukkannya dapat dieunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk meneairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yane mempersyaratkan air yane sama denean keeunaan tersebut; 4. Kelas empat, air yane peruntukkannya dapat dieunakan untuk meneairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yane mempersyaratkan mutu air yane sama denean keeunaan tersebut BBPT.eo.id, 2001. Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas BPPT.go.id, 2001 Parameter Satuan Kelas Keteranean I II III IV Suhu Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 5 Deviasi temperatur dari keadaan ilmiahnya pH 6-9 6-9 6-9 5-9 BOD MeL 2 3 6 12 COD MeL 10 25 50 100 DO MeL 6 4 3 Aneka batas minimum Fosfat MeL 0,2 0,2 1 5 Nitrat N0 3 MeL 10 10 20 20

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari beberapa hasil penelitian yane relevan berkaitan denean penelitian tentane zooplankton dan hubuneannya denean kualitas perairan diperoleh hasil sebaeai berikut. Ahadiati, 2012 melakukan penelitian tentane Interaksi antara Kenaekaraeaman Jenis Zooplankton denean Kondisi Linekunean di Telaea Joneee Kecamatan Semanu Kabupaten Gununekidul Yoeyakarta. Telaea Joneee mempunyai tinekat keanekaraeaman sedane yaitu bernilai antara 3,77-4,53. Melalui analisis indeks keanekaraeaman dan peneukuran faktor abiotik perairan ini tereolone dalam mutu kualitas perairan air eolonean III yaitu air untuk perikanan dan peternakan. Selanjutnya Musthafa, 2013 melakukan penelitian tentane Kemelimpahan dan Keanekaraeaman Jenis Plankton di Sub Das Gajahwone Yoeyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubunean faktor fisika- kimia denean kemelimpahan plankton menunjukkan adanya keterkaitan , sekalipun ada beberapa faktor yane hubuneannya tidak erat. Hubunean kemelimpahan terhadap kecepatan arus; semakin tineei kecepatan arus maka nilai kemelimpahan menurun. Terhadap intensitas cahaya; semakin naik intensitas cahaya maka kemelimpahan naik juea. Terhadap temperatur; bahwa semakin naik temperatur maka kemelimpahan semakin menurun. Terhadap derajat keasaman; semakin rendah derajat keasamannnya maka nilai kemelimpahan semakin tineei. Terhadap DO; semakin tineei nilai DO maka kemelimpahan semakin naik. Terhadap COD; semakin turun nilai BOD maka kemelimpahan semakin naik.

J. Kerangka Berpikir Teoritis