Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan II
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PERENCANAAN RAB
satu lembar
kerja. Sehingga proses sekalian
dengan program kerja di atas.
Indikator kinerja Belum
ada indikator
tertulis untuk penilaian. Penilaian dilakukan saat
evaluasi. Ukuran
keberhasilan yang mereka gunakan dilihat langsung
dari hasil
kegiatan tersebut. Apabila program
atau kegiatan berjalan baik sesuai
dengan rencana
maka program tersebut dianggap
berhasil dan
mencapai tujuan. Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan III
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PENGOPERASIAN
Pengawasan Ketua Bidang bekerja
sama dengan Koordinator Tim Kerja KTK di
bawahnya dalam
pelaksanaan kegiatan.
Romo Kepala memantau seluruh aktivitas yang ada
di paroki. Pelaksanaan
kegiatan tidak semua sesuai
dengan perencanaan
Program kerja
yang sudah dibuat tidak bisa
terlaksana sepenuhnya
karena alasan kesibukkan di luar paroki, jumlah
orang dalam tim kerja yang berkurang dalam
perjalanan waktu. Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan IV
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PENGOPERASIAN
Pimpinan Romo
Kepala mengetahui setiap kegiatan yang
berjalan Romo Kepala termasuk
dalam Dewan
Pleno. Dewan
Pleno adalah
forum yang menyetujui dan
mengesahkan program
kerja dan
anggaran. Selain
itu proposal yang diajukan
juga harus
dengan persetujuan
Romo Kepala.
Maka Romo
Kepala pasti mengetahui semua kegiatan di paroki.
Pimpinan Romo
Kepala yang
menyetujui pelaksanaan
setiap kegiatan
dan pencairan dana
Proposal yang diajukan harus ada persetujuan
dari Romo
Kepala kemudian
Bendahara mencairkan dana.
Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan V
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PENGOPERASIAN
Standar Operasional SOP
Prosedur tidak tertulis.
Struktur organisasi Dalam perjalanan waktu
terdapat ketidaksesuaian antara
personil yang
tercantum dalam struktur dengan
kenyataannya kerena alasan orangnya
pindah tugas atau alasan lain.
Job description
belum diacu secara baik. Peninjauan
ulang struktur organisasi
Peninjauan ulang adalah penggantian
personil orang-orang
yang menjabat dalam Dewan
Paroki vakum. Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan VI
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PENGOPERASIAN
Peninjauan ulang
struktur organisasi Namun
tidak semua
kekosongan dapat
dicarikan penggantinya
karena minimnya Sumber Daya Manusia SDM.
Sehingga ada
posisi tertentu yang dibiarkan
kosong sampai periode tersebut berakhir.
PENGUKURAN
Laporan Pertanggung
Jawaban LPJ Pengumpulan LPJ sering
terlambat tidak
tepat waktu.
Laporan Keuangan Berusaha
menerapkan Petunjuk
Teknis Keuangan dan Akuntansi
Paroki PTKAP
dan General
Ledger GL
Paroki dalam pembuatan laporan keuangan,
Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan VII
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
PENGUKURAN
Laporan Keuangan namun belum terealisasi
secara sempurna. Tidak semua personil dalam
Dewan Paroki familiar dengan PTKAP dan GL
Paroki. Laporan
keuangan dibuat
oleh Bendahara dan dibantu
oleh Romo Paroki dalam hal ini Wakil Ketua I.
Laporan ke keuskupan tertib setiap bulan namun
sering tidak lengkap atau menggantung
karena akibat laporan atau LPJ
dari tim kerja yang tidak tepat waktu.
Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan VIII
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
EVALUASI- PENGHARGAAN
Evaluasi Evaluasi
secara lisan
Karena tidak mempunyai indikator
penilai. Evaluasi atas kinerjanya
ditingkat bidang atau tim kerja
yang menyelenggarakan
kegiatan, di
Dewan Harian dan di akhir tahun
secara keseluruhan
program setahun. Reward
Penghargaan Paroki ini
tidak memberikan penghargaan
kepada bidang atau tim kerja yang berhasil dalam
melaksanakan kegiatanprogramnya.
Sumber: Data diolah
Tabel 2. Penerapan Sistem Pengendalian Inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta lanjutan IX
KOMPONEN BENTUK
PENERAPAN
EVALUASI- PENGHARGAAN
Punishment Paroki
ini tidak
memberikan punishment kepada tim kerja atau
bidang yang
tidak berhasil
dalam melaksanakan
program atau tidak melaksanakan
program sebagaimana
seharusnya. Paroki ini bersikap
diplomatis terhadap hal ini. Langkah
yang diambil
adalah dengan
cara diskusi,
saling memahami dan mencari solusi bersama.
Sumber: Data diolah
125
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen sistem pengendalian inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta adalah perencanaan yang berupa tujuan lisan, program
kerja, RAB, dan indikator kinerja lisan; pengoperasian yang berupa pengawasan, pelaksanaan kegiatan yang tidak semua sesuai dengan
rencana, koordinasi dan komunikasi, standar operasional tidak tertulis, dan struktur organisasi; pengukuran yang berupa Laporan Pertanggung
Jawaban LPJ dan laporan keuangan; dan evaluasi berupa evaluasi lisan tanpa ada rewardpengahargaan dan punishment.
Penerapan sistem pengendalian inti di Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta dalam hal atau aspek perencanaan adalah adanya
prioritas dalam menyusun program kerja dengan mengacu kepada tujuan paroki walaupun tujuan tersebut masih lisan; selain itu dilakukan diskusi
di Dewan Pleno Paroki mengenai anggaran dan program kerja sebelum disetujui dan disahkan. Dalam hal atau aspek pengoperasian adalah
pelaksanaan kegiatan didahului dengan pengajuan proposal oleh pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan kepada Bendahara, pencairan dana
diketahui dan disetujui oleh Romo Kepala; pengawasan pelaksanaan kegiatan dilakukan Ketua Bidang bekerja sama dengan Koordinator Tim
Kerja KTK serta di bawah pantauan Romo Paroki. Dalam hal atau aspek pengukuran adalah terdapat Laporan Pertanggung Jawaban LPJ yang
harus disusun pelaksana kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Berdasarkan LPJ tersebut Bendahara menyusun laporan keuangan yang dibantu oleh Romo Paroki Wakil Ketua I. Dalam menyusun laporan
keuangan berusaha menerapkan Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki PTKAP dan General Ledger GL Paroki. Dalam hal atau aspek
Evaluasi-penghargaan adalah baru sampai pada tahap evaluasi lisan atas kegiatan yang telah dilaksanakan di tingkat bidang atau tim kerja yang
melakukan kegiatan, di Dewan Harian, dan evaluasi secara keseluruhan di akhir tahun. Paroki tidak memberikan reward kepada yang berhasil atau
punishment kepada yang gagal dalam program kerja.
Sistem pengendalian inti Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta berada pada level ketiga karena baru memenuhi tiga
komponen sistem pengendalian inti menurut Flamholtz, yakni komponen perencanaan, pengoperasian, dan pengukuran.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah: Informan yang ditetapkan untuk diwawancara pada awal penelitian ini ada
sepuluh orang namun dalam pelaksanaannya terdapat kendala dalam membuat pertemuan dengan satu informan, sehingga jumlah informan
dikurangi menjadi sembilan informan. Selain itu posisi Bendahara II digantikan oleh Sekretaris Paroki karena Bendahara II tidak aktif lagi
bertugas sebagai Bendahara di paroki.
C. Saran
1. Untuk paroki: a. Sebaiknya ada tujuan paroki, indikator penilai, dan Standar
Operasional SOP tertulis untuk meningkatkan kinerja paroki menjadi lebih baik.
b. Sebaiknya tidak ada LPJ yang terlambat supaya pekerjaan Bendahara dalam membuat laporan ke keuskupan bisa lebih lancar.
c. Perlu dokumentasi yang lebih baik di paroki. 2. Untuk penelitian yang akan datang, data bisa dikembangkan pada
beberapa paroki.
128
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Anggarini, Yunita. 2007. Anggaran Bisnis. UUP STIM YKPN, Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE, Yogyakarta. Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Erlangga, Jakarta.
Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Dewan Karya Pastoral KAS. 2011. Nota Pastoral tentang Arah Dasar Umat Allah KAS 2011-2015
. Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, Muntilan.
Flamholtz, Eric G. 1983.”Accounting, Budgeting and Control System in Their Organizational Contex : Theoretical and Empirical Perspectives”
Accounting, Organiation and Society . Vol. 8, No23, pp. 153 – 169. Great
Britain. Heuken, Aldolf; Ferouge; Nazar, PiusLoyola; Sutadi, Dicky; Gunawan, Yulia.
1975. Ensiklopedi Populer tentang Gereja. Kanisius, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia IAI. 1998. Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia.
Jacobs, Tom. 1970. Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium Mengenai Gereja. Kanisius, Yogyakarta.
Keuskupan Agung Semarang. 2008. Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki. Keuskupan Agung Semarang. 2004. Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan
Agung Semarang dan Penjelasannya .
Konferensi Wali Gereja Indonesia. 2009. Buku Petunjuk Gereja Katolik Indonesia
. Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Wali Gereja Indonesia, Jakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. Mahsun, Mohamad, Sulistiyowati, Firma dan Purwanugraha, Heribertus Andre.
2007. Akuntansi Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta. Nopila, Dediktus K. 2007. Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan Kesadaran
Masyarakat Terhadap Pendaftaran Tanah di Desa Sahan Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat
, Skripsi S1. APMD, Yogyakarta.
Paroki St. Albertus Agung Jetis. 2008. Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Program Studi Akuntansi
. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Strauss, Anselm Corbin, Juliet. 2009. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Tim Akuntansi Keuskupan Agung Semarang. 2008. Petunjuk Teknis Keuangan
dan Akuntansi Paroki . Kanisius, Yogyakarta.
LAMPIRAN