dengan intuisi namun dikawal oleh logika dimanfaatkan oleh pemimpin ini dalam mengajak bawahan berkreasi. Pemimpin transformasional menyadari bahwa sering kali
kepercayaan tertentu telah menghambat pola berpikir, oleh karenanya, pemimpin transformasional mengajak bawahannya untuk mempertanyakan, meneliti, mengkaji dan
jika perlu mengganti kepercayaan itu.
e.
Attributed Charisma
Pemimpin yang memiliki karisma memperlihatkan visi, kemampuan keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan
kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Ia sebagai pemimpin yang bersedia memberikan pengorbanan untuk kepentingan organisasi. Ia menimbulkan
kesan pada anggotanya bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan tugas
pekerjaannya, sehingga patut dihargai.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek yang diatas dalam penelitian gambaran persepsi terhadap kepemimpinan transformasional
pada pimpinan organisasi Pujakesuma Langkat.
6. Faktor-Faktor Efektivitasan Kepemimpinan
a. Intrapersonal
1.
Kecerdasan Kepemimpinan
Intelligensi merupakan aspek yang penting karena pemimpin diharapkan mampu berfikir dan merespon cepat, dan memiliki kesiapan mengakses informasi
yang lebih dari orang lain Mangungsong, 2009.
2.
Peran Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
Beberapa penulis yang menyatakan bahwa wanita mempunyai gaya interaktif meliputi kepemimpinan yang lebih
people-oriented
dan partisipatif. Mereka menyatakan bahwa wanita lebih
relationship-oriented
, koperatif, mengasuh, dan emosional dalam peran kepemimpinan mereka. Lebih lanjut, mereka itu tegas dimana kualitas ini membuat
wanita khususnya cocok untuk peran kepemimpinan pada waktu ketika perusahaan memakai perhatian lebih kuat pada tim dan keterlibatan pekerja. Argumen ini sesuai
dengan stereotipe peran seks, yakni, bahwa pria cenderung lebih
task-oriented
sedangkan wanita lebih
people-oriented
Robbins, 2001. Pemimpin pria dan wanita sama-sama
people-oriented
, tetapi pemimpin wanita cenderung lebih partisipatif daripada pria. Studi kepemimpinan pada setting bidang
umumnya telah menemukan bahwa pemimpin pria dan wanita tidak berbeda pada level
task-oriented
atau kepemimpinan
people-oriented
Robbins, 2001. Penjelasan utama mengapa pria dan wanita tidak berbeda pada gaya ini adalah bahwa dunia pekerjaan nyata
memerlukan perilaku mirip dari pria dan wanita yang sedang memegang jabatan Robbins,2001.
Para sarjana menyatakan bahwa wanita mungkin lebih partisipatif karena asuhan mereka telah membuat mereka lebih
egalitarian
dan kurang
status-oriented
. Ada juga beberapa bukti bahwa wanita mempunyai kemampuan interpersonal yang lebih baik
daripada pria, dan kemampuan ini mengubah ke dalam kegunaan gaya kepemimpinan partisipatif yang relatif lebih besar. Penjelasan ketiga adalah bahwa bawahan
mengharapkan pemimpin wanita lebih otokratik, bawahan mungkin mengeluh karena mereka mengharapkan eksekutif wanita atau pemimpin tim menjadi partisipatif Robbins,
2001. Apakah wanita atau pria adalah pemimpin yang lebih baik tentunya bergantung kepada individu dan pada keadaan spesifik.
Universitas Sumatera Utara
3.
Faktor Edukasi
Kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi, menuju suatu perubahan. Adanya perubahan
menandakan terjadinya proses belajar. Kepemimpinan juga memerlukan kemampuan belajar dalam mentransformasi situasi yang sangat sulit. Robbins, 2001.
b. Interpersonal