BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman era globalisasi ini, kemajuan dunia semakin pesat dalam bidang teknologi, telekomunikasi, informasi, transportasi dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan yang semakin pesat tesebut menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ini memunculkan berbagai macam masalah pelik,
baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Permasalahan –
permasalahan politik, sosial, ekonomi dan budaya inilah yang mendorong bangsa- bangsa di dunia saling berlomba untuk mengembangkan dan membangun bangsa
demi kesejahteraan bangsa itu sendiri Kushariyanti, 2007. Manusia dituntut untuk bisa bersaing dalam semua aspek dan juga bisa
melakukan perubahan untuk menuju kearah perbaikan. Banyaknya perubahan yang terjadi tidak begitu saja, lepas dari pesan manusia sebagai penentu
kesuksesannya sebuah organisasi dan perusahaan Wibowo, 2011. Hal ini dikarenakan bahwa manusialah satu-satunya sumber utama dari suatu organisasi
dan perusahaan yang tidak bisa digantikan oleh teknologi lainnya walaupun sarana dan fasilitas pendukung sangat lengkap, namun hal tersebut tidak akan
mempunyai arti apapun tanpa adanya manusia yang mengatur, menggunakan dan memeliharanya As’ad, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Adanya perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih
responsif agar tetap bertahan. Dalam perubahan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana, aspek yang terpenting adalah perubahan individu.
Perubahan pada individu ini tidak mudah, tetapi harus melalui proses. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat
yang paling atas pemimpin. Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk
dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di negara Indonesia juga telah
membuktikan bagaimana kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Tantangan dalam mengembangkan strategi
organisasi yang jelas terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan Porter, 1996. Sunarsih 2001 menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi yang
harus mampu mensikapi perkembangan zaman selaras dengan yang diungkapkan oleh Wibowo2011 bahwa suatu organisasi dan perusahaan akan dapat mencapai
suatu hasil yang optimal apabila didalamnya terdapat suatu kepemimpinan yang baik dan yang efektif yang akan dapat meningkatkan kepuasan kerja bawahannya
dan secara otomatis berimbas pula pada peningkatan kinerja perusahan. Survei yang dilakukan majalah SWA 2001 dalam mencari
Chief Executive Officer
CEO terbaik tahun 2000 di Indonesia, tampak bahwa
Universitas Sumatera Utara
karakteristik kepemimpinan yang terbukti menjamin eksistensi organisasi antara lain adalah perhatian terhadap bawahan Darwito, 2008. Karakteristik ini
menempati peringkat kedua terpenting setelah visi sang pemimpin, ini berarti bahwa pengelolaan manusia dalam organisasi merupakan kunci untuk
memperbaiki kinerja organisasi dan kesiapan menghadapi perubahan di abad 21 Alimuddin, 2002. Sedangkan pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia
yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberi respon, besar kemungkinan akan memasuki organisasinya pada situasi stagnasi dan akhirnya
mengalami keruntuhan Danim, 2003. Untuk itu organisasi memerlukan pemimpin yang reformis yang mampu menjadi motor penggerak perubahan
transformation
organisasi Anikmah, 2008. Menurut Wutun 2001 konsep kepemimpinan transformasional dari Bass
merupakan salah satu konsep kepemimpinan yang lebih dapat menjelaskan secara tepat pola perilaku kepemimpinan atasan yang nyata ada dan mampu memuat
pola-pola perilaku dari teori kepemimpinan lain. Teori transformasional sebagai pendekatan yang paling terakhir berkembang, dimulai oleh James Macgregor
Burns yang didalamnya menerapkan dalam konteks politik. Kemudian, disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh Bernard
Bass Berry dan Houston, 1993. Kepemimpinan transformasional meliputi pengembangan hubungan yang
lebih dekat antara pemimpin dengan pengikutnya, bukan hanya sekedar sebuah perjanjian tetapi lebih didasarkan kepada kepercayaan dan komitmen Sunarsih,
2001. Kepemimpinan transformasional harus dapat mengartikan dengan jelas
Universitas Sumatera Utara
mengenai visi untuk organisasi, sehingga pengikutnya akan menerima kredibilitas pemimpin tersebut Bass dan Avolio, 1994.
Menurut Yammarino dan Bass 1990, pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi
kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan Bass 1990 juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional
mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses dimana para
pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi Keller, 1992. Kepemimpinan trasnformasional dapat dicirikan
sebagai pemimpin yang berfokus pada pencapaian perubahan nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran perubahan, kepercayaan, sikap, perilaku,
emosional dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik ke masa depan Burns, 1978. Keller 1992 mengemukakan bahwa kebutuhan yang lebih
tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktik dalam kepemimpinan transformasional. Sehingga, para bawahan merasakan
adanya kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan, dan mereka termotivasi untuk melakukan melebihi apa yang diharapkan hal ini disebut
juga dengan persepsi dari bawahannya. Persepsi menurut Maramis 1999 persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah
Universitas Sumatera Utara
pancaindranya mendapat
rangsang. Persepsi
terhadap kepemimpinan
transformasional adalah bagaimana kualitas atau hubungan antara pemimpin dan bawahannya melalui proses bawahan mengamati, mengetahui atau mengartikan
bagaimana kepemimpinan transformasional yang dimiliki oleh pimpinannya tersebut.
Seorang pemimpin transformasional dapat diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para bawahannya. Pemimpin
transformasional dapat memberikan dampak atau pengaruh kepada para pengikutnya sehingga terbentuk rasa percaya, rasa kagum dan rasa segan Bass,
1990. Dengan bahasa sederhana, kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan dan dipahami sebagai kepemimpinan yang mampu mendatangkan
perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Dengan demikian, seperti yang
diungkapkan oleh Tichy and Devanna 1990, keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat individu. Salah satu organisasi yang membutuhkan kepemimpinan transformasional
adalah organisasi Pujakesuma Langkat yang merupakan sebuah paguyuban yang dirikan untuk orang-orang Jawa yang lahir di Sumatera ataupun yang tidak lahir di
Sumatera. Paguyuban ini berdiri sebagai wadah tampat penyaluran budaya Jawa yang masih melekat pada masyarakat Jawa yang ada di Sumatera. Munculnya
paguyuban juga dapat dikatakan sebagai rasa etnisitas agar tetap eksis di tengah- tengah persaingan hidup antar etnik Siyo, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pemimpin di dalam Paguyuban ini menerapkan unsur-unsur dan aturan- aturan yang telah diwariskan dari para orang tua mereka yang berasal dari Jawa.
Rasa menghormati dan tata krama yang tertanam dalam prinsip hormat, prinsip kerukunan, serta
Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
yang berarti berbuat dengan seikhlas hati tanpa meminta pamrih atau balasan. Selain itu pemimpin harus
memiliki wibawa dan juga kharisma yang terpancar dari dalam diri seorang pemipin itu sendiri Syahpani, 2010
.
Tujuan dari organisasi ini adalah untuk meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat Jawa di Sumatera Utara. Dapat disimpulkan bahwa untuk
memperbaiki tingkat kehidupan mereka harus dimulai dengan memperbaiki kesejahteraan Siyo, 2008. Oleh karena itu, paguyuban ini membutuhakan
pemimpin yang memiliki kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional dalam organisasi Pujakesuma Langkat ini
dimana pemimpin Pujakesma Langkat yang memiliki visi yang dan kemampuan dalam mengubah sebuah organisasi dan bawahannya dalam mengubah lingkungan
kerja, pemimpin juga memberikan motivasi yang tinggi dan mampu meningkatkan moralitas yang tinggi dan juga seperti yang diungkapkan oleh
Tichy and Devanna 1990, keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat
individu yaitu meningkatkan taraf hidup bawahannya dan memperbaiki kesejahteraannya. Dengan demikian organisasi ini membutuhkan kepemimpinan
transformasional.
Universitas Sumatera Utara
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin melihat gambaran persepsi terhadap kepemimpinan transformasional pada
pimpinan organisasi Pujakesuma Langkat, yang diyakini peneliti bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang paling efektif dalam
menghadapi era globalisasi saat ini dan keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat individu.
B. Perumusan Masalah