BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran
Masih banyak diantara kita yang mendefenisikan pemasaran secara sempit. Umumnya mereka berpendapat bahwa kegiatan pemasaran hanya merupakan
kegiatan penjualan dan pengiklanan suatu produk. Namun, istilah pemasaran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan marketing ini memiliki pengertian
yang lebih luas dari hanya sekedar menawarkan ataupun menjual barang. Dalam pemasaran tercakup berbagai kegiatan yang kompleks yang
meliputi perumusan jenis produk yang diinginkan oleh konsumen, perhitungan berapa banyak kebutuhan akan produk itu, penentuan cara menyalurkan produk
tersebut kepada konsumen, seberapa tinggi harga yang seharusnya ditetapkan terhadap produk tersebut yang cocok dengan kondisi konsumennya, bagaimana
cara promosi untuk mengkomunikasikan produk tersebut kepada konsumen, bagaimana mengatasi kondisi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan dan
sebagainya. Untuk memperjelas pengertian pemasaran, penulis mengutip beberapa defenisi pemasaran menurut pendapat para ahli.
Menurut Kotler dan Amstrong 2001: 7, “pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain”. Sedangkan menurut Lamb, dkk, 2001: 6,
“pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga,
Universitas Sumatera Utara
promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”.
Berdasarkan kedua defenisi tersebut, dapat dilihat bahwa konsep inti pemasaran adalah pemenuhan dan pemuasan kebutuhan dan keinginan individu dan
kelompok melalui suatu proses penciptaan, penawaran dan pertukaran satu produk dengan yang lain.
2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran
Dalam proses pemasaran, perusahaan berusaha mempengaruhi konsumen sehingga konsumen sebagai target pasar yang hendak dituju menjadi tahu, senang
dan mau membeli produk yang ditawarkan dan pada akhirnya tercipta pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam usaha mempengaruhi konsumen ini,
diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap bauran pemasaran marketing mix nya.
Menurut Kotler dan Amstrong 2001: 71, “bauran pemasaran marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang terdiri dari
produk, harga, promosi yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran yang sudah dibidik”. Sedangkan menurut
Indriyo Gitosudarmo 2008: 182, “bauran pemasaran adalah alat bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumen agar konsumennya dapat menjadi kenal
kemudian menyenangi dan kemudian melakukan transaksi pembelian serta akhirnya konsumen itu menjadi puas”.
Universitas Sumatera Utara
Bauran pemasaran marketing mix dikenal dengan istilah Empat P, terdiri dari: produk product, harga price, tempat place, dan promosi promotion.
Variabel bauran pemasaran menurut Indriyo Gitosudarmo 2008: 182 adalah sbb: 1. Produk Product
Produk adalah barang atau jasa yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pembeli akan membeli kalau merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli
agar pemasaran produk berhasil. 2. Harga Price
Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan. Perusahaan perlu memikirkan tentang penetapan harga
jual produknya secara tepat karena harga yang tepat akan menarik para pembeli untuk membeli barang tersebut.
3. Tempat Place Perusahaan haruslah menyebarkan barang-barang yang diproduksinya ke
tempat dimana konsumen itu berada. Hal ini merupakan tugas untuk mendistribusikan barangnya kepada konsumen. Untuk keperluan tersebut
pengusaha dapat menggunakan berbagai bentuk saluran distribusi yang mungkin dilakukannya.
4. Promosi Promotion Promosi adalah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi
konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut.
Program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen pemasaran kedalam suatu program koordinasi, yang dirancang untuk meraih tujuan
pemasaran perusahaan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen Kotler dan Amstrong, 2001: 75. Jadi, agar perusahaan dapat menghadapi persaingan
serta meningkatkan penjualan diperlukan kombinasi variabel-variabel dalam bauran pemasaran yang terpadu.
2.1.3 Produk 2.1.3.1 Pengertian Produk
Keberadaan produk tidak bisa dilepaskan dari pemasaran. Dalam pemasaran, kepuasan dipenuhi dengan cara menciptakan dan mempertukarkan
produk dan nilai diantara pihak-pihak yang terlibat. Menurut Kotler dan Keller 2007: 4, produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk- produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara,
orang, tempat, property, organisasi, dan gagasan. Sedangkan menurut Stanton dalam Buchari, 2011: 139, produk ialah seperangkat atribut baik berwujud
maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual pengecer, dan pelayanan pabrik serta
pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.
Universitas Sumatera Utara
Secara konseptual, Tjiptono 2008: 95 menyebutkan bahwa produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai
usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Pengertian
tentang produk tersebut, menitik beratkan pada segala sesuatu yang dapat ditawarkan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar pembeli. Oleh sebab
itu, produsen harus memperhatikan secara hati-hati kebijakan terhadap produknya dengan tetap berfokus kepada pasar.
2.1.3.2 Tingkatan produk
Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami tingkatan produk. Kotler dan keller 2007: 4 membagi produk dalam lima
tingkatan, yaitu: 1. Manfaat inti Core product
Manfaat inti adalah layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan.
2. Produk dasar Basic product Produk dasar adalah bentuk lahiriah yang diubah dari manfaat inti produk
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Produk yang diharapkan Expected product Produk yang diharapkan yaitu beberapa atribut dan kondisi yang biasanya
diharapkan pembeli ketika membeli produk. 4. Produk yang ditingkatkan Augmented product
Produk yang ditingkatkan merupakan produk yang melampaui harapan pelanggan. 5. Calon produk Potential product
Calon produk meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa yang akan datang.
2.1.3.3 Klasifikasi Produk
Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk kedalam berbagai jenis berdasarkan karakteristik-karakteristik produknya, antara lain:
1. Klasifikasi berdasarkan daya tahan dan berwujud tidaknya produk Berdasarkan daya tahan dan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan
kedalam tiga kelompok, yaitu: a. Barang yang tidak tahan lama nondurable goods: barang yang berwujud
yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. b. Barang tahan lama Durable goods: barang berwujud yang biasanya tetap
bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali. c. Jasa Services: produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan dan
mudah habis.
Universitas Sumatera Utara
2. Klasifikasi barang konsumen Barang konsumen adalah barang-barang yang dibeli oleh konsumen akhir,
baik berupa individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal. Pengklasifikasian barang konsumsi merupakan pengklasifikasian barang-barang
berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen, yaitu antara lain: a. Barang sehari-hari Convenience Goods: barang-barang yang biasanya
sering dibeli pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit.
b. Barang toko Shopping Goods: barang-barang yang biasanya
dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihandan pembeliannya.
c. Barang khusus Specialty Goods: barang- barang yang memiliki ciri-ciri atau identifikasi merek yang unik dan karena itulah cukup banyak pembeli
bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus. d. Barang yang tidak dicari Unsought Goods: barang yang tidak diketahui
konsumen atau biasanya mereka tidak berpikir untuk membelinya atau diketahui tetapi mereka biasanya tidak berpikir untuk membelinya.
3. Klasifikasi barang industri Barang industri merupakan barang yang dibeli oleh organisasi dan
diperuntukkan untuk dijual kembali atau untuk mendukung proses produksi dan operasional organisasi. Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan
bagaimana peran mereka dalam proses produksi dan biaya relatifnya. Barang industri dibedakan kedalam tiga kelompok, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Bahan Baku dan Suku cadang Materials and parts: barang yang seluruhnya masuk ke produk produsen tersebut.
b. Barang Modal Capital items: barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan atau pengelolaan produk akhir.
c. Perlengkapan dan Layanan Supplies and business service: barang dan jasa berumur pendek memudahkan pengembangan atau mengelola produk
akhir.
2.1.3.4 Bauran Produk
Menurut Kotler dan Keller 2007: 15 bauran produk product mix product assortment adalah kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan
penjual tertentu kepada pembeli. Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu.
Lebarnya bauran produk menunjukkan banyaknya lini produk yang ditangani oleh perusahaan; Panjangnya bauran produk memperlihatkan seluruh
jumlah mata produk product item yang ada dalam bauran produk; Dalamnya bauran produk menunjukkan seberapa banyak yang berbeda yang ditawarkan
disetiap lini produk; Konsistensi bauran produk memperlihatkan seberapa dekat hubungan berbagai lini produk pada saat pemakaian akhir, pada tuntutan produksi,
saluran distribusi atau fungsi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.5 Atribut Produk
Menurut Tjiptono 2008: 103, atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan garansi, pelayanan, dan sebagainya.
1. Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbollambang, desain, warna,
gerak, atau kombinasi atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Suatu merek dapat
menyampaikan enam makna penting dari suatu produk kepada konsumen, yaitu: Atribut, manfaat, nilai-nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai.
2. Kemasan Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan
pembuatan wadah atau pembungkus suatu produk. Tiga manfaat utama dari kemasan yaitu manfaat komunikasi,manfaat fungsional, dan manfaat perceptual.
3. Pemberian label Label yang berkaitan erat dengan pengemasan merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bias merupakan bagian dari kemasan, atau bias pula berupa etiket
yang dicantelkan pada produk. 4. Layanan pelengkap
Dewasa ini, setiap produk tidak pernah terlepas dari unsur jasa dan layanan, baik itu jasa sebagai produk inti jasa murni maupun jasa sebagai
Universitas Sumatera Utara
pelngkap. Layanan pelengkap dapat berupa informasi, konsultasi, order taking, dan lain sebagainya.
5. Jaminan Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
2.1.3.6 Siklus Hidup Produk
Setelah produk baru diluncurkan, manajemen menginginkan agar produknya menikmati kehidupan yang panjang dan menyenangkan. Perusahaan
menginginkan pencapaian laba yang memuaskan untuk menutup semua upaya dan resiko yang ditanggung ketika meluncurkannya. Setiap produk akan mengalami
daur hidup produk. Menurut Kotler dan Amstrong 2001: 419 daur hidup produk adalah
perjalanan penjualan dan laba suatu produk selama masa hidupnya. Daur hidup produk sejak masih konsep sampai produk mati terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Pengembangan produk, dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan suatu gagasan produk baru selama pengembangan produk,
penjualan sebesar nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk. 2. Pengenalan, adalah periode pertumbuhan penjualan yang lambat ketika produk
diperkenalkan dipasar. Laba belum diperoleh pada tahap ini karena biaya pengenalan produk sangat besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Pertumbuhan, adalah periode penurunan pasar dan peningkatan laba yang pesat.
4. Kedewasaan, adalah periode pertumbuhan penjualan yang menurun karena produk telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Tingkat laba
tetap atau menurun karena pengeluaran pemasaran bertambah untuk mempertahankan produk menghadapi pesaing.
5. Penurunan, adalah periode ketika penjualan turun dan laba merosot. Tidak semua produk mengikuti seluruh tahapan daur hidup produk.
Beberapa produk diperkenalkan dan mati dengan cepat, lainnya tetap berada dalam tahap kedewasaan untuk waktu yang lama. Konsep daur hidup produk
dapat diterapkan oleh pemasar sebagai kerangka kerja yang bermanfaat untuk menggambarkan bagaimana mekanisme produk dalam pasar bekerja. Konsep ini
dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran yang baik untuk berbagai tahap daur hidup produk yang berbeda Kotler dan Amstrong 2001:
421.
2.1.3.7 Strategi produk
Menurut Tjiptono 2008: 109, secara garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis atau kategori, yaitu:
1. Strategi Positioning Produk Strategi ini merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang
unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra image merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan merekproduk pesaing.
Universitas Sumatera Utara
2. Strategi Repositioning Produk Strategi ini dijalankan dengan jalan meninjau kembali posisi produk dan
bauran pemasaran saat ini, serta berusaha mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk tersebut.
3. Strategi Overlap Produk Strategi ini merupakan strategi yang menciptakan persaingan terhadap merek
tertentu milik perusahaan sendiri dengan cara pengenalan produk bersaing dengan produk yang sudah ada, penggunaan label pribadi, atau menjual
komponen-komponen yang dipergunakan dalam produk perusahaan sendiri kepada pesaing.
4. Strategi Lingkup Produk Strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatu
perusahaan, dimana perusahaan dapat menerapkan strategi produk tunggal, strategi multi produk, atau strategi system-of-products.
5. Strategi Desain Produk Strategi ini berkaitan dengan tingkat standarisasi produk yang terdiri dari tiga
pilihan, yaitu produk standar, costumized product, dan produk standar dengan modifikasi.
6. Strategi Eliminasi Produk Strategi ini dilaksanakan dengan jalan mengurangi komposisi portofolio
produk yang dihasilkan unit bisnis perusahaan, baik dengan cara memangkas jumlah produk dalam suatu rangkaianlini atau dengan jalan melepaskan suatu
divisi atau bisnis.
Universitas Sumatera Utara
7. Strategi Produk Baru Strategi yang dijalankan dengan menghasilkan produk baru yang dibagi dalam
tiga alternatif, yaitu penyempurnaan produk atau modifikasi produk, produk imitasitiruan, dan inovasi produk.
8. Strategi Diversifikasi Produk Upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau
keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas dan fleksibilitas.
2.1.4 Diversifikasi produk 2.1.4.1 Pengertian Diversifikasi Produk
Diversifikasi produk merupakan salah satu dari berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Diversifikasi produk merupakan upaya
perusahaan untuk meningkatkan penjualan melalui penganekaragaman produk, baik melalui pengembangan produk baru atau pengembangan produk yang sudah
ada Ismanthono, 2003: 65. Menurut Sudarsono dalam Surya Admadja, 2009: 9 diversifikasi Produk
merupakan suatu usaha penganekaragaman sifat dan fisik, baik yang dapat dirabatidak dapat diraba barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
untuk digunakan konsumen di dalam memuaskan kebutuhannya. Sedangkan Tjiptono 2004: 132 memberikan pengertian bahwa diversifikasi produk
merupakan upaya untuk mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang
Universitas Sumatera Utara
baru atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas dan fleksibilitas.
2.1.4.2 Jenis –jenis Diversifikasi Produk
Fajar laksana 2008: 50 membagi strategi diversifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Strategi Diversifikasi Konsentris Concentric diversification strategy Perusahaan dapat mencari produk baru yang memiliki sinergi teknologi dan atau
pemasaran dengan lini produk yang ada. 2. Strategi Diversifikasi Horizontal Horizontal diversification strategy
Perusahaan dapat mencari produk yang baru yang menarik bagi pelanggannya saat ini walaupun teknologinya tidak berhubungan dengan lini produk yang ada.
3. Strategi Diversifikasi Konglomerat Conglomerate diversification strategy Perusahaan dapat mencari bisnis yang baru yang tidak mempunyai hubungan
dengan teknologi, produk maupun pasar yang ada sekarang.
2.1.4
.
3 Tujuan Diversifikasi Produk
Menurut Tjiptono 2008: 132, tujuan dari diversifikasi produk adalah meningkatkan pertumbuhan bila produkpasar yang ada telah mencapai tahap
kedewasaan dalam Product Life Cycle PLC, menjaga stabilitas dengan jalan menyebarkan risiko fluktuasi laba dan meningkatkan kredibilitas dipasar modal.
Sedangkan menurut Projo dan Gitosudarmo dalam Surya Admadja, 2009: 10, tujuan diversifikasi produk yaitu mengadakan perluasan usaha, menginginkan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang menjadi serba besar, sehingga terdapat kemungkinan mendapatkan labakeuntungan juga akan lebih besar, dapat menutup kerugian yang terdapat
pada satu produk lain dan adanya keinginan usaha dalam menghilangkan persaingan.
Untuk mengurangi resiko yang melekat dalam strategi diversifikasi, Tjiptono 2008: 133 menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
lain: 1. Mendiversifikasi produknya hanya bila peluang produkpasar yang ada
terbatas 2. Memiliki pemahaman yang baik dalam produk yang didiversifikasi
3. Memberikan dukungan yangmemadai pada produk yang diperkenalkan 4. Memprediksi dampak diversifikasi terhadap lini produk yang ada.
2.1.5 Perilaku Konsumen 2.1.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi 2003: 3 “perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini”. Perilaku konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir-
individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi Kotler dan Amstrong, 2001: 195.
Perusahaan sebagai penghasil produk pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen harus mampu memahami apa yang dipikirkan, dirasakan, dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran dan rangsangan
lainya Bauran
pemasaran: Produk
Harga Distribusi
Lain-lain: Ekonomi
Teknologi Politik
Kotak Hitam Pembeli:
Karakteristik Pembeli
Proses Keputusan Pembelian
Respon Pembeli: Pemilihan produk
Pemilihan Merek Pemilihan
Saluran
Waktu Pembelian Jumlah
Pembelian
oleh konsumen sehubungan dengan pemenuhan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini penting karena perusahaan yang benar-benar memahami tanggapan konsumen
akan memilki keunggulan yang lebih besar atas pesaingnya Kotler dan Amstrong, 2001: 196.
Bagi perusahaan, pikiran dan perasaan konsumen adalah sebuah misteri yang tidak ada habisnya, namun memahaminya merupakan kunci penting jika
pemasar ingin sukses Amir 2005: 47. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan memperoleh pemahaman tentang apa yang ada dalam benak konsumen, Gambar
2.1 akan menunjukkan secara ringkas mengenai “Model perilaku Konsumen”:
Sumber : Kotler dan Amstrong 2001 : 196
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen
Agar dapat mengungkapkan karakteristik pembeli dan proses keputusan pembelian yang ada dalam kotak hitam pembeli, pemasar mencoba memberikan
berbagai rangsangan kepada konsumen, rangsangan yang dimaksud dapat berupa bauran pemasaran produk, harga, saluran distribusi, dan promosi ataupun
Universitas Sumatera Utara
rangsangan lain yang ada dalam lingkungan pembeli seperti ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Kemudian rangsangan yang masuk ke kotak hitam konsumen
akan menghasilkan tanggapan yang dapat diselidiki oleh perusahaan.
2.1.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pembelian konsumen secara kuat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu budaya, sosial, pribadi ,dan psikologis. Pada umumnya perusahaan tidak dapat
mengendalikan faktor–faktor tersebut namun mereka harus tetap memperhitungkannya Kotler dan Amstrong, 2001: 196.
1. Faktor Budaya Budaya culture adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang. Ketika tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak mempelajari dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarga dan institusi
penting lainnya. Setiap kebudayaan mengandung subkebudayaan subculture yang lebih kecil, atau kelompok orang-orang yang mempunyai sistem nilai yang
sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Disamping itu kelas sosial social classes juga sering mempengaruhi kebudayaan orang atau
kelompok. Kelas sosial merupakan bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai,
kepentingan-kepentingan, dan perilaku yang sama. 2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta aturan dan status sosial konsumen. Terdapat banyak
Universitas Sumatera Utara
kelompok kecil yang mempengaruhi perilaku konsumen. Kelompok yang secara langsung mempengaruhi dan dimiliki seseorang disebut kelompok keanggotaan
mempbership groups, beberapa diantaranya adalah kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok yang berfungsi sebagai titikbandingreferensi
langsung atau tidak langsung yang membentuk sikap maupun perilaku seseorang disebut kelompok acuan reference groups. Keluarga adalah organisasi
pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan pengaruh tersebut telah diteliti secara intensif. Seseorang merupakan anggota berbagai
kelompok dimana posisinya dalam kelompok tersebut ditetapkan baik lewat perannya maupun statusnya. Seseorang seringkali memilih produk yang
menunjukkan status mereka dalam masyarakat. 3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi terdiri dari umur pembeli dan taraf siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. Seseorang
mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidup, dan perubahan itu dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup keluarga. Pekerjaan, status ekonomi,
dan gaya hidup seseorang sangat mempengaruhi pilihan terhadap barang dan jasa yang dibelinya. Seseorang akan memilih barang dan jasa tertentu yang sesuai
dengan pekerjaannya, kemampuan ataupun keadaan ekonominya serta gaya hidup yang dianutnya. Sedangkan kepribadian dan konsep diri merupakan karakteristik
psikologi yang unik yang berbeda pada setiap orang dan menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten terhadap lingkungan seseorang.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor Psikologis Pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologi
yang penting: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari suatu keadaan psikologis seperti
kebutuhan untuk dihargai, diakui, ataupun rasa memiliki. Persepsi didefenisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. Pembelajaran merupakan perubahan pada perilaku individu yang muncul dari
pengalaman. Dengan melakukan dan lewat pembelajaran, orang-orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi
perilaku membeli mereka. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu sedangkan sikap adalah evaluai, perasaan, dan kecenderungan
seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.
2.1.5.3 Tipe-tipe Perilaku Keputusan Membeli
Perilaku membeli biasanya berbeda-beda. Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak
pertimbangan Kotler dan Amstrong, 2001: 219. Terdapat empat tipe perilaku keputusan pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat
perbedaan diantara berbagai merek. 1. Perilaku membeli yang kompleks
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
antara merek yang satu dengan yang lainnya. Pembelian ini terdiri dari tiga tahapan, perrtama mengembangkan keyakinan mengenai produknya, lalu
membangun sikap tentang produk tersebut, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang telah dipertimbangkan secara matang.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Perilaku ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian
yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada. Dalam hal ini, pembeli akan berkeliling untuk
mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli dengan sangat cepat. 3. Perilaku membeli karena kebiasaan
Perilaku mebeli ini terjadi dala kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek. Dalam hal ini, perilaku konsumen tidak
melewati urutan keyakinan-sikap-perilaku yang biasa, sebaliknya proses membeli hanya melibatkan keyakinan merek karena menerima informasi secara pasif
diikuti dengan perilaku pembelian yang belum tentu diikuti dengan perilaku evaluasi.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi Perilaku membeli ini bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen tetapi
perbedaan diantara merek dianggap besar. Dalam hal ini konsumen sering kali mengganti merek. Penggantian itu mungkin agar tidak bosan atau sekedar untuk
mencoba sesuatu yang berbeda. Artinya pergantian merek terjadi demi variasi bukan untuk kepuasan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan terus berlangsung lama sesudahnya Kotler dan Amstrong, 2001: 223. Dalam proses
pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk, konsumen akan melalui lima tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 2.2. Namun dalam pembelian yang
lebih rutin, konsumen seringkali melewati atau membalik beberapa dari tahap- tahap tersebut.
Sumber : Kotler dan Amstrong 2001: 223
Gambar 2.2 Proses Keputusan Membeli
1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan need
recognition dimana pembeli merasakan adanya perbedaan keadaan nyata dengan keadaan yan diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti
rasa lapar, dan hau, dan dapat pula dipicu oleh rangsangan eksternal seperti hobi dan lain sebagainya.
2. Pencarian Informasi Pencarian informasi merupakan tahap proses pengambilan keputusan
pembeli dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Pada satu tingkat, konsumen mungkin hanya mengalami perhatian yang
meningkat misalnya perhatian yang lebih banyak terhadap iklan produk yang diinginkan. Tingkatan berikutnya, konsumen mungkin aktif mencari informasi
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi berbagai alternatif
Keputusan membeli
Proses paska pembelian
Universitas Sumatera Utara
dari berbagai sumber. Ketika lebih banyak informasi diperoleh, semakin bertambah pada kesadaran dan pengetahuan konsumen mengenai merek yang
tersedia dan sifat-sifatnya. 3. Evaluasi berbagai alternative
Pada tahap ini, konsumen memproses informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Konsumen tidak
menggunakan satu proses evaluasi sederhana, namun konsumen didapati menggunakan satu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada
konsumen dan keputusan pembeliannya. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan perhitungan yang cermat dan pemikiran yang logis, pada waktu
yang lain konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi, bahkan membeli hanya berdasarkan dorongan sesaat dan tergantung pada intuisi. Kadang-kala
konsumen mengambil keputusan pembelian sendiri, kadang-kala bertanya kepada teman, pemerhati konsumen, atau wiraniaga untuk nasehat pembelian.
4. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk. Terdapat dua faktor yang mempengaruh keputusan pembelian yaitu sikap orang lain dan faktor
situasi yang tidak diharapkan. 5. Perilaku paska pembelian
Tahap ini merupakan tahap dimana lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan. Hal ini memberikan
gambaran terhadap kinerja produk. Jika kinerja produk tidak seseai dengan
Universitas Sumatera Utara
harapan, konsumen akan kecewa; jika kinerja produk sesuai dengan harapan, konsumen akan puas; dan bila melampaui harapan, konsumen akan sangat puas.
2.2 Penelitian Terdahu Tabel 2.1