Pelanggaran maksim kuantitas Pelanggaran Prinsip Kerjasama

20 kekhawatiran Le roi atas jatuhnya mahkota, padahal ia sendiri tidak yakin akan tuturannya.

3. Pelanggaran maksim relevansi

Menurut Rahardi 2005: 56, ketika penutur bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan, berarti penutur telah melakukan pelanggaran maksim relevansi. Pernyataan Rahardi didukung oleh Yule 2006: 66, yang menjelaskan ketika seorang penutur mengatakan sesuatu seperti „oh, omong-omong‟ dan terus menyebutkan beberapa informasi yang tidak tepat dalam percakapan, menunjukkan bahwa penutur telah menyimpang dari maksim relevansi. Perhatikan contoh tuturan yang melanggar maksim relevansi. 14 Direktur : Bawa sini semua berkasnya akan saya tanda tangani dulu. Sekretaris : Maaf Bu, kasian sekali nenek tua itu. Rahardi, 2005: 56 Konteks tuturan 14 dituturkan oleh seorang Direktur kepada sekretarisnya pada saat mereka bersama-sama bekerja di sebuah ruang erja Direktur. Pada saat itu, ada seorang nenek tua yang sudah menunggu lama. Tuturan 14 yang dituturkan oleh sekretaris tidak memiliki relevansi dengan yang diperintahkan oleh Direktur. Sekretaris seharusnya cukup menjawab “Baik Bu”, namun hal itu tidak dilakukan oleh sekretaris, sehingga tuturan sekretaris tidak mematuhi maksim relevansi. Contoh dalam bahasa Prancis. 15 Marguerite : Tiens Le soleil n‟écoute déjà plus. Marguerite : Lihatlah Matahari sudah tidak mendengarkan Le garde : Cette nuit, j’ai entendu un petit craquement. Il y a une fissure dans le mur. 21 Penjaga : Malam tadi, saya mendengar terdapat retakan di dalam sebuah tembok Yuliana, 2014: 75 Tuturan 15 antara Marguerite dan Le garde terjadi pada pagi hari di dalam singgasana raja. Tuturan Le garde tidak memiliki relevansi atau hubungan dengan tuturan yang dipertuturkan oleh Marguerite, sehingga tuturan La garde melanggar maksim relevansi. Tuturan Le garde “Cette nuit, j‟ai entendu un petit craquement. Il y a une fissure dans le mur” ini seakan tidak memperdulikan tuturan Marguerite sebelumnya.

4. Pelanggaran maksim pelaksanaan

Pelanggaran maksim pelaksanaan terjadi saat penutur bertutur tidak jelas karena tidak menginginkan mitra tuturnya mengetahui maksud dari tuturannya. Rahardi 2005: 57 juga mengungkapkan bahwa, jika penutur bertutur dengan ketidakjelasan, kekaburan, dan ketidak-langsungan, penutur dianggap telah melanggar maksim pelaksanaan. Perhatikan contoh tuturan yang melanggar maksim relevansi. 16 Adik : Ayo, cepat dibuka Kakak : Sebentar dulu, masih dingin. Rahardi, 2005: 57 Konteks tuturan 16 dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya. Tuturan 16 tidak memiliki informasi yang jelas dan kabur. Tuturan adik “Ayo, cepat dibuka” tidak memberikan informasi yang jelas tentang apa yang sebenarnya diminta, sehingga maknanya menjadi kabur dan dapat ditafsirkan macam-macam. Demikian pula tutura n kakak “ Sebentar dulu, masih dingin. ” juga memiliki informasi yang kabur dan mendatangkan banyak penafsiran.