15
c. Sintaks pembelajaran Problem Based Learning PBL
S intaks pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning menurut Arends 2008: 57 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Memberikan
orientasi tentang permasalahannya
kepada peserta didik. Guru
membahas tujuan
pelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan
logistik penting, dan memotivasi peserta didik
untuk terlibat
dalam kegiatan
mengatasi-masalah.
Fase 2 Mengorganisasikan
peserta didik untuk meneliti.
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.
Fase 3 Membantu
investigasi kelompok.
Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan
informasi yang
tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4 Mengembangkan
dan mempresentasikan
artefak dan exhibit. Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan artefak- artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman
video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada
orang lain.
Fase 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya
dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Tujuan Problem Based Learning PBL
Menurut Arends 2008: 43-45, PBL dirancang untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi yang disimulasikan; dan menjadi
pelajar yang mandiri dan otonom.
16
1 keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak sama dengan keterampilan-
ketrampilan yang berhubungan dengan pola-pola perilaku ang lebih rutin. Berpikir tingkat tinggi berbeda dengan perilaku-perilaku yang
lebih konkret, bersifat kompleks, dan tidak dapat diturunkan dengan mudah menjadi rutinitas-rutinitas yang pasti. Proses untuk
memikirkan tentang ide-ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan tentang situasi kehidupan nyata. Oleh karena itu,
keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang lebih cocok untuk
mengajarkan ide-ide dan keterampilan-keterampilan yang lebih konkret. Keterampilan berfikir tingkat tinggi dapat diajarkan dengan
pendekatan yang serupa dengan Problem Based Learning PBL. 2
meniru peran orang dewasa. PBL membantu peserta didik untuk
menampilkan diri di berbagai situasi kehidupan nyata dan mempelajari peran-peran orang dewasa. Menurut Resnick dalam
Arends 2008: 45, PBL mempunyai bentuk pengajaran yang sangat penting untuk menjembatani kesenjangan antara pembelajaran sekolah
dan kegiatan mental yang lebih praktikal, yang terjadi di luar sekolah. 3
independent learning. PBL membantu peserta didik untuk menjadi
pembelajar yang senantiasa memberi semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk
berbagai masalah riil, kelak peserta didik belajar untuk melaksanakan
17
tugasnya secara mandiri. Lingkungan belajar dan sistem manajemen untuk pengajaran berbasis masalah ditandai oleh proses-proses
demokratik dan terbuka serta peran aktif peserta didik. Faktanya, seluruh proses untuk membantu peserta didik agar dapat menjadi
pembelajar yang mandiri dan self-regulated, yang meyakini kemampuan intelektualnya sendiri, membutuhkan keterlibatan aktif di
lingkungan yang aman dan inquiri oriented. Meskipun guru dan peserta didik menjalani fase-fase pelajaran PBL dengan cara yang
agak terstruktur dan dapat diprediksi, norma-norma di seputar pelajaran itu adalah open inquiry dan kebebasan berpikir. Lingkungan
belajarnya menekankan pada peran sentral di pembelajar, bukan si
pengajar.
Berdasarkan uraian di atas, Problem Based Learning PBL adalah model pembelajaran yang tahapannya meliputi 1 memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada peserta didik; 2 mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti; 3 membantu investigasi mandiri dan kelompok; 4 mengembangkan
dan mempresentasikan artefak dan exhibit; dan 5 menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
3. Pembelajaran Konvensional