Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta pada pokok

(1)

vii

RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah, (3)Keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) Respon siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C yang masing-masing berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : Pembelajaran menggunakan metode STAD dan Metode Ceramah, Tes Prestasi, Pengisian Angket dan Pengamatan Keterlibatan Siswa.

Tes prestasi yang diberikan berupa tes esay yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi alat optik. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode STAD dan Ceramah. Pengamatan digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode STAD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 60% siswa memenuhi KKM dan 40% siswa tidak memenuhi standar KKM (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah adalah 69% memenuhi KKM dan 31% tidak memenuhi standar KKM. (3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode STAD adalah baik. Data keterlibatan diambil 34 (dari 43) siswa yang selalu hadir saat dilakukan pengamatan terhadap keterlibatan siswa menunjukkan keterlibatan siswa baik yaitu terdapat 21 siswa. (4) Respon siswa terhadap metode STAD dan metode ceramah sama-sama baik. Terdapat 30 (dari 44 siswa, 3 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode STAD dan 27 (dari 43 siswa, 1 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode ceramah. (5) Tidak ada perbedaan prestasi antara pembelajaran dengan menggunakan STAD dan metode ceramah. Hasil perhitungan statistik menunjukkan p = .917 > α = .005, maka tidak signifikan.


(2)

ABSTRACT

Comparison of Physics Learning Achievement, Involvement, and Students' Response, between Cooperative Learning Method type STAD and Lecture Method to 8th Grade Students of Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in Optical Instruments Subject

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

The purposes of this study were to determine: (1) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method, (3) Pangudi Luhur Junior High School students' involvement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (4) Pangudi Luhur Junior High School students' response in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (5) Learning achievement difference in optical instruments subject between cooperative learning method type STAD and lecture method.

The study was conducted in April and May 2012 at Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta. Samples of this study were students from class VIII A and VIII C, represented each by 40 students. Datas collection conducted in 4 stages : learning using STAD and lecture method, achievement test, questionnaire completion, and observation of students' involvement.

Achievement tests given was in the form of an essay test that aimed to determine the students' understanding of the optical instrument subject. Completion of questionnaire conducted to study the response of students to STAD and lecture method. Observation was used to determine students' involvement in learning using the STAD method.

The results showed that: (1) Pangudi Luhur I Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD were 60% students meet KKM and 40% students didnt meet KKM standard. (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method were 69% students meet KKM and 31% students didnt meet KKM standard. (3) The students' involvement in learning using STAD method was good. Based on data from 34 students who were always present at the observation, there were 21 students willing to be involved. (4) Students' response to the STAD and Lecture Method was equally good. There were 30 or 75 % students that gave good response to the STAD Method and 27 or 60% students that gave good response to the Lecture Method. (5) There was no difference between learning achievement using STAD and Lecture Method. The results of statistical calculations showed p = .917 > α = not significant.


(3)

i

METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

YULIANA BUIK NIM : 081424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

(7)

v

M OT T O D AN PERSEM BAH AN

Diberkatilah Orang Yang Mengandalkan Tuhan, Yang

Menaruh Harapan Pada Tuhan

Yer, 17. 7

A dalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu

membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda

menjelaskan simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara.

Albert Einstein


(8)

(9)

vii

RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah, (3)Keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) Respon siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C yang masing-masing berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : Pembelajaran menggunakan metode STAD dan Metode Ceramah, Tes Prestasi, Pengisian Angket dan Pengamatan Keterlibatan Siswa.

Tes prestasi yang diberikan berupa tes esay yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi alat optik. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode STAD dan Ceramah. Pengamatan digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode STAD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 60% siswa memenuhi KKM dan 40% siswa tidak memenuhi standar KKM (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah adalah 69% memenuhi KKM dan 31% tidak memenuhi standar KKM. (3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode STAD adalah baik. Data keterlibatan diambil 34 (dari 43) siswa yang selalu hadir saat dilakukan pengamatan terhadap keterlibatan siswa menunjukkan keterlibatan siswa baik yaitu terdapat 21 siswa. (4) Respon siswa terhadap metode STAD dan metode ceramah sama-sama baik. Terdapat 30 (dari 44 siswa, 3 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode STAD dan 27 (dari 43 siswa, 1 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode ceramah. (5) Tidak ada perbedaan prestasi antara pembelajaran dengan menggunakan STAD dan metode ceramah. Hasil perhitungan statistik menunjukkan p = .917 > α = .005, maka tidak signifikan.


(10)

ABSTRACT

Comparison of Physics Learning Achievement, Involvement, and Students' Response, between Cooperative Learning Method type STAD and Lecture Method to 8th Grade Students of Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in Optical Instruments Subject

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

The purposes of this study were to determine: (1) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method, (3) Pangudi Luhur Junior High School students' involvement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (4) Pangudi Luhur Junior High School students' response in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (5) Learning achievement difference in optical instruments subject between cooperative learning method type STAD and lecture method.

The study was conducted in April and May 2012 at Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta. Samples of this study were students from class VIII A and VIII C, represented each by 40 students. Datas collection conducted in 4 stages : learning using STAD and lecture method, achievement test, questionnaire completion, and observation of students' involvement.

Achievement tests given was in the form of an essay test that aimed to determine the students' understanding of the optical instrument subject. Completion of questionnaire conducted to study the response of students to STAD and lecture method. Observation was used to determine students' involvement in learning using the STAD method.

The results showed that: (1) Pangudi Luhur I Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD were 60% students meet KKM and 40% students didnt meet KKM standard. (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method were 69% students meet KKM and 31% students didnt meet KKM standard. (3) The students' involvement in learning using STAD method was good. Based on data from 34 students who were always present at the observation, there were 21 students willing to be involved. (4) Students' response to the STAD and Lecture Method was equally good. There were 30 or 75 % students that gave good response to the STAD Method and 27 or 60% students that gave good response to the Lecture Method. (5) There was no difference between learning achievement using STAD and Lecture Method. The results of statistical calculations showed p = .917 > α = not significant.


(11)

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur yang berlimpah, penulis haturkan ke hadirat Allah yang maha Kuasa atas kebesaran kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbandingan antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan dan Respon Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta pada Pokok Bahasan Alat Optik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini karena karya kasih Tuhan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof . Dr. Paul Suparno, S.J., MST, selaku dosen Pembimbing, yang sangat sabar dan penuh semangat, teliti, perhatian dan kritis mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Drs. A. Atmadi, M. Si, selaku ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

DharmaYogyakarta.

3. Semua dosen Pendidikan Fisika yang telah memperkaya penulis dengan berbagai disiplin ilmu.


(12)

4. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd selaku Kepala SMP Pangudi Luhur I, Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. BapakTarjo dan Bapak Yuli, selaku guru Bidang Studi Fisika Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I, Yogyakarta yang dengan semangat membantu dan mendukung penulis dalam penelitian.

6. Segenap staf guru dan karyawan, serta siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta, yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam penelitian.

7. Pak Sugeng, Mbak Heni dan Mas Arif, selaku karyawan sekretariat JPMIPA

yang dalam kesibukan tetap setia melayani penulis berkaitan dengan administrasi tugas-tugas studi.

8. Suster-Suster Misi Adorasi dari Santa Familia MASF Indonesia, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk memperkaya pengalaman, ilmu pengetahuan, serta mendukung saya dengan doa, kasih, dan perhatian agar tetap semangat dalam perutusan studi.

9. Para saudari sekomunitas Dawung Wetan Surakarta; Sr. Euphrasia, Sr. Petronela, Sr. Margareti, Sr. Vianey, dan teman-teman di asrama, terima kasih ya atas segala dukungan doa, kasih, perhatian, dan kritikan yang telah membuat penulis setia untuk menyelesaikan tugas perutusan studi.

10. Bapak, Mamadan adik-adik tercinta, yang selalu mendoakan,

memperhatikan, dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.


(13)

11. Enggar, Leo dan Mitha yang telah setia menemani penulis dalam melakukan penelitian.

12. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2008 terima kasih untuk segala dukungan yang penulis alami bersama kalian selama studi.

13. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kasih Tuhan menyertai anda semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Februari 2013

Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR LAMPIRAN xvi

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Permasalahan 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORI 7


(15)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 7

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 8

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 10

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 11

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 14

B. Student Team Achievment Division (STAD) 15

1. Komponen-Komponen STAD 16

a. Presentasi di Kelas 16

b. Tim 17

c. Kuis 18

d. Skor Kemajuan Individual 18

e. Rekognasi Tim 18

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 19

C. Metode Ceramah 20

1. Pengertian Metode Ceramah 20

2. Sifat Metode Ceramah 21

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah 22

D. Prestasi Belajar 23

E. Alat-alat Optik 24

1. Mata dan Kamera 24

2. Lup dan Mikroskop 33

3. Teropong dan Periskop 36

F. Kaitan Teori dengan Penelitian 39

BAB III METODOLOGI 39

A. Desaign Penelitian 39

B. Subyek Penelitian 39

C. Waktu dan Tempat Penelitian 39

D. Treatment 40

E. Instrumen 45


(16)

G. Metode Analisis yang Digunakan 49

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA 54

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 54

B. Data Penelitian 55

1. Tes Prestasi, Respon dan Keterlibatan Siswa

dengan menggunakan Metode STAD 57

2. Tes Prestasi Siswa dan Respon Siswa

dengan menggunakan Metode Ceramah 58

C. Perhitungan Statistik 60

1. Tes Prestasi Siswa dengan menggunakan Test T

untuk 2 group independen 60

2. Keterlibatan Siswa dengan menggunakan Metode STAD 63

3. Angket Respon Siswa dengan menggunakan Metode STAD

dan Ceramah 64

D. Analisis 64

BAB V PENUTUP 67

A. Kesimpulan 67

B. Saran 68

C. Keterbatasan Penelitian 68


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Melakukan Penelitian 72

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 73

Lampiran 3 : RPP Metode STAD 74

Lampiran 4 : RPP Metode Ceramah 80

Lampiran 5 : Soal Tes Prestasi 85

Lampiran 6 : Kunci Jawaban Tes Prestasi 89

Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa 93

Lampiran 8 : Kunci Jawaban LKS 108

Lampiran 9 : Kuis – kuis 115

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Kuis 117

Lampiran 11 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa 119

Lampiran 12 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 122

Lampiran 13 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode Ceramah 124

Lampiran14 : Contoh Pengisian Kuis – kuis 126

Lampiran 15 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa


(18)

Lampiran 16 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa

Terhadap Metode Ceramah 129

Lampiran 17 : Contoh Pengisian Tes Prestasi 130


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kemiripan Antara Kamera Dan Mata 32

Tabel 2. Daftar Peringkat Siswa 40

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Prestasi 45

Tabel 4. Tes Prestasi 46

Tabel 5. Uraian Format Pengamatan Perilaku Berkarakter 47

Tabel 6. Skor Tiap Item Soal 49

Tabel 7. Perolehan Nilai Siswa 50

Tabel 8. Klasifikasi Skor Berdasarkan KKM 51

Tabel 9. Rentang Interval Keterlibatan 52

Tabel10. Rentang Interval Angket 53

Tabel 11. Jadwal Penelitian dan Proses Pengumpulan Data 54

Tabel 12. Tes Prestasi dan Respon Siswa 56

Tabel 13. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa 57

Tabel 14. Tes Prestasi dan Respon Terhadap Metode Ceramah 58

Tabel 15. Hasil Klasifikasi Skor

Berdasarkan KKM dan Persentase Kelas 60


(20)

Metode STAD dan Metode Ceramah 61

Tabel17. Pengamatan Keterlibatan Siswa terhadap metode STAD 63

Tabel 18. Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 63


(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian-bagian Mata 5

Gambar 2. Kamera dan Bagian-bagiannya 31

Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera 32

Gambar 4. Lup dan Pembentukan Bayangan 34

Gambar 5. Mikroskop dan Bagian-bagiannya 35

Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop 36

Gambar 7. Pembentukan Bayangan pada Teropong 37


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat modern dewasa ini mengharapkan pendidikan yang baik dan mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Menurut UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru profesional merupakan sebuah faktor yang menentukan pendidikan yang berkualitas karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Rusman, 2010: 59). Dalam proses pembelajaran guru sebaiknya tidak sekedar mentransfer ilmu melainkan menjadi manajer balajar yang baik bagi anak didiknya. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media yang digunakan.


(23)

Hal senada juga dijelaskan dalam teori konstruktivisme yang juga menekankan bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut pandangan konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru (Slavin dalam Trianto 2010: 74).

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki tujuan utama yaitu memberikan pengetahuan kepada anak didiknya sebagai produk dan proses. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa sistem pembelajaran saat ini lebih menekankan produk dari pada proses. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika sehingga usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri (Suparno, 2007:2).

Kunci kesuksesan siswa dalam belajar fisika adalah pada kemampuan memahami tiga hasil pokok fisika yaitu konsep (pengertian), hukum atau azas-azas, dan teori-teori.Hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pemahaman siswa adalah komunikasi antara guru dan siswa di mana dengan komunikasi ini diharapkan mereka saling membantu.Selama ini pembelajaran fisika masih sebatas menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja.Menurut Nur dan Wikandari dalam Trianto (2010), untuk itu perlu dikembangkan suatu pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.

Menurut Mulyasa (2003: 41) agarsiswa belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat sehingga siswa mempunyai motivasi belajar yang


(24)

tinggi.Salah satu konsep strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning).Strategi ini merupakan salah satu strategi yang akhir-akhir ini mendapat sorotan utama bahkan dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan strategi cooperatif

learning mampu meningkatkan prestasi belajar siswa bahkan secara khusus dalam

pembelajaran fisika. Model pembelajaran kooperatif dibedakan dalam beberapa tipe, antara lain; STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw, Jigsaw

II,Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game Tournament (TGT),Group

Investigation (GI) dan metode struktural .

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti PPL, peneliti merasa pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang oleh sebagian siswa menjadi pelajaran yang berat dan sulit dipahami.Bahkan ada yang merasa tidak penting belajar fisika.Tentu saja ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah cara penyajian meteri oleh guru yang cenderung monoton dan guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajarannya. Hal inilah yang mendorong peneliti memilih menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran fisika.

Materi optik adalah salah satu kajian fisika yang mencakup Mata dan Kamera, Lup dan Mikroskop dan alat-alat optik lainnya. Pada kurikulum IPA SMP/MTS 2004/ KTSP materi ini diberikan kepada siswa kelas VIII pada semester 2 dan Standar Kompetensi (SK) 6 yaitu memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.


(25)

Keseluruhan penjabaran di atas melahirkan sebuah gagasan untuk melakukan upaya mengatasi permasalahan pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan prestasi belajar fisika.Upaya yang ingin diterapkan adalah dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe

metode pembelajaran kooperatif.Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan

rekan-rekannya di Universitas John Hopkins.Metode ini dipandang sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak diaplikasikan. STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin 2005:143).

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan metode ini dalam pembelajaran fisika di SMP Pangudi Luhur I. Berdasarkan observasi, peneliti menemukan bahwa metode ini belum diterapkan di SMP Pangudi Luhur I. Pada umumnya guru-guru fisika di sekolah ini, masih sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran fisika yang dianggap praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lebih banyak.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka peneliti memilih judul : “Perbandingan antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan dan Respon Siswadengan

Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIIISMP Pangudi


(26)

B. Rumusan Permasalahan

Masalahyang dapat diangkat berdasarkan latar belakang di atas adalah : 1. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik

dengan metode pembelajaran kooperatif STAD?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah?

3. Bagaimana keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD?

4. Bagaimana respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

5. Metode pembelajaran manakah (STAD dan ceramah) yang lebih baik

digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari alat-alat optik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah.

3. Mengetahui keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran


(27)

4. Mengetahui respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah:hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran fisika.

2. Bagi guru: penelitian ini sebagai sumbangan untuk memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran fisika.

3. Bagi siswa: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu menumbuhkan keaktifan dan interaksi saat pembelajaran, motivasi belajar dan minat siswa sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar fisika.

4. Bagi Penelitian Pendidikan Fisika: penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian berikutnya.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling berinteraksi mencapai tujuan pembelajaran. Slavin (dalam Rusman 2010: 201), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran ini merupakan interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan guru. Guru cukup berperan sebagai menjadi fasilitator bagi siswa. Metode pembelajaran kooperatif merupakan sebuah metode pembelajaran

yang sudah banyak digunakan bahkan dianjurkan oleh para ahli

pendidikan.Metode pembelajaran kooperatif ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Hal ini didasarkan pada penelitian Piaget yang pertama dan dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna dalam Rusman 2010:201)

Menurut Rusman (2010:206) ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: tugas kerja sama dan struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.


(29)

Johnson & Johnson dalam Anita Lie (2008: 7) mengatakan bahwa ada banyak data yang menunjukkan bahwa suasana kooperatif menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2008: 31), untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif ada lima unsur yang harus diterapkan antara lain:

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam belajar bersama keberhasilan suatu penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok.Oleh karena itu ada ketergantungan antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota hendaknya mendapatkan tugas sesuai kemampuan masing-masing. Hendaknya setiap anggota memiliki kesanggupan untuk saling membantu dan menciptakan kerja sama yang baik dalam kelompok.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam belajar bersama ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan kedua menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menumbuhkan rasa memiliki dalam diri setiap anggota, mengusahakan agar setiap anggota mendapat penghargaan yang sama, membagi


(30)

rata tugas kepada setiap anggota dan menciptakan suasana saling mendukung, melengkapi, terikat dan berhubungan antar siswa dalam tim.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota kelompok, maka masing-masing anggota perlu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan oleh kelompok kepadanya. Pertanggungjawaban ini akan nampak bila dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Untuk itu setelah belajar bersama setiap anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

c. Tatap Muka

Unsur ini sangat penting untuk mengembangkan interaksi interpersonal antar anggota kelompok. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota.

d. Komunikasi Antar Anggota

Ketrampilan berkomunikasi perlu dilatih, maka guru harus membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik. Tentu saja dibutuhkan proses yang panjang agar siswa dapat menjadi komunikator yang baik. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dari guru untuk melatih dan terus melatih.


(31)

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dilakukan untuk melihat proses kerja sama dalam kelompok dan hasil kerja sama siswa agar tercipta kerja sama yang baik dan efektif.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kindsvater dkk, dalam Suparno (2007:135), pembelajaran kooperatif memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan hasil belajar lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama, sehingga masing-masing mendapatkan hasil positif.

b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa lemah menjadi minder. Dengan belajar kompetitif siswa yang lemah akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai. Sedangkan dengan belajar bersama ini justru yang lemah dibantu untuk maju.

c. Memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar, hubungan antar siswa makin akrab dan kerja sama antar mereka akan semakin lebih baik. d. Bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar

ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerja sama dengan teman, dan belajar bersama dengan teman daripada sendirian.


(32)

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

a. JIGSAW

Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978). Dalam metode ini, siswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 anggota dengan karakteristik yang heterogen. Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari satu bagian dari materi yang disampaikan oleh guru dan bertanggungjawab untuk mempelajari materi tersebut. Kemudian setiap siswa menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain dengan topik yang sama. Selanjutnya para siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajar kembali sesama anggota yang lain mengenai materi yang telah dipelajari bersama tersebut. Setelah berdiskusi dalam kelompok, para siswa dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru.

Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Keunggulan yang lain adalah meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

b. Teams Game Tournament (TGT)

Metode ini dirancang dan dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada tahun 1990. Dalam metode ini siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat akademik, kinerja, jenis kelamin dan suku. Metode TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa sebagai


(33)

tutor bagi sesamanya serta mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan yang sehat dan keterlibatan belajar.

Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar, serta jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tipe TGT tak dapat berjalan dengan baik.

c. Group Investigation (GI)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan awal baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk berkemampuan yang baik dalam komunikasi dan ketrampilan proses memiliki kelompok. Dalam metode ini para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Para siswa dibebaskan untuk memilih anggotanya sendiri dengan jumlah empat hingga lima siswa. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari bab yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik-topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Secara umum langkah-langkah metode GI


(34)

adalah seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Metode kooperatif tipe TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual yang dirancang khusus bagi siswa yang belum siap untuk menerima materi yang lebih kompleks atau mendalam. Pada metode ini, tim belajar terdiri atas tiga sampai empat orang yang memiliki kemampuan berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja yang baik.

e. Numbered Head Together (NHT)

Metode NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjas sama mereka.

Langkah-langkah pembelajaran metode NHT adalah; siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen dan setiap siswa mendapatkan nomor, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini, dan terakhir adalah guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

f. Think Pair Share (TPS)

TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola pikir siswa.Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja


(35)

samadengan orang lain. Dalam tipe ini tim belajar siswa terdiri atas tiga sampai empat orang. Keunggulan dari TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa.Bila dibandingkan dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, maka metode ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Langkah-langkah metode TPS adalah guru menyajikan materi secara klasikal, menyampaikan persoalan kepada siswa, dan siswa berpasangan dengan teman sebangku, presentase kelompok, kuis individual, membuat skor perkembangan tiap siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan.

g. Student Team Achievment Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Unsur-unsur penting dalam STAD adalah guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim, kemudian seluruh siswa diberikan tes mengenai materi yang telah dipelajari. Pada saat tes siswa diminta untuk bekerja sendiri.

Pembahasan selengkapnya mengenai STAD akan dibicarakan pada sub bab berikut.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan :

1) Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari sesama tim.


(36)

2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya dan menerima segala perbedaan.

4) Membantu siswa untuk semakin memupuk rasa tanggungjawab dalam diri siswa.

5) Dengan interaksi dengan sesama tim, siswa dapat meningkatakan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

b. Kelemahan:

1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat oleh sesamanya yang memiliki tingkat kemampuan akademik rendah. 2) Penggunaan waktu yang relaitif lama, serta jika kemampuan guru sebagai

motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tak dapat berjalan dengan baik.

B. Student Team Achievment Division(STAD)

Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak diaplikasikan. STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin 2005: 143).


(37)

1. Student Team Achievment Division (STAD) terdiri atas lima komponen utama, antara lain:

a. Presentasi di kelas

Langkah awal yang dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi dalam bentuk presentasi di kelas.Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.Namun guru harus dapat menyampaikan prensentasi ini dengan metode STAD.

Presentasi materi oleh guru menurut Good, Grows dan Ebmeir (dalam Indriyani, 2009: 12) mencakup tiga hal yaitu :

1) Pembukaan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari itu dan alasan mengapa hal itu dipelajari. Guru bisa membangkitkan keingintahuan siswa dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari atau dengan demonstrasi yang mengundang pertanyaan. Guru membahas ketrampilan materi atau prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran secara singkat.

2) Pengembangan Presentasi

Dalam meyampaikan materi diusahakan agar materi tidak menyimpang dari materi yang diujikan. Guru harus memfokuskan pada makna bukan sekedar hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan dengan menggunakan alat bantu visual, alat peraga dan lain-lain.

Presentasi dapat dilakukan sebagai berikut :


(38)

 Guru selalu menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali jika memang tidak jelas.

 Segera melanjutkan materi, jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.

3) Latihan Terbimbing

Latihan terbimbing dapat dilakukan sebagai berikut :

 Guru meminta siswa mengerjakan soal atau membahas pertanyaan yang

diberikan.

 Guru meminta siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

 Guru memanggil anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim mereka. Hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru kemudian guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa.

b. Tim

Tim adalah komponen penting dalam STAD dan terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas yaitu akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan terutama mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-lembar kegiatan atau materi lainnya. Hal yang biasanya terjadi dalam tim adalah melakukan pembahasan permasalahan bersama,


(39)

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan konsep apabila terdapat kesalahan konsep oleh anggota tim.

Pada setiap poin, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Kuis dilaksanakan setelah para siswa belajar bersama dalam tim. Dalam kuis ini para siswa mengerjakan secara sendiri-sendiri dan tidak boleh saling membantu.Setiap siswa bertanggungjawab untuk dirinya sendiri dalam menyelesaikan kuis.Kuis ini diadakan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa setelah belajar bersama. Kuis ini merupakan tanggung jawab individual yang dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik kepada sesama tim dan membantu keberhasilan tim.

d. Skor Kemajuan individual

Ide dibalik skor kemajuan individual ini adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan sumbangan poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan bentuk penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.


(40)

Ada empat macam tingkat penghargaan yang diberikan dan didasarkan pada rata-rata skor tim dengan kategori sebagai berikut :

1) 0 ≤ x ≤ 5 tanpa predikat

2) 5 ≤ x ≤ 15 dengan predikat Tim baik 3) 15 ≤ x ≤ 25 dengan predikat Tim hebat 4) 25 ≤ x ≤ 30 dengan predikat Tim super

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Trianto (2009: 70), menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam fase atau langkah.

Fase-fase pembelajaran itu antara lain:

a. Fase 1: menyampaikan dan memotivasi siswa.

Kegiatan guru adalah menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Fase 2: menyajikan atau menyampaikan informasi.

Kegiatan guru adalah menyajikan semua informasi kapada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

c. Fase 3: mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Kegiatan guru adalah menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.


(41)

Kegiatan guru adalah membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Fase 5: evaluasi

Kegiatan guru adalah mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase 6: memberikan penghargaan

Kegiatan guru adalah mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C. Metode Ceramah

1. PengertianMetodeCeramah

Suparno (2007: 160) mengatakan bahwa metode ceramah adalah model pembelajaran di mana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan dengan prinsip atau bahan fisika kepada siswa. Metode ini dikenal juga dengan nama metode konvensional dan merupakan metode yang masih sering dipakai. Hal ini dikarenakan metode ini dirasa sebagai metode yang mudah diterapkan. Dalam metode ini guru menyajikan materi, siswa memperhatikan guru berbicara sambil membuat catatan kecil mengenai materi yang dikatakan oleh guru. Proses pembelajaran seperti ini masih menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran

(teacher centered).

Sagala (dalam Tanireja, dkk. 2011: 45) mengatakan bahwa agar ceramah menjadi metode yang baik hendaknya diperhatikan hal-hal berikut;


(42)

2. dipakai jika guru akan memperkenalkan materi pelajaran baru;

3. dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata-kata; 4. sebaiknya diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual

lainnya;

5. sebelum ceramah dimulai sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah.

2. Sifat Metode Ceramah

Menurut Sagala (dalam Tanirejo, dkk 2011: 47), sifat-sifat metode ceramah yaitu: a. Tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah

sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam,

b. Kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberaniannya dalam mengemukakan pendapat;

c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya, apalagi digunakan kata-kata asing,

d. Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena

tarafberpikir anak masih berada dalam taraf yang kurang konkret.

Dalam penelitian ini metode ceramah akan disajikan dalam bentuk ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi atau dapat juga disebut ceramah interaktif. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan tujuan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (presentasi, tanya jawab dan latihan soal). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.


(43)

Menurut Suparno (2007: 160), ceramah interaktif memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

a. Ceramah oleh guru

b. Diselingi pertanyaan, diskusi dan mengerjakan soal

c. Agar ceramah menarik perlu digunakanmedia lain pula seperti power point dan disesuaikan dengan konteks siswa dengan berbagai contoh yang sesuai

d. Bicara keras, jelas, sistematis, menarik siswa

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah

Kendati dikenal sebagai metode konvensional dan kurang konstruktivis, metode ceramah tetap memiliki keunggulan, yaitu guru dapat menguasai seluruh kelas dan organisasi kelas sederhana.

Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah:

a. guru kesulitan mengetahui sejauh mana siswa-siswa telah mengerti materi yang disampaikan,

b. siswa dapat memberi pengertian yang lain dari apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh guru,

c. untuk penyampaian bahan yang mempunyai struktur yang kompleks dan abstrak, penggunaan metode ceramah juga tidak tepat.

d. untuk tujuan belajar yang berupa kognitif tingkat tinggi seperti kemampuan analisis, sintesis, evaluasi dan tujuan yang berupa keterampilan, metode ceramah tidak efektif.


(44)

D. Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Daryanto (2011: 160), menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dan perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu.

Kemajuan dan perkembangan tersebut terbentuk melalui sebuah proses belajar. Hal ini senada dengan Winkel (1996: 14 )yang mengatakan bahwa proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Bentuk perubahan ini nampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan olah siswa terhadap pertanyaan, persoalan dan tugas yang diberikan oleh guru. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan oleh guru dengan menggunakan alat evaluasi seperti tes atau kuis. Melalui kuis siswa dituntut untuk menunjukkan prestasi belajar tertentu, dan hasil yang dicapai siswa menjadi petunjuk untuk guru melihat perkembangan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar fisika pada dasarnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika itu sendiri. Hasil interaksi ini menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar dalam fisika antar individu yang satu dengan yang lain.


(45)

Dalam penelitian ini prestasi belajar dapat dilihat dalam perolehan skor siswa ketika mengikuti tes prestasi.

E. Alat-alat Optik

Materi tentang alat-alat optik ini diambil dari buku IPA Fisika untuk SMP kelas VIII karangan Marten Kanginan, Fisika (Buku Kerja Siswa) karangan

Kristinawati, EM, dkk dan Materi Ajar Alat Optik dalam ht t p:/ /

e-dukasi.net / index.php?m od=script & cm d=Bahan%20Belajar/ M at eri%20Pokok/ view &id=2 97.

1. Mata dan Kamera

a. Mata

1) Bagian-bagian mata

Gambar 1. Bagian-bagian Mata

o Kornea: bagian depan mata memiliki lengkung yang lebih tajam dan


(46)

dengan udara luar. Fungsi utama kornea (selaput bening) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tesebut diteruskan ke bagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala retina. Kornea juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam agar tetap bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air mata.

o Aquoeus humor (cairan): Cairan Aquoeus ini terletak dibelakang kornea

yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terfokus ke lensa mata.

o Lensa: bagian mata yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan pada

retina yaitu dengan mencembungkan atau memipihkan lensa. Lensa dapat disebut lensa kristalin/lensa mata. Lensa kristalin merupakan lensa mata yang terbuat dari bahan bening, berserat dan kenyal.

o Iris adalah selaput tipis yang berfungsi untuk mengatur kebutuhan cahaya

dalam pembentukan bayangan. Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen pada irislah yang menentukan warna mata.

o Pupil: berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah

iris dan sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina. Pupil dapat mengecil dan membesar seperti fungsi diafragma pada kamera. Pupil akan membuka dan menutup secara otomatis bergantung


(47)

pada cahaya yang masuk. Jika cahaya terang, pupil akan mengecil, sedangkan ketika gelap, pupil akan membesar.

o Retina: merupakan selaput yang mengandung sel-sel indera. Retina

berfungsi sebagai layar, tempat terbentuknya bayangan, seperti halnya plat film pada kamera.

o Bintik kuning: tempat terbentuknya bayangan agar bayangan terlihat

jelas.

2) Proses Pembentukan Bayangan pada Mata dan Daya Akomodasi Mata

Ketika sinar dari benda masuk ke dalam mata melalui pupil, lensa membiaskan cahaya dan membentuk bayangan pada retina sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperkecil. Agar bayangan selalu jatuh pada retina karena letak benda yang berubah, maka dapat diatur dengan mengubah jarak fokus lensa matanya. Kemampuan penglihatan manusia terbatas pada jangkauan tertentu yang disebut jangkauan penglihatan yaitu daerah di depan mata yang dibatasi oleh dua buah titik. Titik terjauh/Punctum Remotum (PR) dan titik terdekat/Punctum

Proximum (PP). Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada diantara

kedua titik tersebut. Jarak antara lensa mata dengan retina disebut jarak bayangan (S1) selalu tetap.Jarak benda (S0) yang dilihat oleh mata dapat berubah-ubah.

Jarak fokus lensa mata dapat diubah-ubah dengan cara mengubah-ubah kelengkungan lensa mata. Ini dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata melihat benda yang dekat, otot-otot siliar menegang sehingga lensa mata lebih cembung,


(48)

atau jarak fokus lensa mata lebih mata lebih kecil dan bayangan jatuh tepat di retina. Ketika melihat benda yang jauh, otot siliar mengendur (relaks), sehingga mata lebih pipih dan jarak fokus lebih besar, dan bayangan jatuh tepat pada retina. Daya untuk membuat lensa mata lebih cembung atau lebih pipih sesuai dengan jarak benda yang dilihat mata agar bayangan jatuh tepat di retina disebut dengan daya akomodasi mata.

3) Kelainan pada Mata dan Cara Menanggulanginya

Mata normal (Emetropi): memiliki titik jauh (PR) pada jarak jauh tak berhingga/∞ dan titik dekat (PP) = 25 cm, mata ini jangkauan penglihatannya paling lebar. a) Rabun jauh (Miopia)

Miopia memiliki titik jauh (PR) terbatas/kurang dari tak berhingga dan titik dekat (PP) = 25 cm. Cacat mata miopi terjadi jika pada penglihatan tak berakomodasi bayangan jatuh di depan retina, hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi sangat pipih (terlalu cembung), sehingga bayangan yang terjadi kabur. Agar dapat melihat jelas benda yang jauh maka perlu dibantu dengan lensa yang dapat menyebarkan berkas cahaya (lensa divergen) atau lensa cekung/lensa negatif.

b) Rabun dekat (Hipermetropia):

Rabun dekat memiliki titik jauh (PR) tak berhingga, tetapi titik dekat (PP) > 25 cm. Penderita kelainan ini tidak mampu melihat benda dekat.Ini disebabkan kemampuan lensa untuk menebal berkurang. Agar dapat melihat jelas benda-benda pada jarak baca normal maka cacat mata ini perlu dibantu dengan


(49)

menggunakan lensa yang dapat mengumpulkan berkas cahaya (lensa konvergen) atau lensa cembung/lensa positif.

c) Mata tua (Presbiopia):

Mata tua memiliki titik jauh (PR) kurang dari tak berhingga dan titik dekat (PP) > 25 cm, cacat mata ini merupakan gabungan dari hipermetropi dan miopi.Ini disebabkan kemampuan mata untuk menebal dan memipih berkurang. Penderita cacat mata ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa bifocal atau kaca mata yang berfungsi rangkap baik untuk melihat benda jauh maupun benda dekat.

d) Astigmatisma

Cacat mata dimana penderita tidak dapat melihat dengan baik garis-garis vertikal dan garis horisontal secara bersamaan. Hal ini disebabkan kornea mata tidak berbentuk bola dan penderita dapat ditolong dengan lensa silindris.

Contoh soal:

(1) Seorang penderita rabun jauh memiliki titik jauh 200 cm. Ia ingin melihat benda-benda yang sangat jauh dengan jelas. Berapa fokus dan kekuatan lensa yang harus digunakan?

Penyelesaian :

Penderita rabun jauh melihat benda-benda yang sangat jauh pada jarak kurang dari tak berhingga. Ini berarti S = ∞. Agar dapat melihat benda jauh dengan jelas maka lensa kacamata yang dipakai harus dapat menghasilkan bayangan di depan lensapada jarak titik jauh penderita rabun jauh.

Jadi; S1 : - (titik jauh penderita rabun jauh) = -200 cm Jarak fokus lensa dihitung dengan rumus lensa :


(50)

1 + 1 1 = 1 1 ∞+ 1 −200 =

1

0 + 1 −200 =

1

→ = −200 Sedangkan kekuatan lensa P :

= 1

−200 → = −200 = −2 = 1

−2 = − 1 2

(2) Dua orang memiliki kelainan mata dengan ciri-ciri berbeda hendak membeli kaca mata. Tentukanlah kekuatan kaca mata untuk masing-masing orang tersebut (dalam dioptri) jika diketahui:

 Orang I mempunyai titik dekat 22 cm, ingin dapat membaca dengan baik  Orang II bermata miopi, titik dekatnya 30 cm, ingin dapat melihat

benda-benda yang sangat jauh Penyelesaian:

 Jarak baca normal adalah 25 cm. Karena titik dekat orang I adalah 200 cm maka So = 25 cm dan S1 = -200 cm.

1 + 1 1 = 1 1 25+ 1 −200 =

1 8 200− 1 200 = 1


(51)

7 200 =

1

= 200

7 = 0,28 Sedangkan P:

= 1 = 1 = 1 2/ 7 =

7 2 = 3,5

 Agar orang kedua dapat melihat benda-benda yang sangat jauh berarti So =

∞ dan titik dekat 30 cm berarti S1 = -30 cm. 1 + 1 1 = 1 1 ~ + 1 −30 =

1

0 + 1 −30 =

1

= −30 = 0,3 Sedangkan P:

= 1 = 1 = 1

−0,3 = −3,3

b. Kamera

Kamera merupakan alat optik yang dapat memindahkan/mengambil gambar dan menyimpannya dalam bentuk file, film maupun print-out. Kamera menggunakan lensa positif dalam membentuk bayangan. Sifat bayangan yang dibentuk kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Pemfokusan dilakukan dengan mengatur jarak lensa dengan film. Perubahan jarak benda mengakibatkan perubahan jarak


(52)

bayangan pada film oleh karena itu lensa kamera perlu digeser agar bayangan tetap jatuh pada film. Hal ini terjadi karena jarak fokus lensa kamera tetap. Dari rumus umum optik, jika jarak fokus tetap, maka perubahan jarak benda (So) akan diikuti oleh perubahan jarak bayangan (S1).

Gambar 2. Kamera dan bagian-bagiannya

Bagian-bagian dari kamera secara sederhana terdiri dari: Lensa cembung, Film, Diafragma, Aperture.


(53)

Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera

Lensa positif, membiaskan cahaya dan membentuk bayangan nyata, terbalik dan diperkecil. Diafragma mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera dengan mengubah ukuran aperturenya.

Film merupakan media yang menangkap bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa. Agar bayangan selalu jatuh pada film karena letak benda yang berubah, maka dapat diatur dengan menggeser jarak lensa terhadap filmnya.

So = jarak benda dalam meter, Si = jarak bayangan dalam meter, F = titik fokus lensa

Secara umum bagian-bagian kamera sama dengan bagian-bagian mata, namun kedua alat ini memiliki perbedaan dalam hal menempatkan bayangan pada retina/film. Perbedaannya adalah mata menggunakan daya akomodasi sedangkan kamera menggunakan pergeseran lensa. Kemiripan antara kamera dan mata adalah:

Tabel 1. Kemiripan antara Kamera dan Mata

Kamera Mata Keterangan

Lensa Lensa Lensa cembung

Diafragma Iris Mengatur besar kecilnya lubang cahaya

Aperture Pupil Lubang tempat masuknya cahaya


(54)

(3) Lup dan Mikrosokop

a. Lup

Lup/kaca pembesar memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lup adalah lensa cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil agar

nampak lebih besar. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki

sifat: maya, tegak, dan diperbesar. Untuk itu benda harus diletakkan di Ruang I atau daerah yang dibatasi oleh fokus dan pusat lensa atau cermin (antara f dan O), dimana So < f.

Gambar 4. Lup dan pembentukan bayangan

Ada dua cara menggunakan lup yaitu:

1) Dengan cara mata berakomodasi maksimum

Mata berakomodasi maksimum yaitu cara memandang obyek pada titik dekatnya (otot siliar bekerja maksimum untuk menekan lensa agar berbentuk secembung-cembungnya).


(55)

diperhatikan adalah: bayangan yang dibentuk lup harus berada di titik dekat mata/Punctum Proksimum (PP), benda yang diamati harus diletakkan di antara titik fokus dan lensa, sifat bayangan; maya, tegak dan diperbesar.

2) Dengan cara mata tidak berakomodasi

Mata tak berakomodasi yaitu cara memandang obyek pada titik jauhnya (yaitu otot siliar tidak bekerja/rileks dan lensa mata berbentuk sepipih-pipihnya). Pada penggunaan lup dengan mata tak berakomodasi, maka yang perlu diperhatikan adalahlup harus membentuk bayangan di jauh tak hingga, benda yang dilihat harus diletakkan di titik fokus (So = f)

b. Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda yang sangat kecil atau mikro agar tampak lebih besar dan jelas.

Berikut ini adalah gambar mikroskop dan bagian-bagiannya :


(56)

Mikroskop yang paling sederhana menggunakan kombinasi dua buah lensa positif, dengan panjang titik fokus obyektif lebih kecil daripada jarak titik fokus lensa okuler.

Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa obyektif sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Lensa okuler mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata berakomodasi maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara menggeser jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan dengan tombol soft adjustment (tombol halus yang digunakan untuk menemukan fokus). Sifat bayangan pada mikroskop secara keseluruhan; maya, terbalik dan diperbesar.

Perbesaran mikroskop pada adalah: =

Mata berakomodasi : = + 1

Mata tak berakomodasi : =


(57)

Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop

Keterangan : Sob : jarak benda lensa obyektif (m)

S’ob : jarak bayangan lensa obyektif (m)

(4) Alat-alat Optik Lain

a. Teropong

Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke obyek dan disebut lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.

Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi :

1) Teropong bias astronomi

Teropong astronomi atau teropong bintang digunakan untuk mengamati obyek-obyek yang ada di langit (bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai lensa obyektif dengan diameter dan jarak fokus


(58)

besar, sedangkan okulernya adalah sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.

Pembentukan bayangan pada teropong dan sifat-sifat bayangannya.

Gambar 7. Pembentukan bayangan pada teropong

Panjang teropong : = +

Perbesaran teropong : =

2) Teropong Pantul Astronomi

Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa obyektif membentuk bayangan nyata dari sebuah obyek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai lup. Dengan demikian cara mengamati obyek apakah mau dengan cara berakomodasi maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okulernya. Oleh karena itu jarak antara obyektif dan okuler dapat diubah-ubah.Panjang teropong adalah jarak antara lensa obyektif dan lensa okulernya.


(59)

Gambar 8. Teropong Pantul Astronomi

b. Periskop

Periskop adalah teropong yang dipasang pada anjungan kapal selam. Kegunaan periskop adalah untuk mengintai kapal-kapal musuh atau melihat benda-benda di atas permukaan laut sewaktu kapal selam sedang berada di bawah permukaan air. Periskop terdiri atas sebuah lensa cembung obyektif dan dua buah prisma siku-siku sama kaki (memiliki 3 sudut: 450, 450 dan 900), dan sebuah lensa cembung okuler.

F. Kaitan Teori dengan Penelitian

Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk :

1. Membuat treatment penelitian yaitu metode pembelajaran fisika dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Membuat instrumen penelitian berupa test prestasi untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

3. Menganalisis data yang diperoleh kemudian memperoleh bukti apakah


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini berupa penelitian komparatif kausal.

Disebut kuantitatif karena hasil penelitian ini berupa angka-angka yang akan diolah dengan statistik untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok danrespon siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbandingan prestasi belajar siswa akan dilihat berdasarkan tes prestasi, keterlibatan siswa dilakukan pengamatan oleh penelitidan respon siswa terhadap metode diukur berdasarkan angket yang disebarkan.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIC SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta, sejumlah 87 siswa.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.


(61)

D. Treatment

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam penelitian ini treatment yang akan digunakan adalah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok Alat-alat Optik. Proses pembelajarannya sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Materi yang digunakan berupa buku teks, LKS serta sumber-sumber terbitan lainnya atau materi yang dibuat oleh guru.

2) Menempatkan siswa ke dalam tim

Penempatan siswa ke dalam tim diatur sebagai berikut; tiap tim terdiri atas level yang kinerjanya meliputi semua level dari yang rendah, sedang dan tinggi, dan membagi rata level kinerja sedang dari semua tim yang ada di kelas. Guru membuat daftar peringkat siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah berdasarkan nilai ujian tengah semester yang sudah berlangsung antara tanggal 5-10 Maret 2012. Sebagai contoh ditunjukkan dalam tabel 2 berikut :

Tabel2. Daftar Peringkat Siswa

Peringkat Nama Tim

Siswa berprestasi tinggi 1 A

2 B

3 C


(62)

5 E

6 F

7 G

8 H

9 I

Siswa berprestasi sedang

10 I

11 H

12 G

13 F

14 E

15 D

16 C

17 B

18 A

19 A

20 B

21 C

22 D

23 E

24 F

25 G


(63)

27 I

Siswa berprestasi rendah 28 I

29 H

30 G

31 F

32 E

33 D

34 C

35 B

36 A

Tiap tim harus terdiri atas empat anggota jika memungkinkan, sehingga jumlah siswa yang ada di kelas dibagi ke jumlah tim yang akan dibentuk. Misalnya jika di kelas ada 36 siswa maka guru akan membentuk sembilan tim yang masing-masing beranggotakan empat orang.

b. Jadwal Kegiatan

STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi kegiatan regular, sebagai berikut: 1) Pengajaran

Waktu: 1-2 JP

Gagasan Utama: menyampaikan pembelajaran Materi yang dibutuhkan : Rencana pembelajaran 2) Belajar Tim


(64)

Waktu: 1-2 JP

Gagasan Utama: siswa-siswa belajar bersama dalam tim mereka untuk menguasai materi.

Materi yang dibutuhkan : dua lembar kegiatan untuk tiap tim dan dua lembar jawaban untuk tiap tim.

3) Tes (Ujian) Waktu: 1 JP

Gagasan Utama: kuis individual

Materi yang dibutuhkan : satu kuis tiap anak

Mengingat kuis dilaksanakan pada akhir pertemuan dan membutuhkan waktu 10-15 menit, maka peneliti menyiapkan dua butir soal untuk setiap kali kuis. Soal kuis dapat dilihat padalampiran 9 halaman116.

4) Rekognasi Tim

Gagasan Utama: menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya.

c. Pembelajaran dengan RPP danLKS dapat dilihat pada lampiran no. 3hal. 75 dan no. 7 hal.94.

1. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS merupakan panduan belajar bagi siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan topik Alat-alat Optik. Soal-soal latihan yang tercantum dalam LKS dikerjakan oleh siswa secara berkelompok.


(65)

LKS yang digunakan adalah sebagai berikut :

Diskusi 1

1) Mengapa di tempat gelap kamu membuka mata selebar-lebarnya, sedangkan ketika melihat sinar matahari yang terang kamu justru menyempitkan matamu?

……… ……… ……… ………..

LKS lengkap dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 94.

2. Metode Ceramah

Metode ceramah ini digunakan sebagai pembanding dengan metode kooperatif tipe STAD, apakah ada perbedaan terhadap prestasi siswa menggunakan metode ceramah dengan metode kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah pembelajaran metode ceramah yang digunakan adalah berupa pengajaran oleh guru, tanya jawab antar guru dan siswa dan siswa mengerjakan soal. Kendati metode ceramah sebagai pembanding, instrumen penelitian dan metode analisis datanya sama seperti pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. RPP untuk pembelajaran dengan metode ceramah dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 81.


(66)

E. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes prestasi, lembar observasi siswa dan angket. Tes prestasi dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai pemahaman siswa mengenai pembelajaran alat-alat optik. Lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Angket untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap metode STAD dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Tes Prestasi

Soal-soal pada tes prestasi ini disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan materi alat-alat optik.Tujuan dari tes ini adalah mengetahui pemahaman siswa mengenai alat-alat optiksetelah mengikuti pembelajaran dengan metode STAD dan metode ceramah. Soal disusun berdasarkan indikator pembelajaran supaya dapat terdistribusi merata.

a. Kisi – kisi Penyusunan Soal Tes Prestasi

Pada tabel 3 berikut disajikan kisi-kisi penyusunan soal pretes :

Tabel3. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi Berdasarkan Tujuan Pembelajaran

Materi Pokok

Tujuan Pembelajaran Nomor Soal

Alat Optik

Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optic 1


(67)

Menjelaskan beberapa cacat mata serta cara menolong cacat mata

3, 4

Menyelidiki ciri-ciri kamera sebagai alat optic 5

Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja lup 6

Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja mikroskop 7

Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja teropong 8,9

Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja periskop 10

b. Contoh soal tes prestasi

Tabel 4. Tes Prestasi

No. Tujuan Pembelajaran Soal Tes Prestasi

1. Menjelaskan fungsi

bagian-bagian mata sebagai alat optik.

1. Sebutkan bagian-bagian mata sebagai alat optik dan jelaskan fungsi tiap-tiap bagian!

(Skor : 5)

Soal tes prestasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 88.

2. Lembar Pengamatan Perilaku Siswa

Lembar pengamatan digunakan untuk melihat keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berikut ini adalah Tabel Format Pengamatan Perilaku Berkarakter dan uraian Format Pengamatan Perilaku Berkarakter yang kemudian dijabarkan dalam setiap siswa dengan contoh perincian sebagai berikut :


(68)

Tabel 5. Uraian Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

Kode siswa

Aspek-aspek yang diamati Jumlah

Skor

A B C D E F

A1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A2

A3

Keterangan :

 Format Pengamatan Perilaku Berkarakter :

A : Ketekunan, B : Ketelitian, C : Antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, D : Mendengarkan pendapat orang lain, E : Kesediaan mengemukakan pendapat, F : mengambil kesimpulan

 Rincian poin :

1 :Memerlukan Perbaikan 2 : Menunjukkan Kemajuan, 3 : Memuaskan dan 4 :Sangat Baik.

3. Angket Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

Angket ini digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang dan kemudahan yang diperoleh dalam memahami materi, suasana belajar dan cara guru menerapkan metode pembelajaran.


(69)

Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Dengan Metode Kooperatif Tipe STAD

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas/Semester : VIII/II

Hari/tanggal : ……….

Bahan Kajian : Alat-alat Optik

Petunjuk :

Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian pada

kolom yang tersedia. Untuk skala bernomor 1 = tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = baik dan 4 = sangat baik

No Uraian Skala Penilaian

1. Bagaimana pendapat kalian mengenai : Tidak senang Senang

a. LKS b. Kelompok

c. Cara guru mengajar d. Kuis

Angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 ,halaman125.

F. Validitas

Untuk validitas instrumen yang digunakan validitas isi (content validity). Menurut Suparno (2007: 68) validitas isi mengukur apakah instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur. Dengan demikian diperlukan pemeriksaan kembali terhadap instrumen yang digunakan angket respon siswa terhadap metode pembelajaran STAD dan angket ketrampilan


(70)

kooperatif di kelas. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan instrumen tes tertulis yang mencakup indikator pembelajaran pada materi alat-alat optik.

Pengujian validitas dilakukan dengan cara mendiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing, untuk mengetahui apakah instrumen ini layak digunakan dalam penelitian ini.

G. Metode Analisis yang Digunakan

Setelah memperoleh data-data dalam penelitian maka dilakukan analisis data.

1. Analisis terhadap Tes Prestasi dilakukan dengan Tiga Tahap yaitu :

a. Penskoran

Tujuan analisis ini adalah untuk memberikan bobot pada setiap pilihan siswa. Untuk memperoleh data hasil tes prestasi, diawali dengan membuat penskoran pada setiap item soal dan menentukan skor maksimum untuk semua jawaban siswa, sebagaimana ditampilkan dalam tabel 6berikut :

Tabel6. Skor Tiap Item Soal

Nomor Soal Skor tiap item soal

1 5

2 10

3 10


(71)

5 5

6 10

7 5

8 10

9 10

10 5

Skor Maksimal 80

Kemudian skor tes prestasi yang diperoleh dihitung sebagai berikut : Skor tes prestasi = (skor yang diperoleh/80) x 100... (100) Hasil penskoran ini kemudian dituliskan dalam tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Perolehan Nilai Siswa

Kode Siswa Skor

1 2 3 4 5

b. Klasifikasi berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai

ketentuan Sekolah Standar KKM : ≥ 75


(72)

Tabel 8. Klasifikasi Skor Berdasarkan KKM

No.

KKM Persentase (%)

Tuntas (siswa)

Tidak Tuntas (siswa)

Tuntas (siswa)

Tidak Tuntas (siswa)

Kelas STAD ... ...

Kelas Ceramah

... ...

Persentase: / 100%

c. Menggunakan Test-T untuk 2 group yang independen.

Tujuan analisis ini adalah untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan signifikan antara kelas yang diajar dengan metode STAD dan metode ceramah.

2. Lembar Pengamatan Perilaku/Keterlibatan Siswa

Tujuan analisis pengamatan perilaku/keterlibatan siswa adalah untuk mengetahui bagaimana pengamatan perilaku/keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

a. Analisa Pengamatan Perilaku/Keterlibatan Siswa : 1) Jumlah butir perilaku : 6

2) Jumlah pilihan skor : 4 terdiri atas 1, 2, 3 dan 4 3) Poin minimal: 6 x 1 = 6


(73)

4) Poin maksimal : 6 x 4 = 24 b. Klasifikasi tanggapan :

1) Menentukan interval skor :

= = 4,5 ≈5

2) Rentang interval disajikan dalam tabel 9 berikut :

Tabel9. Rentang Interval Keterlibatan

Interval Keterangan

6 – 10 sangat tidak terlibat

11 – 15 tidak terlibat

16 – 20 Terlibat

21 – 25 sangat terlibat

c. Rata-rata keseluruhan kelas :

3. Angket

Tujuan analisis angket adalah untuk mengetahui bagaimana

respon/tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

a. Analisa angket :

1) Jumlah butir soal angket : 11


(74)

3) Poin minimal: 11 x 1 = 11 4) Poin maksimal : 11 x 4 = 44 b. Klasifikasi tanggapan :

1) Menentukan interval skor :

= = 8,25 ≈8

2) Rentang intervaldisajikan dalam tabel 10 berikut :

Tabel10. Rentang Interval Angket

Interval Keterangan

11 – 18 sangat rendah

19 – 26 Rendah

27 – 34 Tinggi

35 – 44 sangat tinggi

c. Rata-rata keseluruhan kelas :

d. Standar Deviasi :


(75)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Data diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti selama 6 kali pertemuan, 1 kali pertemuan 2 x 40 menit, dengan pokok bahasan Alat Optik. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan metode STAD terdiri atas presentasi oleh guru, belajar dalam tim, kuis dan pemberian penghargaan. Jadwal penelitian dan proses pengumpulan dan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 11. Jadwal Penelitian dan Proses Pengumpulan Data

Kelas Jumlah Kegiatan Waktu Pelaksanaan Siswa Siswa yang hadir Siswa yang tidak hadir

VIII A 44 40 4 Mempelajari

indikator 1 dan 2

Rabu, 11 April 2012

44 42 2 Mempelajari

indikator 3 dan 4

Sabtu, 14 April 2012

44 43 1 Mempelajari

indikator 5 dan 6

Rabu, 18 April 2012


(76)

44 43 1 Tes Prestasi

Kamis, 3 Mei 2012

VIII C 43 39 4 Mempelajari

indikator 1

Rabu, 9 Mei 2012

43 2 2

Mempelajari indikator 2

Kuis 1

Jumat, 11 Mei 2012

43 41 2

Mempelajari indikator 3

dan 4

Rabu, 16 Mei 2012

43 38 5

Mempelajari indikator 5 dan 6

Kuis 2

Jumat, 18 Mei 2012

43 40 3 Tes prestasi Sabtu, 19

Mei 2012

B. Data Penelitian

1. Data Tes Prestasi, Respon Siswa dan Keterlibatan Siswa dengan

Menggunakan Metode STAD

a. Tes Prestasi dan Respon Siswa

Berikut ini disajikan tabel tes prestasi dan respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode STAD.


(77)

Tabel 12. Tes Prestasi dan Respon Siswa

No. Siswa Nilai Respon terhadap Metode

1 83 18

2 69 29

3 75 29

4 78 32

5 85 33

6 65 33

7 100 33

8 91 22

9 66 20

10 88 30

11 65 29

12 70 33

13 64 33

14 91 25

15 80 29

16 69 28

17 88 35

18 84 33

19 75 33

20 56 32

21 81 29

22 93 28

23 80 31

24 93 22

25 79 30

26 73 37

27 73 31

28 73 27


(78)

30 79 23

31 96 36

32 65 32

33 66 27

34 56 28

35 75 31

36 78 31

37 91 30

38 69 34

39 64 27

40 90 25

1177

Keterangan : 3 siswa tidak hadir.

b. Data Pengamatan Keterlibatan Siswa

Tabel 13. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa

No. Kode

Siswa Aspek-aspek yang diamati Total Rata-rata

P1 P2 P3 A B A B

A B A B A B

1 A1 4 4 4 4 4 4 12 12 4,00 4,00

2 A2 3 4 4 3 4 4 11 11 3,67 3,67

3 A3 3 3 3 2 3 4 9 9 3,00 3,00

4 B1 4 4 4 4 4 4 12 12 4,00 4,00

5 B2 3 3 4 3 4 4 11 10 3,67 3,33

6 B3 3 3 3 3 3 3 9 9 3,00 3,00

7 B4 2 2 3 2 3 3 8 7 2,67 2,33

8 C1 4 3 4 4 4 4 12 11 4,00 3,67

9 C2 3 3 4 3 4 4 11 10 3,67 3,33

10 C3 4 4 3 3 3 3 10 10 3,33 3,33

11 C4 3 3 3 2 3 3 9 8 3,00 2,67


(1)

(2)

135

Contoh Pengisian Tes Prestasi (STAD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

139

Lampiran 18

DOKUMENTA SI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOUR

0 1 15

Peningkatan keterampilan menyimak berita menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

12 200 440

Peningkatan keterampilan menyimak berita menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011 2012

26 177 438

Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

0 0 157

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012

0 1 186