EVI NURTIANA S.991102011

(1)

commit to user

i

DAMPAK TUNJANGAN POFESI TERHADAP PENINGKATAN

PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN

KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh : EVI NURTIANA

S.991102011

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN

PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN

KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi

TESIS

Disusun Oleh : EVI NURTIANA

S.991102011

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user

iv


(5)

commit to user

v


(6)

commit to user

vi

ABSTAK

Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR. Pembimbing 1: Prof. Dr. Trisno Martono, MM, Pembimbing 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Program Studi Pendidikan Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru dilihat dari Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial guru IPS SMP Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

Metodologi penelitian menggunakan Ma xing Methode Design dengan metode gabungan berurutan yaitu melakukan riset kualitatif terlebih dahulu kemudian diikuti dengan dengan riset kuantitatif. Komponen kualitatif lebih diutamakan dan digunakan untuk menghasilkan teori atau konstuk teori spesifik sedangkan komponen kuantitatif digunakan sebagai sarana pembantu untuk menguji gagasan-gagasan yang dihasilkan dari komponen kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, angket sebagai pendukung. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sa mpling. Analisa data menggunakan Inter active Model Analysis dari Miles dan Huberman.

Hasil analisis data dengan pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa 1.Masih terdapat guru yang belum bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didik khususnya dalam hal kedisplinan dan sikap dalam diri guru. Tunjangan profesi berpengaruh terhadap gaya hidup seorang guru dan meningkatkan ketakwaan dengan kegiatan keagamaan. 2. Delapan keterampilan mengajar guru belum bisa dilaksanakan dengan baik. 3. Dalam hal metode pengajaran, masih terdapat guru yang hanya mengajar dengan menekankan pada ceramah, pemanfaatan sumber belajar yang belum optimal. Minimnya jumlah guru meningkatkan profesionalitasnya dengan kuliah di pasca sarjana. 4. Belum semua guru bertanggung jawab atas profesinya sebagai seseorang guru yang dipandang cerdas yang mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat sekitarnya. Simpulan dari keempat kompetensi tersebut terdapat dan terlihat adanya dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru, khususnya kompetensi kepribadian dan sosial, untuk kompetensi pedagogik dan professional meski terdapat dampak belum mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan dari program sertifikasi. Hasil kuantitatif yang mendukung adalah nilai koefisien regresi variable tunjangan profesi guru memiliki arah positif 0,00001957 dimana apabila tunjangan profesi guru meningkat maka akan meningkatkan profesionalisme guru. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan tunjangan profesi guru berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalisme guru.

Kata Kunci : kompetensi, kepribadian, pedagogik, professional, sosial, tunjangan profesi.


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Evi Nurtiana. NIM: S.991102011. IMPACT ON THE IMPROVEMENT ALLOWANCE PROFESSIONAL IPS JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER PROFESSIONALISM. Supervisor 1: Professor. Dr. Trisno Martono, MM, Supervisor 2: Dr. Wiedy Murtini M.Pd. Economics Education Studies Program. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This study aims to determine how the impact of teachers' professional allowance to professionalism views of Competence Personality, Competence Pedagogy, Professional Competence and Social Competence junior high school teacher in the district social Karanganyar Central Java Province.

The research methodology used Maxing Design Method with the sequential combination method of qualitative research first and then followed by the quantitative research. Qualitative components are preferred and used to generate a theory or theories konstuk specific whereas quantitative component is used as a means to test the auxiliary ideas generated from the qualitative component. Techniques of data collection using interviews, observation, documentation, questionnaires as a supporter. Selection of informants using purposive sampling technique. Analysis of the data using the Interactive Analysis Model of Miles and Huberman.

The results of the data analysis with a qualitative approach shows that there are teachers who have not 1.Masih can be role models for students especially in terms of self-discipline and attitude of teachers. Allowance affects the lifestyle of a teacher and increased devotion to religious activities. 2. Eight teachers' teaching skills can not be executed properly. 3. In terms of teaching methods, there are teachers who only teach with an emphasis on lectures, use of learning resources is not optimal. Inadequate number of teachers increased professionalism by studying at postgraduate level. 4. Not all teachers are responsible for a person's profession as a teacher who is considered capable of intelligent thought to contribute to the surrounding community. The conclusions of the four competencies are included and seen the impact of professional allowances in the professionalism of teachers, in particular personal and social competence, for pedagogical and professional despite the impact of not achieving the expected goals and objectives of the certification program. Quantitative results that support is variable regression coefficient value teachers 'professional allowance has 0.00001957 positive direction in which an increase teachers' professional allowance will increase the professionalism of teachers. Simple regression analysis showed teachers' professional allowance significantly influence the professionalism of teachers. Keywords: competence personality, pedagogical, professional, social, professional allowance.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan KaruniaNya tesis yang berjudul: DAMPAK TUNJANGAN PROFESI TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN KARANGANYAR , dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala kebijakan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.

2. Dekan dan Pembantu Dekan atas segala kebijakan selama kuliah di UNS. 3. Prof. Dr. Trisno Martono, MM, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi.

4. Prof.Dr. Trisno Martono, MM dan Dr. Wiedy Murtini M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan berupa bimbingan penulisan dan dorongan sehingga tesis ini dapat selesai.

5. Kepala Sekolah dan guru IPS SMP Negeri Di Kabupaten Karanganyar, atas bantuan dan partisipasinya dalam melakukan penelitian tesis ini.

6. Bapak Khabib Alia Akhmad, SE, MM atas dorongan, bimbingan, pengertian dan semua bantuan yang diberikan sehingga tesis ini dapat selesai.

7. Keluarga tercinta yang banyak memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 4 atas semua masukan yang diberikan.

Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga tulisan ini belum sempurna, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.

Surakarta, 3 Januari 2013 Evi Nurtiana


(9)

commit to user

ix

MOTTO

Ketika melalukan segala sesuatu berusaha dan selalu bersemangatlah,lakukan yang terbaik yang kita bisa lakukan dengan sepenuh hati, di hadapan ALLAH tidak ada yang tidak mungkin.


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT saya persembahkan karya ini untuk :

1. Ibu dan Bapak terimakasih atas doanya

2. Suami tercinta atas kesabaran dan dukungannya 3. Anakku M.Alive Muflih dan Alifah Aisy Muflih 4. Kakakku beserta keluarga


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman i ii iii iv v

vi vii

viii ix

xi xiv xv xvi BAB I : PENDAHULUAN

A. ... 1

B. ... 8

C. ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. 10 1. Tinjauan tentang Sistem pendidikan Nasional... ... 10

a. Pengertian Sisdiknas ... .... 10

b. Tujuan Pendidikan Nasional ... 11

c. Komponen-komponen Sisdiknas... 11

2. Tinjauan tentang sertifikasi... 13

a. Pengertian Sertifikasi ... ... 13 b. Prosedur dan Persyaratan Sertifikasi Guru dalam


(12)

commit to user

xii

Jabatan... .... 15

c. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi... ... 19

3. Tinjauan tentang Profesionalisme Guru... .. 22

a. Pengertian Profesionalisme... .. 22

b. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional ... .... 26

4. Tinjauan Tentang Kompetensi Guru... 28

a. Pengertian Kompetensi Guru... .. 28

b. Macam Kompetensi Guru... ... 30

5. Tinjauan Tentang Tunjangan Profesi... 41

a. Pengertian Tunjangan Profesi ... 41

b. Besaran ... 43

c. Sifat Tunjangan Profesi ... 44

d. Sumber Dana ... 44

e. Kriteria Guru Penerima ... 44

f. Pembayaran ... 45

g. Penghentian dan Pembatalan ... 46

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berfikir... 55

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Bentuk Strategi Penelitian ... 59

C. Instrumen Penelitian... 60

D. Teknik Sampling ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 62

F. Validitas Data ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 68

H. Prosedur Penelitian ... 70

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72

B. Deskripsi Data ... 74

1. Deskripsi Responden ... 74

2. Deskripsi jawaban Responden Variabel Profesionalisme Guru ... 76

3. Fenomena yang Melatarbelakangi ... 112

C. Hasil Uji Coba Instrumen... 118

1. Uji Validitas ... 118

2. Uji Reliabilitas ... 120

D. Uji Prasyarat Analisis ... 121

1. Uji Normalitas ... 121

2. Uji Linieritas ... 121


(13)

commit to user

xiii

F. Pembahasan Hasil Analisis Data ... ..123 G. Temuan Studi yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori 123 BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. ... ..133 B. Implikasi ... ..137 C. Saran ... ..138 DAFTAR PUSTAKA


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

60 Tabel 2. Lokasi Penelitian Berdasar Kelompok Kerja Tahun 2011- 73

Tabel 3 75

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

. 81

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

. 98

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi

Prof 107

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Dilihat dari Kompetensi Sosial

Tabel 8. Uji Va .. 119

Tabel 9 .. 21


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

7 Gambar 2. Kerangka Pikir Peneliti 57

70

Gambar 4 81

Gambar 5 98

Gambar 6. Profesionalisme Guru Ko


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Guru yang Menerima Tunjangan Profesi Berdasarkan

Kelompok Kerja Tahun 2011- 141

Lampiran 2. Angket Sertifikasi Guru 143 Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 4. Standart Kompetensi Guru Lampiran 5. Hasil data angket

Lampiran 6. Field Note Wawancara Lampiran 7. Field Note Observasi

Lampiran 8. Prota,Promes,Silabus,RPP,Tugas Siswa Lampiran 9. Foto Wawancara

Lampiran 10. Foto Lokasi Penyebaran Angket

Lampiran 11. Foto Pemanfaatan LCD ...272


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kualitas manusia yang di butuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu masalah yang sangat subtansial. Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.

Sebagai pendidik dan pengajar, guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi peserta didik di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas, dan profesionalisme guru. Hal tersebut lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, karena disini guru diberi


(18)

commit to user

kebebasan untuk memilih dan mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan daerah dan sekolah. Kunci penting peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik yaitu jumlah waktu efektif digunakan guru untuk melakukan pembelajaran dikelas dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.

Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat berhubungan dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan terhadap guru merupakan hal mendasar dalam proses pendidikan. Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.

Pemerintah berupaya keras dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut dengan mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh Depdiknas adalah melakukan serangkaian kegiatan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 dan melakukan rintisan secara terbatas untuk validasi mendapatkan masukan empiris, kurikulum tersebut dikenal dengan Kurikulum berbasis kompetensi, karena menggunakan pendekatan kompetensi. Draft kurikulum tersebut perlu disesuaikan dan disempurnakan kembali dimana penyempurnaan tersebut mencakup sinkronisasi kompetensi untuk setiap mata


(19)

commit to user

pelajaran antar jenjang pendidikan, beban belajar, dan jumlah mata pelajaran serta validasi empiris terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum hasil penyempurnaan tersebut dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung (DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas guru dengan melakukan kebijakan sertifikasi guru. Kebijakan sertifikasi yang berlaku bagi guru dan dosen memang suatu langkah strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sertifikasi dapat diartikan sebagai proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005, pasal 8 menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi,


(20)

commit to user

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik yang dimaksud sebagaimana pasal 9 adalah melalui program Sarjana atau program Diploma Empat. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai kebutuhan perundang-undangan yang berlaku. Standar pendidik pada pendidikan MI/SD, SMP/MTS, SMA/MA haruslah memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma Empat (D-4) atau Sarjana (S-1). Sedangkan untuk standar pendidik pada pendidikan tinggi minimum lulusan Diploma Empat (D-4) atau Sarjana (S-1) untuk program Diploma, lulusan program Magister (S-2) untuk program Sarjana (S-1) dan lulusan program Doktor (S-3) untuk program Sarjana (S-1) dan lulusan program Doktor (S-3) untuk program Magister dan program Dokter.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu : (1) kompetensi kepribadian, (2) pedagogik, (3) profesional, dan (4) sosial. Keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru.

Guru yang telah lulus sertifikasi diharapkan telah menguasai dan mampu mengaplikasikan keempat komponen kompetensi kependidikan berdasarkan


(21)

commit to user

standar nasional kependidikan yaitu dipandang dari kompetensi pedagogik guru harus mampu memahami karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda-beda. Selanjutnya dipandang dari kompetensi profesional, guru mampu membuat perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu belajar dan peka terhadap perubahan jaman serta menguasai materi pelajaran yang disajikan.

Dipandang dari kompetensi sosial, guru harus mampu menunjukkan rasa sosial terhadap teman sejawat, menarik masyarakat untuk berperan serta dalam pendidikan putra-putrinya, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, masyarakat yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, sadar akan perannya sebagai makhluk sosial yang mempunyai peran untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, watak peserta didik serta masyarakat sekitar. Sedangkan dipandang dari kompetensi kepribadian, guru yang telah disertifikasi memiliki komitmen dan kemauan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional, berakhlak mulia, bertanggung jawab, kasih sayang kepada peserta didik tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.


(22)

commit to user

Dengan kata lain manakala guru telah lolos sertifikasi dan kepadanya mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok, hal ini sesuai dengan pengertian profesionalisme itu sendiri yang memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan atau bayaran J.S.Badudu (2003). Sehingga konsekuensi logis itu di antaranya adalah: pertama, kinerja guru harus lebih meningkat. Kedua, meningkatnya kompetensi guru baik, kepribadian, pedagogik profesional, dan sosial secara holistik yang direfleksikan dalam pembelajaran yang inovatif dan senantiasa mengkritisi segala bentuk fenomena aktual dalam bidang pendidikan. Ketiga, memiliki karakteristik sebagai guru profesional, yakni menguasai kurikulum dan perangkatnya, menguasai materi setiap materi pelajaran, menguasai metode dan teknik evaluasi, memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya, dan memiliki disiplin dalam arti luas. Keempat, lebih arif dan bersahaja dalam pikiran, ucapan, dan tindakan serta dapat menjadi teladan bagi guru biasa yang belum tersentuh sertifikasi, dan kelima mampu melaksanakan self eva lua tion dalam melaksanakan tugas pokok guru.

Fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua guru yang telah lulus sertifikasi menunjukkan perubahan dan peningkatan dalam profesionalismenya yang memuat empat kompetensi seperti yang dikemukakan di atas. Bahkan dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, beberapa guru yang telah lulus sertifikasi justru menunjukkan perubahaan yang sangat luar biasa bukan dalam hal kinerja bagaimana meningkatkan mutu diri sebagai pendidik, mengajar secara bersungguh-sungguh dan berusaha memenuhi empat standar kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, sosial. Diharapkan


(23)

commit to user

setelah mendapat tunjangan profesi bisa untuk meningkatkan Profesionalisme sebagai guru misal untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi, belajar inovasi atau membeli alat media pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalismenya. Tapi kenyataan dilapangan banyak yang mengunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif saja seperti membeli mobil, sepeda motor, memperbaiki rumah, merubah penampilan atau performa dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2008) yang menyampaikan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru belum mengalami perubahan-perubahan yang berarti.

Namun dilain sisi ada pula guru yang telah mendapatkan sertifikasi menggunakan tunjangan tersebut secara bertanggung jawab dengan meningkatkan kinerjanya dengan menjadi guru yang profesional dan melaksanakan standar kompetensi yang telah ditentukan berdasarkan peraturan serta pengembangannya dengan lebih baik.

Hal-hal tersebut merupakan gambaran awal dari penelitian tentang dampak sertifikasi guru SMP Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat mendapatkan gambaran dampak tunjangan profesi guru terhadap peningkatan Profesionalisme guru SMP di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memilih judul :


(24)

commit to user

2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini meneliti tentang : Dampak Tunjangan Profesi Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru IPS SMP Negeri Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tahun 2012

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Fokus penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian Dampak Tunjangan Profesi Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah Dampak tunjangan profesi terhadap profesionalisme guru IPS SMP di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya kajian implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tunjangan profesi,


(25)

commit to user

sehingga pada akhirnya dapat memberi sumbangan pemikiran baru untuk penelitian lanjutan serta dapat digunakan bahan perbandingan dalam penelitian sejenis.

3. Manfaat Praktis

A. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka mengoptimalkan profesionalisme guru yang telah tersertifikasi untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran di SMP Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

B. Bagi guru, sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional dan agar dapat selalu meningkatkan kinerjanya dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.


(26)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Sistem Pendidikan Nasional a) Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Suatu negara mampu berkembang menjadi lebih baik, banyak ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Oleh karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional dapat dijumpai dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1 didefinisikan Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Menurut Zainal (2008) didalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 ini memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang ini diharapkan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan,


(27)

commit to user

11

yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan signifikan terhadap masalah-masalah makro yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.Sistem pendidikan nasional dalam uraiannya terdiri dari 22 bab dan 77 pasal.

b) Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menegaskan bahwa :

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c) Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Nasional

Komponen-komponen sistem pendidikan nasional tersebut dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu: (1) Satuan Pendidikan Sekolah dan (2) Satuan Pendidikan Luar Sekolah. Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang bersifat formal, berjenjang dan berkesinambungan. Dilihat dari jenjangnya, pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Dilihat dari sifatnya, pendidikan sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadi pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional.


(28)

commit to user

12

Satuan pendidikan luar sekolah meliputi: pendidikan dalam keluarga, pendidikan melalui kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus, dan satuan-satuan pendidikan lain yang sejenis. Pendidikan pada satuan pendidikan ini bisa bersifat informal, maupun formal.

Keberhasilan komponen-komponen sistem pendidikan dalam menunaikan fungsinya juga tergantung pada adanya beberapa sarana penunjang yang ikut membantu berfungsinya komponen-kornponen atau satuan-satuan pendidikan tersebut. Beberapa di antara sarana penunjang dalam sistem pendidikan kita adalah: kurikulum, tenaga kependidikan, sumberdaya pendidikan dan pengelolaan .

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 ). Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (UU No. 20 th 2003 pasal 36).

Tenaga kependidikan merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan pendidikan. Tugas pokok mereka adalah menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pe1ayanan


(29)

commit to user

13

teknis dalam bidang pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dalam bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Mereka seharusnya merupakan orang-orang yang profesional yang menguasai tugasnya dan memiliki dedikasi dalam melaksanakan tugasnya.

Berhasilnya suatu satuan pendidikan dalam menunaikan fungsinya perlu ditunjang dengan penyediaan sumberdaya pendidikan yang meliputi: gedung dan perlengkapannya, sumber belajar seperti buku-buku dan alat-alat bantu mengajar dan dana yang memadai.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.

2. Tinjauan tentang Sertifikasi 1) Pengertian Sertifikasi

Salah satu faktor mendasar yang menentukan ketercapaian tujuan pendidikan adalah guru. Peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran Jones, Jenkin & Lord (2006). Sebagai agen pembelajaran,guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi siswa, Aqib


(30)

commit to user

14

,Rohmanto (2008). Dari begitu banyak variabel yang menentukan pendidikan, muncul bukti-bukti bahwa kemampuan guru merupakan variabel terpenting atas kualitas hasil pembelajaran Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1,UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak Pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang muara akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Sedangkan dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 11 dan 12 Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen, Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Menurut Muslich (2007) Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

Sertifikasi guru dapat diartikan pula sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi, Mulyasa (2008). Dengan kata lain,


(31)

commit to user

15

sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

Kualifikasi akademik minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan sertifikat kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi. Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada Na tiona l Commision on Educatinal Services (NCES) Certifica tion is a procedure whereby the state eva luates and

Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberi izin dan kewenangan untuk mengajar. Dalam kaitan ini, di tingkat negara bagian (Amerika Serikat) terdapat badan independen yang disebut The America n Association of Colleges for Tea cher Educa tion (AACTE). Badan independen ini yang berwenang menilai dan menentukan apakah ijazah yang dimiliki oleh calon pendidik layak atau tidak layak untuk diberikan lisensi pendidik.

Oleh karena itu peningkatan mutu guru dilakukan melalui program sertifikasi sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dan profesionalisme guru. Rasionalnya adalah apabila kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan, diikuti dengan penghasilan yang meningkat diharapkan profesionalisme guru juga meningkat dan membuahkan pendidikan yang bermutu.

a. Prosedur dan Persyaratan Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Muslich (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa :


(32)

commit to user

16

Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup :

a. kualifikasi akademik b. pendidikan dan latihan c. pengalaman mengajar

d. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran e. penilaian dari atasan dan pengawas

f. prestasi akademik

g. karya pengembangan profesi h. keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial j. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Selanjutnya Muslich (2007) menjelaskan bahwa penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk Rayon yang terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Unsur Konsorsium Sertifikasi Guru terdiri atas LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI), dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Secara umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan disajikan pada gambar berikut ini:


(33)

commit to user

17

Gambar 1.

Prosedur Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan

Berdasarkan gambar di atas, prosedur Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru dalam jabatan.

(2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada dinas pendidikan kabupaten / kota untuk diteruskan kepada LPTK induk untuk dinilai oleh asesor di rayon tersebut.

(3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik.

Guru Da la m Jabantan S-1/D-4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN

DIKLAT PROFESI GURU

Sertifikat Pendidik

Ke giata n me lengkapi portofolio Penilaian Portofoli Lulus Tidak Lulus Luluas Lulus Tidak Lulus Tidak Lulus Pelaksanaan Diklat Ujian Ulang 2x Lulus


(34)

commit to user

18

(4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimal kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternatif sebagai berikut :

1) Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio.

2) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru /DPG) yang diakhiri dengan ujian.

3) Materi DPG mencakup empat kompetensi, yakni kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

(5) Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Konsorarium Sertifikasi Guru.

1) Peserta DPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik.

2) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak dua kali dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota. (6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu

mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh Konsorarium Sertifikasi Guru.


(35)

commit to user

19

Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 tahun 2007, persyaratan utama peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-4). Selain itu, peserta sertifikasi tiap tahun dibatasi kuota dan jumlah guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi akademik lebih besar daripada kuota, maka Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam menetapkan peserta sertifikasi juga mempertimbangkan kriteria:

(1) Masa kerja/pengalaman mengajar, (2) Usia,

(3) Pangkat/golongan (bagi PNS) (4) Beban mengajar,

(5) Jabatan/tugas tambahan, dan (6) Prestasi kerja

Penetapan (calon) peserta sertifikasi guru dalam jabatan ini dilakukan secara transparan, yang dibuktikan dengan pengumuman secara terbuka oleh Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan cara demikian, publik akan mengetahui siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti sertifikasi pada tahun tertentu, dan siapa-siapa yang berkesempatan mengikuti sertifikasi pada tahun berikutnya.

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Samani (2010) Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan seseorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah


(36)

commit to user

20

dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus sertifikasi. Adapun manfaat uji sertifikasi guru dalam kerangka makro upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan pertama, melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru. Kedua, melindungi masyarakat dari tindakan tidak professional dan berkualitas yang bisa menghambat kualitas pendidikan dan penyiapan SDM. Ketiga, menjadi wahana penjamin mutu dan mempersiapkan calon guru dan juga kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan tekanan ekternal yang berpotensi menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Muslich (2007) Undang-Undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi ini diharapkan guru menjadi pendidik yang professional yaitu berpendidikan minimal S-1/D-4 dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan pemilikan sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Atas profesinya itu, ia berhak mendapatkan imbalan (rewa rd) berupa tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.

Wibowo (2004) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut :


(37)

commit to user

21

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Selain pendapat di atas, Suyatno (2008) menyatakan bahwa tujuan utama sertifikasi guru adalah :

a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c) Meningkatkan martabat guru.

d) Meningkatkan profesionalitas guru.

Lebih lanjut Wibowo (2004) dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai pengawasan mutu dan penjaminan mutu. Sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai berikut:

a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik, (2) untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan, (3) peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya, (4) proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai tingkatan profesionalisme.

Selain sebagai pengawasan mutu, manfaat sertifikasi adalah sebagai penjaminan mutu diantaranya menurut Wibowo (2004):

(1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya, (2) sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para


(38)

commit to user

22

pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Suyatno (2008) menyatakan bahwa manfaat sertifikasi guru yang utama adalah sebagai berikut:

a. Melindungi profesi guru dari parktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.

c. Meningkatkan kesejahteraan guru.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sertifikasi guru bertujuan dan bermanfaat untuk pertama, sebagai landasan yuridis bagi guru dari perbuatan semena-mena dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Kedua, meningkatkan kesejahteraan guru dan ketiga meningkatkan profesionalisme guru dan kinerja guru dimana peningkatan kinerja guru serta profesionalisme guru diukur dari empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

3. Tinjauan Tentang Profesionalisme Guru a) Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1) bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh bayaran karena keahliannya itu. Dari


(39)

commit to user

23

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk profesionalisme guru.

Profesional bisa diartikan ahli, atau orang yang bekerja sesuai bidang keahliannya dan kemudian dia mendapatkan penghargaan ( dalam hal bayaran atau imbalan uang) karena pekerjaannya itu. Guru professional berarti guru yang bekerja (sebenarnya berkarya) menurut dan sesuai dengan keahliaanya. Secara sederhana, guru professional adalah dia yang mampu mengendalikan fungsi otak dan hatinya untuk sesuatu yang bermanfaat dan bertanggung jawab, Aziz (2012).

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau moral tertentu, serta memerlukan profesi, Muslich (2007). Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, KBBI (2009). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional, Longman ( 1987).

Dalam UURI No.14 th 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang menjadi sumber penghasilan


(40)

commit to user

24

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.

Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, (4) mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5) mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.

Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen (commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi,


(41)

commit to user

25

yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.

Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy).

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

Dengan demikian Profesionalisme adalah kemampuan seorang guru sebagai pendidik yang menjadi tokoh panutan, identifikasi bagi peserta didik dan


(42)

commit to user

26

lingkungannya, selain itu juga sebagai pengajar membantu peserta didik mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

b) Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru Profesional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sagala (2009) standar berarti antara lain sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria minimal yang harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi.

Guru Profesional adalah guru yang mengerahkan semua kemampuan terbaiknya serta seluruh potensi kecerdasanya untuk mendidik murid-muridnya menjadi manusia yang mengenal dirinya dan mengetahui segenap potensi dalam dirinya, serta menggunakan potensi baik itu untuk kemaslahatan dirinya, orang lain dan lingkungan sosialnya, Aziz (2012).

Ukuran kesuksesan kerja profesional bagi seorang guru dapat dilihat dari target yang ingin dicapai dalam pembelajaran, serta kemampuan mengoptimalkan fasilitas belajar dan kondisi setempat.

http://kafeilmu.com/2010/09/cara-bagaimana-meningkatkan-mutu-pendidikan.html#ixzz1pzdpdbUD oleh Rublik Opini pada 4

Januari 2012 pukul 9:20 Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu yang wajib dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi setempat atau kelas yang


(43)

commit to user

27

berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif, emosional, sosial dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat kelebihan atau keunggulan yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi sehingga tumbuh rasa percaya diri.

Secara implikatif sikap profesionalisme, guru dibutuhkan dalam upaya strategis untuk terlaksana dan tercapainya tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Untuk memandirikan dan membedayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum, Mulyasa (2010). Lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang berlangsung dalam sekolah. Suatu sistem yang mencerminkan amanat Undang- Undang untuk memanusiakan manusia, terciptanya pendidikan yang demokratis dan berwawasan kebangsaan. Berkembangnya potensi manusia Indoensia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tanpa lupa mengembangkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Disamping tugas mengajar sebagai tugas pokok seorang guru, ada juga beberapa persoalan atau tugas prinsip yang semua guru harus mengetahui dan menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang guru yang profesional yakni: tugas administrasi kurikulum, dan pengembangannya, khusus, dan hubungan sekolah-masyarakat.


(44)

commit to user

28

Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja, yaitu kompetensi profesional tetapi harus menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 dan PP No.19 Tahun 2005 agar guru dan dosen memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru dan menguasai empat kompetensi, maka guru harus mengikuti program sertifikasi.

4. Tinjauan tentang Kompetensi Guru (1) Pengertian Kompetensi Guru

Berdasarkan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun gkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

McAhsan (1981), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa kompetensi: , skills, a nd abilities or capa bilities tha t a person a chieves, which become part of his or her being to the extent he or she can . Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.


(45)

commit to user

29

Finch & Crunkilton (1979), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sofo (1999)

mengemukakan e, but in

pa rticula r the consistent applica tions of those skill, knowledge, a nd attitude to the

Dadi, Permadi & Arifin (2010), Kompetensi adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan hasil pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Hoyyima,Khoiri (2010) mendifinisikan kompetensi adalah suatu gambaran yang utuh tentang potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan melalui tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu : (1) kompetensi kepribadian, (2) pedagogik, (3) professional, dan (4) sosial ,


(46)

commit to user

30

keempat kompetensi tersebut terintregasi dalam kinerja guru untuk meningkatkat profesionalisme sebagai guru.

Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan dimana guru memiliki tugas mengajar, melatih peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Macam Kompetensi guru 1. Kompetensi Kepribadian

Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain, Slamet Yusuf (1983). Sehingga kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Sub kompetensi mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni bertindak sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.

Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara Nasional. Menyebutkan


(47)

commit to user

31

Kompetensi kepribadian pertama yaitu bertindak sesuai norma, agama, hukum, sosial dan budaya Indonesia, kedua mampu menampilkan pribadi yang jujur, beraklak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, ketiga menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa. Keempat menunjukkan etos kerja yang bertanggung jawab dan kelima menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Surya (2003) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang guru.

Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak


(48)

commit to user

32

dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru diantaranya adalah:

a) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa b) Disiplin, arif dan berwibawa

c) Menjadi teladan bagi peserta didik. d) Berakhlak mulia

Kompetensi kepribadian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional, dan dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang manfaat, kurang stabil dan kurang dewasa.

2) Disiplin, arif dan berwibawa

Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif, berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya


(49)

commit to user

33

masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.

3) Menjadi teladan bagi peserta didik.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, maka guru harus mampu memberi teladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya.

4) Berakhlak mulia

Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat.

2. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dalam Mulyasa (2008) dijelaskan bahwa:

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemaham terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan


(50)

commit to user

34

disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Permendiknas No.14 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara Nasional. Kompetensi pedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, manfaatkan IT, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, berkomunikasi efektif empatik santun dengan peserta didik, selenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Samani (2010) kompetensi pedagogik mengacu beberapa dimensi yaitu pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, evaluasi hasil, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi dirinya.

Mulyasa (2008) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal sebagai berikut:

1. Kemampuan mengelola pembelajaran. 2. Pemahaman terhadap peserta didik. 3. Perancangan pembelajaran.


(51)

commit to user

35

5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 6. Evaluasi hasil belajar.

7. Pengembangan peserta didik.

Berbagai kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemampuan mengelola pembelajaran

Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil tidak mempunyai dunianya sendiri. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

a) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi serta memperkirakan cara mencapainya.

b) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.


(52)

commit to user

36

c. Perancangan pembelajaran.

Perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan, kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, yang menurut Fraire (2008) harus diarahkan pada proses menghadapi masalah. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu pre tes, proses, dan post tes.

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam satu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik.

f. Evaluasi hasil belajar.

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bencma rking, serta penilaian program.


(53)

commit to user

37

Pengembangan peserta didik dimaksudkan untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui beberapa cara antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling.

3. Kompetensi Profesional

Menurut Suyatno (2008) kompetensi profesional adalah:

Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup (1) penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materialnya, serta (2) penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esesnsial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian, dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.

Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu belajar, peka terhadap perubahan jaman, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Menurut Mulyasa (2008) kompetensi atau kemampuan profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:


(54)

commit to user

38

a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.

c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.

d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar.


(55)

commit to user

39

4. Kompetensi Sosial

Menurut Suyatno (2008) kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan : (1) peserta didik, (2) sesama pendidik dan masyarakat sekitar.

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru diantaranya menurut Mulyasa (2008)

(1) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif. (2) Hubungan sekolah dengan masyarakat. (3) Peran guru di masyarakat.

(4) Guru sebagai agen perubahan sosial.

Kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif.

Guru memegang peranan penting sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang dituntut untuk dapat berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan. Menurut Mulyasa (2008) sedikitnya terdapat tujuh kompetensi


(56)

commit to user

40

sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakat yaitu:

i. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama. ii. Memiliki kemampuan tentang budaya dan tradisi.

iii. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. iv. Memiliki pengetahuan tentang estetika.

v. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

vi. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. vii. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

b) Hubungan sekolah dengan masyarakat.

Sekolah berada di tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai yang positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baik. Mata yang kedua adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. Oleh karena itu diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat.

c) Peran guru di masyarakat.

Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut :

a) Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan masyarakat. b) Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat.

c) Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya. d) Guru sebagai agen perubahan sosial.


(57)

commit to user

41

UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter. Salah satu tugas guru adalah menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.

5. Tinjauan tentang Tunjangan Profesi a. Pengertian Tunjangan profesi

Tunjangan menurut Simamora (2006) adalah setiap tambahan benefit yang ditawarkan pada pekerjaan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional berkaitan dengan profesinya.

Didalam UU No 14 tahun 2005, Pasal 1 (ayat 4) dijelaskan bahwa profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Payong (2011) menyatakan bahwa profesi dimaknai sebagai sebuah pekerjaan yang


(58)

commit to user

42

digeluti dengan penuh pengabdian dedikasi serta dilandasi oleh keahlian dan keterampilan tertentu. Sementara itu, menurut Sahertian (1994) menyatakan bahwa profesi pada hakekatnya adalah merupakan suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, yang menyatakan bahwa seseorang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena orang tersebut terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut. Pengertian profesi dari pendapat di atas mengandung makna bahwa profesi adalah seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas. Dengan kata lain, bahwa profesi adalah pekerjaan yang dilakukan berdasar keahlian.

Tunjangan profesi guru adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru yang dimaksud adalah guru PNS dan guru tetap bukan PNS baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Menurut PP RI No. 41 tahun 2009, Bab 1, pasal 1 Ketentuan Umum dinyatakan : yang dimaksud Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru dan dosen yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya. Jadi bagi guru yang telah lolos sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi atau tunjangan profesi.

Dengan kata lain Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru dimaksud adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang diangkat oleh pemerintah daerah atau


(59)

commit to user

43

yayasan/masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta pendidikan dasar.

b. Besaran

Menurut UU RI No. 14 tahun 2005, pasal 16, ayat 2 yang menyatakan bahwa guru yang telah memiliki sertifikat pendidikan berhak mendapat tunjangan. Tunjangan profesi guru diberikan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok guru PNS yang diangkat pada satuan pendidikan yang ditugaskan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi guru diberikan in-pa ssing jabatan fungsional guru yang bersangkutan seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 47 tahun 2007.

Besaran tunjangan profesi bagi guru PNS adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan sesuai dengan PP 11 Tahun 2011 dan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan di bidang perpajakan. Tunjangan profesi bagi guru bukan PNS diberikan setara dengan gaji pokok PNS per bulan sesuai dengan penetapan inpa ssing jabatan fungsional guru yang bersangkutan

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2010. Bagi guru bukan PNS yang belum memiliki Keputusan inpa ssing jabatan fungsional guru bukan PNS dibayar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 72 tahun 2008 tentang Tunjangan Profesi


(1)

ulang terhadap tes tertulis. Hasil tes yang dilakukan peserta didik digunakan oleh guru untuk memberikan peserta didik bimbingan mengenai kesulitan peserta didik dalam menerima materi. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yakni seorang guru harus punya kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemaham terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya belum sepenuhnya dimiliki oleh semua guru.

c) Ditinjau dari Kompetensi Profesional

Terdapat beberapa metode yang sering digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran IPS diantaranya adalah berupa ceramah bervariasi, penugasan, diskusi, tanya jawab dan tutor sebaya. Dalam hal metode pengajaran, masih terdapat banyak guru yang hanya mengajar dengan menekankan pada ceramah, jarang sekali guru yang menggunakan metode terkini karena kurangnya kemauan untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakannya. Dalam pemanfaat sumber-sumber belajar belum banyak guru yang memanfaatkannya secara optimal untuk memperjelas materi IPS yang akan disampaikan kepada peserta didik diantaranya seperti; perpustakaan, koperasi sekolah, dan pasar. Masih banyak pula guru yang hanya mengikuti kegiatan pelatihan, lokakarya maupun workshop pada saat awal proses sertifikasi hanya untuk mendapatkan piagam atau sertifikat mengikuti acara sebagai syarat dokumen yang harus dikumpulkan oleh guru, dan hal ini tidak


(2)

commit to user

yang berkeinginan melanjutkan kejejang pendidikan yang lebih tinggi guna meningkatkan profesionalitasnya, diantaranya dengan melanjutkan kuliah S2 atau program pasca sarjana. Guru biasanya memberikan motivasi pada awal pertemuan. Sumber belajar yang dimanfaatkan guru dalam pembelajaran ekonomi berasal dari buku dan internet. Pengelompokan peserta didik jarang dilakukan oleh guru karena kegiatan tersebut banyak menyita waktu, namun adapula guru yang melakukannya sebagai bagian dari pembelajaran tutor sebaya. Bentuk evaluasi yang dilakukan guru adalah pre test, post test, tugas individu, tugas kelompok, dan tes secara lisan. Pemilihan materi dalam pembelajaran ekonomi lebih didasarkan pada kompetensi apa yang harus dicapai dan bukan berdasarkan kebutuhan peserta didik akan materi tersebut.

d) Ditinjau dari Kompetensi Sosial

Masih terdapat guru yang belum sepenuh hati dalam mengajar sehingga berdampak pada kurang dekatnya peserta didik dengan guru. Belum semua guru bertanggung jawab atas profesinya sebagai seseorang guru yang dipandang cerdas yang mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat sekitarnya. Hasil dari adanya tunjangan profesi bagi guru, berdampak kepada guru dari sisi sosial kemasyarakatan, karena perubahan ekonomi juga merubah status sosial guru dimasyarakat, hal ini dapat terlihat bahwa masyarakat mulai menghargai dan mensejajarkan guru di dalam tingkatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan dan kondisi sebelum digulirkannya tunjangan profesi bagi guru.


(3)

Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari keempat kompetensi tersebut terdapat dan terlihat adanya dampak tunjangan profesi. Khususnya pada kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, untuk kompetensi pedagogik dan kompetensi professional meski terdapat dampak, belum mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan dari diadakannya program sertifikasi.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan dianalisis oleh peneliti, dengan pendekatan kuantitatif untuk mendukung data kualitatif adalah sebagai berikut : Nilai koefisien regresi untuk variable tunjangan profesi guru memiliki arah positif dimana apabila tunjangan profesi guru meningkat maka akan meningkatkan profesionalisme guru, Nilai koefisien regresi untuk variabel tunjangan sertifikasi guru memiliki arah positif sebesar 0,00001957 artinya apabila tunjangan sertifikasi guru meningkat 1 juta rupiah maka akan meningkatkan profesionalisme guru sebesar 0,00001957. Hasil analisis regresi sederhana mengukur variabel professional secara agregat saja dan tidak meneliti atau mengukur berdasarkan tiap indikatornya sehingga menunjukkan bahwa tunjangan profesi berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalisme guru.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tingkat profesionalisme guru yang belum sepenuhnya meningkat walaupun


(4)

commit to user

guru, agar dedikasi dan komitmen untuk melaksankan tugas sebagai guru dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.

b. Dari hasil penelitian ini, diharapkan lembaga penyelenggara sertifikasi akan

lebih ketat dan selektif dalam meloloskan guru untuk mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional, sehingga kualitas guru setelah tersertifikasi dapat dipertanggungjawabkan.

c. Salah satu tujuan dengan diadakannya sertifikasi guru yaitu untuk

meningkatkan kinerja guru ke arah yang lebih baik sehingga kualitas pendidikan akan meningkat untuk itu guru yang telah tersertifikasi harus selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya baik dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional maupun dari dari kompetensi sosialnya.

d. Guru tersertifikasi harus selalu menjaga kualitas kinerjanya sehingga kualitas

pendidikan yang didapatkan oleh anak didik akan semakin berkembang dan meningkat baik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi guru mata pelajaran IPS tersertifikasi

a. Guru hendaknya lebih meningkatkan lagi kompetensinya sebagai guru


(5)

sesuai standar nasional sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap tunjangan profesi yang telah diperolehnya.

b. Guru senantiasa mengawasi mutu kinerjanya sendiri dan mampu

mengidentifikasi kekurangannya dalam mengajar sehingga tercipta kemauan untuk selalu memperbaiki kualitas kinerjanya.

2. Bagi sekolah

a. Diharapkan mendukung guru dalam meningkatkan kompetensi dengan

cara mengikutsertakan guru dalam setiap pendidikan dan pelatihan, maupun seminar-seminar tentang pendidikan sehingga guru mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

b. Diharapkan ikut mengawasi kinerja guru tersertifikasi dengan melakukan

supervisi secara rutin sehingga guru ada tanggungjawab pribadi untuk meningkatkan kinerjanya.

c. Diharapkan melengkapi sarana dan prasarana serta media penunjang

kegiatan pembelajaran IPS sehingga memudahkan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran IPS.

3. Bagi pemerintah

a. Perlu diupayakan adanya pemberdayaan guru melalui peningkatan

kompetensi profesionalisme guru agar terwujud adanya kesamaan persepsi dan tindakan dalam rangka peningkatan mutu proses pendidikan

b. Dalam proses penjaringan guru yang akan mengikuti program sertifikasi


(6)

benar-commit to user

c. Adanya pengawasan dan sangsi yang tegas bagi guru yang kinerjanya

tidak meningkat pasca mendapatkan tunjangan profesi sehingga guru akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerjanya.