Modifikasi perangkat kelistrikan mesin cuci Primus 20kg dengan menggunakan PLC dan HMI.
viii
INTISARI
Bisnis jasa laundry atau jasa pencucian pakaian mulai marak dan berkembang pesat, dari skala kecil berupa bisnis rumahan sampai dengan skala besar berupa industri penyedia jasa laundry bagi Rumah Sakit, Hotel ataupun industri garment. Kebutuhan mesin cuci dengan kapasitas besar diperlukan, salah satunya dengan memodifikasi mesin cuci lama merek Primus kapasitas 20kg model front loader yang telah rusak kontrolnya. Dimodifikasi dengan menambahkan pintu side door, sensor, aktuator dan intergrasi kontrol PLC dengan HMI.
Pada penelitian ini, modifikasi yang dilakukan adalah penambahan sensor-sensor untuk pengamanan, sensor ketinggian air, valve untuk keluar masuk air, motor induksi tiga fasa sebagai penggerak tabung dengan inverter sebagai pengatur kecepatan, penambahan kontrol sistem dan sensor pemanas air, agar terbentuk sistem baru yang dapat diintergrasikan dengan PLC dan HMI sebagai kontrol sistemnya.
Modifikasi perangkat kelistrikan mesin cuci Primus 20kg dapat berfungsi, semua sensor dan actuator dapat dilakukan, dan dapat dintergrasi kontrol PLC dan HMI dengan tingkat keberhasilan 100%. Penyimpangan yang terjadi antara suhu yang diinginkan dengan suhu terukur adalah 6,78 %. Kemampuan dispenser untuk memompa cairan sebanyak 4,6 ml/detik. Penyimpangan putaran rendah 14,8%, penyimpangan putaran sedang 1,56% dan penyimpangan putaran tinggi 1,6%.
Kata Kunci : Modifikasi mesin cuci, PLC, HMI, Primus 20kg, front loader, penambahan pintu side door.
(2)
ix
ABSTRACT
Business laundry service or clothes washing services began to bloom and thrive, from small scale in the form of home-based business to industrial laundry services, that’s provided
for hospitals, hotels or garment industry. Needs a washing machine with a large capacity is required, either by modifying the old washing machine brand Primus 20kg capacity front loader models that have been damaged control. Modified by adding a side entrance door, sensors, actuators and control integration with HMI PLC.
In this study, the modifications made is the addition of sensors for security, sensor water level, valve to come out into the water, three phase induction motor as the driving tube with the inverter as speed control, the addition of the control system and sensors water heater, in order to form a new system which can be integrated in the PLC and HMI as a new control system.
Modification of electrical devices Primus 20kg washing machine can function, all sensors and actuators can be done, and can be integrated with PLC control and HMI with a 100% success rate. Deviations between the desired temperature with the measured temperature is 6.78%. Ability to pump fluid dispenser of 4.6 ml / sec. Deviations 1.67% for low speed rotation, 0.22% deviation for middle speed rotation and 0.04% deviation for high speed rotation.
Keywords: Modification of a washing machine, PLC, HMI, Primus 20kg, front loader, side entrance door.
(3)
i
TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERANGKAT KELISTRIKAN
MESIN CUCI PRIMUS 20KG
DENGAN MENGGUNAKAN PLC DAN HMI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
disusun oleh :
JOANNES CHRYSOSTOMUS HADI PRABOWO
NIM : 125114054
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
ii
FINAL PROJECT
ELECTRIC CIRCUIT MODIFICATION OF PRIMUS
WASHING MACHINE 20 KG USED PLC AND HMI
In partial fulfilment of the requirements
for the degree of Sarjana Teknik
Electrical Engineering Study Program
JOANNES CHRYSOSTOMUS HADI PRABOWO
NIM : 125114054
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTEMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
(5)
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERANGKAT KELISTRIKAN
MESIN CUCI PRIMUS 20KG
DENGAN MENGGUNAKAN PLC DAN HMI
Oleh :
JOANNES CHRYSOSTOMUS HADI PRABOWO
NIM : 125114054
telah disetujui oleh :
Pembimbing I
(6)
iv
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERANGKAT KELISTRIKAN
MESIN CUCI PRIMUS 20KG
DENGAN MENGGUNAKAN PLC DAN HMI
Disusun oleh :
JOANNES CHRYSOSTOMUS HADI PRABOWO
NIM : 125114054
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 30 Oktober 2015
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Petrus Setyo Prabowo, M.T. ---
Sekretaris : Martanto, M.T. ---
Anggota : Bernadeta Wuri Harini, M.T. ---
Yogyakarta,
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(7)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
(8)
vi
HALAMAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Joannes Chrysostomus Hadi Prabowo
Nomor Mahasiswa : 125114054
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul :
MODIFIKASI PERANGKAT KELISTRIKAN
MESIN CUCI PRIMUS 20KG
DENGAN MENGGUNAKAN PLC DAN HMI
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkal data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberika royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
(9)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP
Motto :
Selalu ada kesempatan yang kedua bagi yang Percaya
dan yang gigih berusaha untuk Mencarinya
Skripsi ini kupersembahkan untuk……
Yesus Kristus Pembimbingku yang setia Isteriku dan anakku yang tercinta Teman-teman ATMI yang aku banggakan
(10)
viii
INTISARI
Bisnis jasa laundry atau jasa pencucian pakaian mulai marak dan berkembang pesat, dari skala kecil berupa bisnis rumahan sampai dengan skala besar berupa industri penyedia jasa laundry bagi Rumah Sakit, Hotel ataupun industri garment. Kebutuhan mesin cuci dengan kapasitas besar diperlukan, salah satunya dengan memodifikasi mesin cuci lama merek Primus kapasitas 20kg model front loader yang telah rusak kontrolnya. Dimodifikasi dengan menambahkan pintu side door, sensor, aktuator dan intergrasi kontrol PLC dengan HMI.
Pada penelitian ini, modifikasi yang dilakukan adalah penambahan sensor-sensor untuk pengamanan, sensor ketinggian air, valve untuk keluar masuk air, motor induksi tiga fasa sebagai penggerak tabung dengan inverter sebagai pengatur kecepatan, penambahan kontrol sistem dan sensor pemanas air, agar terbentuk sistem baru yang dapat diintergrasikan dengan PLC dan HMI sebagai kontrol sistemnya.
Modifikasi perangkat kelistrikan mesin cuci Primus 20kg dapat berfungsi, semua sensor dan actuator dapat dilakukan, dan dapat dintergrasi kontrol PLC dan HMI dengan tingkat keberhasilan 100%. Penyimpangan yang terjadi antara suhu yang diinginkan dengan suhu terukur adalah 6,78 %. Kemampuan dispenser untuk memompa cairan sebanyak 4,6 ml/detik. Penyimpangan putaran rendah 14,8%, penyimpangan putaran sedang 1,56% dan penyimpangan putaran tinggi 1,6%.
Kata Kunci : Modifikasi mesin cuci, PLC, HMI, Primus 20kg, front loader, penambahan pintu side door.
(11)
ix
ABSTRACT
Business laundry service or clothes washing services began to bloom and thrive, from small scale in the form of home-based business to industrial laundry services, that’s provided for hospitals, hotels or garment industry. Needs a washing machine with a large capacity is required, either by modifying the old washing machine brand Primus 20kg capacity front loader models that have been damaged control. Modified by adding a side entrance door, sensors, actuators and control integration with HMI PLC.
In this study, the modifications made is the addition of sensors for security, sensor water level, valve to come out into the water, three phase induction motor as the driving tube with the inverter as speed control, the addition of the control system and sensors water heater, in order to form a new system which can be integrated in the PLC and HMI as a new control system.
Modification of electrical devices Primus 20kg washing machine can function, all sensors and actuators can be done, and can be integrated with PLC control and HMI with a 100% success rate. Deviations between the desired temperature with the measured temperature is 6.78%. Ability to pump fluid dispenser of 4.6 ml / sec. Deviations 1.67% for low speed rotation, 0.22% deviation for middle speed rotation and 0.04% deviation for high speed rotation.
Keywords: Modification of a washing machine, PLC, HMI, Primus 20kg, front loader, side entrance door.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karuniaNya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian yang berupa tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Jurusan Teknik Elektro untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan, gagasan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya kepada penulis. 2. Istri dan anakku tercinta Aria yang telah memberikan dorongan kepada penulis.
3. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
4. Bernadeta Wuri Harini, M.T. selaku pembimbing I yang telah bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan tugas akhir.
5. Romo T. Agus Sriyono SJ, M.A, M.Hum. yang telah memberikan bantuan berupa dana selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, bimbingan, kritik dan saran.
Semoga Tuhan membalas kebaikan anda
Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan. Semoga tugas ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain sehingga tulisan ini dapat lebih bermanfaat.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015 Peneliti,
(13)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul (Bahasa Indonesia)……… i
Halaman Sampul (Bahasa Inggris)……… ii
Halaman Persetujuan ……… iii
Halaman Pengesahan……… iv
Pernyataan Keaslian Karya……… v
Halaman Persembahan..……… vi
Intisari ……….. vii
Abstract ………..……. viii
Kata Pengantar ………..………….. ix
Daftar Isi……… xi
Daftar Gambar………... xiv
Daftar Tabel……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….……….…… 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…….………. 3
1.3. Batasan Masalah …...……….…… 3
1.4. Metodologi Penelitian……….…… 4
BAB II DASAR TEORI 2.1. Mesin Cuci ……….…… 5
2.2. PLC ……….……….…….………. 6
2.3. HMI ……….……... 6
2.4. Relai .……….…… 7
2.5. Kontaktor………….……….…….………. 7
2.6. Solid State Relay……….……... 8
2.7. TOR ………..…… 9
2.8. Kontrol Suhu…….……….…….………. 10
(14)
xii
2.9. Pemanas Elektrik...……….……... 11
2.10. Presure Level Switch………..……….……... 12
2.11. Motor Induksi 3 Fasa……….….… 14
2.12. Inverter .………….……….…….………. 15
2.13. Emergency Stop……….……... 16
2.14. Solenoid ……….. 16
2.15. Kran Solenoid .….……….…….………. 16
2.16. Chemical Dispenser ……….……... 17
2.17. Alarm Buzzer ……….. 18 2.18. Mini Circuit Breaker (MCB) ……….…….………. 18
2.19. Limit Switch ……….……... 20
2.20. Induktif Proximity Sensor ……….. 20
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Hasil Wawancara ……….…… 21
3.2. Modifikasi Teknik Mesin Cuci ……….….………… 24 3.3. Perancangan Mekanik ……….……... 25
3.4. Perancangan Hardware ….……….…….……….. 27
3.4.1. Rangkaian Daya 3 Fasa ……….……... 27
3.4.2. Rangkaian Daya Kontrol, Sensor dan Aktuator…….….……... 28
3.4.3. Rangkaian Signal Output Input PLC ……….……... 29
3.5. Pengujian dan Analisa Sistem ………... 32
3.5.1. On-Off Input PLC ……..……….……... 33
3.5.2. Putaran Motor ……….……... 34
3.5.3. Karakteristik Kontrol Suhu ………….……….……... 35
3.5.4. Level Sensor ………….……….……... 35
3.5.5. Chemical Dispenser ……….………….……... 35
3.5.6. Aktuator Solenoid Valve ………….……….……... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bentuk Fisik dan Pengawatan Mesin Cuci ……….…… 37
4.1.1. Bentuk Fisik Mesin Cuci Primus 20Kg …..…….…….………. 37
(15)
xiii
4.2. Pengujian Sistem ……….…… 44
4.2.1. Input Output PLC ……….…….………. 44
4.2.2. Diagram pengawatan ……….…….………. 45
4.2.3. Putaran Motor ………...………….…….………. 46
4.2.4. Level Sensor ………...………….…….….………. 51
4.2.5. Pengaturan Suhu …………...………...………….…….………. 53
4.2.6. Dispenser ……….…….………. 54
4.2.7. Aktuator dan Valve ..………...………….…….………. 54
4.3. Analisa Hasil Pengujian……….…… 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………….……….…… 60
5.2 Saran ………..……….…….………. 60
DAFTAR PUSTAKA ……….……….…. 62
LAMPIRAN ……….……….……….…. 63 Lampiran 4.a. Diagram Pengawatan Tegangan 3 Fasa
Lampiran 4.b. Power Supplay Wiring Diagram Lampiran 4.c. Diagram Pengawatan Input PLC Lampiran 4.d. Diagram Pengawatan Input PLC Lampiran 4.e. Diagram Pengawatan Output PLC Lampiran 4.f. Diagram Pengawatan Output PLC
(16)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Mesin Cuci Primus Sebelum Diperbaiki ... 2
Gambar 1.2. Unit Pengendali Electro-mechanical Mesin Cuci Primus ... 2
Gambar 1.3. Mesin Cuci Primus 20 Kg ... 3
Gambar 1.4. PLC Mitsubishi FX 3U-48M ... 4
Gambar 2.1. Relai 12V ... 7
Gambar 2.2. Kontaktor ... 8
Gambar 2.3. Diagram SSR ... 9
Gambar 2.4. SSR-40DA-H ... 9
Gambar 2.5. TOR ... 9
Gambar 2.6. Termokontrol dengan termokopel ... 10
Gambar 2.7. Kontroler On-Off ... 10
Gambar 2.8. Kontroler On-Off Hysteresis ... 11
Gambar 2.9. Pemanas Elektrik ... 12
Gambar 2.10. Diagram Referensi Tekanan Batas Atas dan Bawah ... 13
Gambar 2.11. Sensor Level Dungs LGW 150 A4 ... 13
Gambar 2.12. Motor 3 Fasa Sangkar Tupai... 14
Gambar 2.13. Tombol Emergency Stop ... 16
Gambar 2.14. Solenoid ... 16
Gambar 2.15. Rangkaian Sederhana dan Prinsip Kran Solenoid ... 17
Gambar 2.16. Solenoid Valve ... 17
Gambar 2.17. Chemical dispenser Knight One Shot OS-100 L/S ... 18
Gambar 2.18. Buzzer Piezoelectric ... 18
Gambar 2.19. Design MCB ... 19
Gambar 2.20. Macam-macam MCB... 19
Gambar 2.21. Simbol dan Contoh Limit Switch ... 20
Gambar 2.22. Catu Daya Proximity Sensor ... 20
Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem ... 24
Gambar 3.2. Dimensi Mesin Cuci ... 26
Gambar 3.3. Rancangan Mesin Cuci Tampak Belakang ... 26
Gambar 3.4. Diagram Pengawatan Sumber Tegangan 3 Fasa ... 27
(17)
xv
Gambar 3.6. Diagram Pengawatan Input PLC ... 29
Gambar 3.7. Diagram Pengawatan Input PLC ... 30
Gambar 3.8. Diagram Pengawatan Output PLC... 31
Gambar 3.9. Diagram Pengawatan Output PLC... 32
Gambar 3.10. Pengukuran Tegangan ... 34
Gambar 3.11. Pengukuran Arus ... 34
Gambar 3.12. Pengukuran Arus dengan Tang Arus ... 34
Gambar 3.13. Tachometer ... 35
Gambar 4.1. Perbandingan Rancangan Mesin Cuci Primus ... 37
Gambar 4.2 Perbandingan Rancangan Pintu Samping ... 38
Gambar 4.3 Letak Sensor dan Aktuator Pintu ... 38
Gambar 4.4. Sistem Pengunci Pintu Depan ... 39
Gambar 4.5. Bentuk Fisik Mesin Cuci Bagian Belakang ... 39
Gambar 4.6. Kotak Kontrol Utama ... 40
Gambar 4.7. Tampilan Awal HMI ... 41
Gambar 4.8. Tampilan HMI Manual ... 41
Gambar 4.9. Hubungan dan Kombinasi Port Pada Inverter ... 48
Gambar 4.10. Kombinasi Biner Kecepatan Inverter ... 48
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Spesifikasi HMI Omron seri NB ... 7
Tabel 3.1. Urutan Proses Mesin Cuci. ... 22
Table 4.1 Tegangan Input PLC... 44
Table 4.2 Tegangan Output PLC ... 44
Tabel 4.3 Perhitungan Frekuensi Motor ... 46
Tabel 4.4 Pengaturan Parameter Inverter ... 47
Tabel 4.5. Perbandingan Putaran Motor ... 49
Tabel 4.6. Perbandingan Putaran Tabung ... 49
Tabel 4.7. Kecepatan Tabung Terhadap Pengereman ... 50
Tabel 4.8. Kerja Sensor Tekanan... 52
Tabel 4.9. Waktu Pembuangan Air ... 52
Tabel 4.10. Perbandingan Suhu dan Waktu Pemanasan ... 53
Tabel 4.11. Fungsi Aktuator dan Valve ... 54
Tabel 4.12. Perbandingan Putaran Tabung Pada Beban Kain Basah ... 56
Tabel 4.13.Pengaturan Parameter Untuk Mesin Cuci ... 56
Tabel 4.14.Kerja Pintu Samping Terhadap Perubahan Sr1 ... 57
Tabel 4.15.Kerja Putaran Washing 40 rpm ... 57
Tabel 4.16.Kerja Putaran Pre Spinning 150 rpm ... 57
Tabel 4.17. Kerja Putaran Spinning 250 rpm ... 58
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bisnis jasa laundry atau jasa pencucian pakaian mulai marak dan berkembang pesat, dari skala kecil berupa bisnis rumahan sampai dengan skala besar berupa industri penyedia jasa laundry bagi Rumah Sakit, Hotel ataupun industri garment. Untuk skala rumahan mesin cuci mengunakan mesin cuci yang sudah umum di pasaran dengan kapasitas di bawah 20 kg, sedangkan skala industri mengunakan mesin dengan kapasitas diatas 20 kg dengan fungsi yang disesuaikan kebutuhan serta menggunakan kontrol mesin yang dapat diprogram dan disesuaikan dengan pemakai.
Dalam perkembangannya mesin cuci dibuat agar mudah untuk digunakan. Dalam segi bisnis mesin cuci bukan hanya kemudahan penggunaan saja yang dibutuhkan tetapi bagaimana mesin cuci tersebut sebagai pencetak pendapatan menjadi lebih efisisen dan terkontrol adalah sebuah tantangan dan peluang kedepan.
PT ATMI SOLO sebagai sebuah perusahan jasa yang dapat membuat dan memperbaiki mesin industri, memperoleh pesanan dari PT. Aqualis Fabricare berupa modifikasi mesin cuci dengan kapasitas 20 kg dengan spesifikasi menggunakan kontrol PLC. Pelanggan tersebut mengharapkan mesin cuci ini mempunyai kemampuan untuk
washing atau mencuci, rising atau membilas, soaking atau merendam, spinning atau
memeras dan juga drying atau mengeringkan yang sudah terprogram, mudah dijalankan dan dapat dipilih oleh pemakainya. Disamping itu untuk kebutuhan teknis dan efisiensi mesin cuci tersebut dirancang agar dapat berkomunikasi dengan komputer sehingga program mesin cuci dapat secara mudah diatur dan kerja mesin tersebut dapat dipantau.
Berdasar kebutuhan PT. Aqualis Fabricare tersebut, penulis berusaha untuk memodifikasi sebuah mesin cuci merk PRIMUS dengan kapasitas 20 Kg menjadi sebuah mesin cuci baru dimana sistem kelistrikan mesin cuci tersebut siap terintegrasi dengan sebuah control PLC dan HMI sehingga didapat sebuah Mesin cuci baru yang dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan PT. Aqualis Fabricare.
Dalam sebuah jurnal penelitian dengan judul Design Model of Automation Washer
for Two Tubes Aperture (Twin Tube Top Loader) Microcontroller Based ATMEGA32 oleh
(20)
bukaan atas (twin tube top loader) yang dapat mengatur operasional isi ulang air cucian dan mengatur proses pencucian secara berulang dengan otomatis berbasis mikrokontroler ATMega32. Yang diharapkan penulis dari tugas akhir ini adalah lebih dari pengaturan isi ulang air cucian. Mesin cuci Primus 20 kg yang akan diteliti sudah mempunyai fungsi mesin cuci standart yaitu satu tabung bukaan depan (Single Tube Front Loader) diperlihatkan pada gambar 1.1 dengan kontrol manual berupa electro-mechanical controls (knobs) diperlihatkan pada gambar 1.2 untuk program yang diinginkan dan tanpa pemanas air dan dalam keadaan telah rusak.
Gambar 1.1. Mesin Cuci Primus Sebelum Diperbaiki
(21)
Untuk meningkatkan kinerja mesin cuci, mesin cuci tersebut akan diintegrasikan dengan PLC dan HMI sehingga dapat diperoleh mesin cuci yang baru, yang dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan industri jasa laundry. Untuk mewujudkan hal ini, mesin cuci yang ada akan dilengkapi dengan sensor dan aktuator sehingga mesin cuci siap diintegrasikan dengan PLC.
1.2.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menciptakan suatu sistem kelistrikan mesin cuci yang dapat dikontrol oleh sebuah PLC.
Manfaat dari penelitian ini bagi PT ATMI SOLO adalah menyediakan sebuah mesin cuci yang efektif dan dapat dirakit dengan sistem PLC terintergrasi sebagai solusi terhadap kebutuhan pelanggan serta pengembangan produk untuk menambah nilai jual suatu produk tersebut.
1.3.
Batasan Masalah
Agar Tugas Akhir ini bisa mengarah pada tujuan dan untuk menghindari kompleksnya permasalahan yang muncul, maka diperlukan adanya batasan-batasan masalah yang sesuai dengan judul dari tugas akhir ini. Adapun batasan masalah adalah:
1. Mesin cuci yang digunakan adalah mesin cuci Single Tube Front Loader merek Primus dengan kemampuan loading 20 Kg.
Gambar 1.3. Mesin cuci Primus 20 Kg
2. Input terdiri dari sensor ketinggian air 3 buah untuk 3 level, sensor suhu air, sensor keamanan pintu, emergency stop.
3. Output terdiri dari valve air masuk, valve buangan, pemanas air, inverter, Chemical
(22)
4. PLC yang akan diintegrasikan adalah PLC Mitsubishi FX 3U 48MR/ES-A.
Gambar 1.4. PLC Mitsubishi FX 3U-48M
5. Variabel yang diteliti adalah tentang output masing-masing sensor, kinerja aktuator dan pengawatan kelistrikan
1.4.
Metodologi Penelitian
Berdasar pada tujuan yang akan dicapai metode-metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur, yaitu mempelajari dan membaca tentang sensor, aktuator, motor, PLC dan HMI yang akan diinstal pada mesin cuci serta standarisasi pengawatan
2. Wawancara, yaitu dengan cara mendapatkan data dan masukan dengan mewancarai nara sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir dalam hal ini pelanggan dan marketing dari PT ATMI SOLO.
3. Perancangan, yaitu tahapan perancangan jalur kelistrikan
4. Pembuatan hardware, meliputi modifikasi tabung untuk instalasi pemanas, termokontrol dan level air. Penambahan liquid chemical dispenser dengan 3 jenis bahan kimia.
5. Proses pengambilan data, yatu proses pengujian terhadap sistem. Data diambil dari kinerja sistem untuk menguji keefektifan sistem yang ada.
6. Analisis dan penyimpulan hasil percobaan. Analisis data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data sheet dari sensor dan aktuator sehingga didapat fungsi yang paling optimal dan dibandingkan dengan kebutuhan sesuai spesifikasi input dan output PLC.
(23)
5
Bab II
DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan tentang dasar teori dan penjelasan peralatan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini
2.1.
Mesin Cuci [2]
Sejarah mesin cuci elektrik pertama diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1908. Mesin cuci pertama tersebut mempunyai pengerak motor dibagian atas. Tahun 1920 mesin cuci berkembang lagi dengan sistem tabung horisontal silinder. Pada akhir 1940 mesin cuci berkembang mengunakan impeller. Di tahun 1950, mulai ditambahkan unit pemanas dan pemeras automatis, ditahun itu beberapa model mesin cuci mempunyai unit pemeras yang terpisah tabung pencucian. Di tahun 1960, mesin cuci sudah sangat berkembang dengan pilihan tombol/selektor fungsi mencuci, membilas dan memeras yang dijalankan dalam satu tabung, pertama dibuat dengan tabung vertikal (top loader) dan kemudian berkembang pula dengan tabung horisontal (front loader).
Pada abad ke 20 teknologi mesin cuci terus berkembang, pengunaan selektor control
electro-mechanical digantikan dengan elektronik push-buttons. Mesin cuci terbaru hanya
membutuhkan sedikit air dan dapat bekerja optimal dengan walau tidak menggunakan air panas, sehingga mengurangi waktu proses dan menjadi lebih efisien. Mesin cuci juga diprogram dengan cycle / tahapan proses yang menyesuaikan bahan kain yang akan dicuci seperti sutra, wool, katun, jeans dan bahan lain.
Mesin cuci Primus yang dimodifikasi oleh penulis mempunyai spesifikasi sebagai berikut: [3]
1. Kapasitas : 20 kg
2. Sumber listrik : 3 fasa 3x380-480V 50/60Hz
3. Pilihan pencucian : 5 pilihan program
4. Suhu air masuk : normal, dipanaskan 60 derajat celcius sesuai dengan pilihan program
5. Detergen : 3 jenis cairan kimia (disediakan dari pelanggan)
(24)
2.2.
PLC
PLC (Programmable Logic Controller) ialah rangkaian elektronik berbasis mikroprosesor yang beroperasi secara digital, menggunakan programmable memory untuk menyimpan instruksi yang berorientasi kepada pengguna, untuk melakukan fungsi khusus seperti logika, sequencing, timing, arithmetic, melalui input baik analog maupun discrete / digital, untuk berbagai proses permesinan. Keuntungan utama penggunaan PLC ialah sistem kendali dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan tanpa harus mengubah komponen dasar pengendalinya. Dikarenakan sangat fleksibel terhadap variasi sistem kendali maka menjadi hemat biaya. Kelebihan PLC yang lain ialah :
1. Tahan terhadap lingkungan kerja yang keras serta suhu, getaran, dan kebisingan yang dinamis.
2. Input / output sudah tersedia di unit PLC.
3. Bahasa program dan pemrograman mudah dipahami.
Spesifikasi PLC Mitsubishi FX 3U 48MR/ES-A adalah sebagai berikut [4]
1. Teganggan PLC : 24V DC +20%, -30% 35W
2. Jumlah I/O : 54 buah
3. Jenis I/O : Relay
4. Tegangan Input : 24V DC +20%, -30%
5. Tegangan Output : < 30V DC atau <240V AC
6. Tegangan Input : 24V DC +20%, -30%
2.3. HMI
Human Machine Interface (HMI) adalah sistem yang menghubungkan antara
manusia dan teknologi mesin. HMI dapat berupa pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun melalui visualisasi komputer yang bersifat real time. Tugas dari
Human Machine Interface (HMI) yaitu membuat visualisasi dari teknologi atau sistem secara
nyata. Sehingga dengan desain HMI dapat disesuaikan sehingga memudahkan pekerjaan fisik. Tujuan dari HMI adalah untuk meningkatkan interaksi antara mesin dan operator melalui tampilan touch panel dan memenuhi kebutuhan pengguna terhadap informasi sistem.
HMI yang digunakan adalah seri OMRON NB5Q-TW00B dengan spesifikasi elektronis berdasar table 2.1 spesifikasi HMI Omron seri NB [5] membutuhkan teganggan sumber 24V DC +15%, -15% 6W.
(25)
Tabel 2.1. Tabel Spesifikasi HMI Omron Seri NB
2.4.
Relai [6]
Relai pengendali elektromekanis (EMR = electromechanical relay) adalah sebuah saklar magnetis yang dapat dikendalikan dengan permberian energy elektromagnetis, bentuk fisik dapat dilihat pada gambar 2.1. Relai terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
4. Koil : lilitan dari relai
5. Common : bagian yang tersambung dengan Normally Close (dalam keadaan
normal)
6. Kontak : terdiri dari Normally Close dan Normally Open
NC (Normally Closed) merupakan saklar dari relai yang dalam keadaan normal (relai tidak diberi tegangan) terhubung dengan common. Sedangkan NO (Normally Open) merupakan saklar dari relai yang dalam keadaan normal (relai tidak diberi tegangan) tidak terhubung dengan common.
Gambar 2.1. Relay 12V
2.5.
Kontaktor [6]
Kontaktor Magnet adalah suatu alat yang sangat sering dipakai di industri. Industri-industri besar pasti sangat bergantung pada alat ini. Melalui alat inilah, kita dengan mudah dapat mengendalikan beban yang berat seperti motor 3 fasa.
(26)
Pada dasarnya, prinsip kerja magnetic contactor ini sama dengan sebuah relai, yaitu menghubung dan memutuskan aliran listrik. Demikian juga dengan aktuator, alat ini menggunakan suatu coil (kumparan) yang bila dialiri listrik kumparan tersebut memunculkan medan magnet. Medan magnet inilah yang dapat mengendalikan kontak-kontak yang ada pada magnetic contactor.
Yang membuat Kontaktor Magnet berbeda dengan relai adalah, Kontaktor Magnet mempunyai kontak NO utama, yaitu kontak yang mungkin dibuat khusus untuk mengontrol sebuah motor 3 phase.
Gambar 2.2. Kontaktor
2.6.
Solid State Relay (SSR) [6]
Pengertian dan fungsi solid state relay sebenarnya sama saja dengan relai elektromekanik yaitu sebagai saklar elektronik yang biasa digunakan atau diaplikasikan di industri-industri sebagai piranti pengendali. Namun relai elektro mekanik memiliki banyak keterbatasan bila dibandingkan dengan solid state relay, salah satunya seperti siklus hidup kontak yang terbatas, mengambil banyak ruang, dan besarnya daya kontaktor relai. Karena keterbatasan ini, banyak produsen relai menawarkan perangkat solid state relay dengan semikonduktor modern yang menggunakan SCR, TRIAC, atau output transistor sebagai pengganti saklar kontak mekanik. Prinsip kerja solid state relay dengan menggunakan TRIAC dapat dilihat dalam gambar 2.3 berikut.
(27)
Gambar 2.3. Diagram SSR
Gambar 2.4. SSR-40DA-H
2.7.
TOR [6]
Thermal relay atau overload relay adalah peralatan switching yang peka terhadap
suhu dan akan membuka atau menutup kontaktor pada saat suhu yang terjadi melebihi batas yang ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi untuk memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih. Contoh Thermal overload relay (TOR) dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. TOR
TOR mempunyai tingkat proteksi yang lebih efektif dan ekonomis, yaitu: 1. Pelindung beban lebih / Overload
(28)
2. Melindungi dari ketidakseimbangan phasa / Phase failure imbalance 3. Melindungi dari kerugian / kehilangan tegangan phasa / Phase Loss.
2.8.
Kontrol Suhu [6]
Kontrol suhu digunakan unrtuk mempertahankan suhu tertentu didalam suatu proses atau perlindungan terhadap kondisi suhu berlebihan. Pengontrol suhu terdapat tiga bagian yang saling berhubungan yaitu unit pengontrol, unit pemanas dan unit sensor dimana sensor bisa berupa termokopel atau RTD. Gambar 2.6. mengilustrasikan unit control, unit pemanas dan unit sensor. Cara kerjanya membandingkan suhu sesungguhnya dengan suhu kontrol yang dikehendaki atau titik penyetelan.
Gambar 2.6. Termokontrol Dengan Termokopel
2.8.1 Kontrol On-Off
Pengontrol on–off akan menghidupkan pemanas ketika suhu di bawah titik penyetelan dan mati apabila suhu mencapai titik penyetelan. Kontrol jenis ini digunakan pada sistem dimana kontrol presisi tidak diperlukan, pada sistem dengan masa yang begitu besar sehingga suhu berubah sangat lambat atau untuk sebagai alarm suhu
Kontroler on-off ada dua macam yaitu: 1. Kontroler On-off Murni
(29)
= untuk > (2.1) = untuk < ( . 2. Kontroler On-off Hysterisis
Gambar 2.8. Kontroler On-off hysteresis
Kontroler On-off hysteresis adalah sistem yang memiliki penyimpanan yang memiliki efek kepada output dengan perubahan input yang sama, secara sederhana histeresis yaitu perubahan input yang konstan menghasilkan perubahan output yang berbeda.
2.9.
Pemanas Elektrik [7]
Elemen pemanas merupakan piranti yang mengubah energi listrik menjadi energi panas. Prinsip kerja elemen panas adalah arus listrik yang mengalir pada elemen menjumpai resistansinya, sehingga menghasilkan panas pada elemen. Sebagian besar elemen pemanas menggunakan bahan nichrome 80/20 (80% nikel, 20% kromium) dalam bentuk kawat, pita, atau strip. 80/20 nichrome merupakan bahan yang baik, karena memiliki ketahanan yang relatif tinggi dan membentuk lapisan kromium oksida ketika dipanaskan untuk pertama kalinya, sehingga bahan di bawah kawat tidak akan teroksidasi untuk mencegah kawat terputus atau terbakar. Gambar 2.9. merupakan salah satu contoh pemanas listrik dengan elemen pemanas berbentuk kawat didalamnya.
Perhitungan daya elemen pemanas menggunakan prinsip hukum ohm.
P = V . I (2.3)
P = Daya (VA)
V = Tegangan (Volt)
(30)
Gambar 2.9. Pemanas Elektrik
= . �. ∆ (2.4) = . �. ∆ / (2.5)
Q = kalor (Joule)
P = Daya (Watt = Joule/detik)
m = masa benda (kg)
c = kalor spesifik air (333 kJ/kg)
∆ = perubahan suhu (oC)
T = waktu (detik)
2.10.
Pressure Level Switch [8]
Pressure Level Switch merupakan sebuah switch atau saklar yang bekerja dengan
sistem perbedaan tekanan. Saklar elektronik pada sensor ini akan hidup atau mati ketika pengaturan refensi tekanan dilakukan pada batas atas atau bawah. Gambar 2.10 menunjukkan diagram referensi tekanan batas atas dan batas bawah dimana sensor akan bekerja.
Dalam ilmu fisika tekanan mempunyai rumusan sebagai berikut
= �. �. ℎ
(2.6)
P = Tekanan (N/m2 = Pa)
ρ = Masa jenis cairan 1x103 ( kg/m3)
(31)
Gambar 2.10. Diagram Referensi Tekanan Batas Atas dan Bawah
Salah satu contoh sensor tekanan dapat dilihat pada gambar 2.11 sensor level Dungs Seri LGW150 A4 dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
Tekanan Maksimal : 500 mbar (50 kPa)
Rentang pengaturan : 30 – 150 mbar
Pengunaan : air dan gas
Temperatur kerja : -150C sampai dengan +700C
Tegangan switch : 10 – 250 V AC dan 12 – 48 V DC
(32)
2.11.
Motor Induksi 3 Fasa [9]
Motor induksi 3 fasa adalah alat penggerak yang paling banyak digunakan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi mempunyai konstruksi yang sederhana, kokoh, harganya relatif murah, serta perawatannya yang mudah, sehingga motor induksi mulai menggeser penggunaan motor DC pada industri. Motor induksi memiliki beberapa parameter yang bersifat non-linier, terutama resistansi rotor, yang memiliki nilai bervariasi untuk kondisi operasi yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan pengaturan pada motor induksi lebih rumit dibandingkan dengan motor DC.
Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling luas penggunaannya. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Gambar 2.12. Motor 3 Fasa Sangkar Tupai
Belitan stator terdiri dari 3 kelompok lilitan yang berdiri sendiri dengan posisi sudut 1200. Ketika dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron
� = .�� (2.7)
ns = kecepatan sinkron
f = frekuensi p = jumlah pole
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan ikut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Stator
Rotor
(33)
=��−�
�� (2.8)
s = Slip
ns = kecepatan sinkron
n = kecepatan rotor
= �. − (2.9)
2.12.
Inverter
Inverter merupakan suatu rangkaian yang dapat mengubah sumber tegangan searah (Direct Current – DC) menjadi tegangan bolak-balik (Alernating Current – AC) yang frekuensinya dapat diubah-ubah. Inverter disusun dari perangkat elektronik (thyristor atau SCR) yang mengatur daya DC, On dan OFF sehingga dapat menghasilkan daya luaran AC yang dapat dikontrol frekuensi maupun tegangannya. Inverter ini selanjutnya digunakan untuk mencatu motor induksi. Dengan adanya perubahan kecepatan putaran dari motor induksi sesuai dengan persamaan kecepatan motor sinkron.
Menurut Rashid [10], terdapat tiga jenis inverter, yaitu: (1) inverter sumber arus (Current Source CSI), (2) inverter tegangan variabel (Variable Voltage Inverter-VVI), dan (3) inverter lebar pulsa termodulasi (Pulse Widht Modulation-PWM). Jika digunakan untuk sumber motor induksi, CSI digunakan untuk pengendali arus pada motor, VVI untuk mengontrol tegangan dan frekuensi pada motor untuk menghasilkan operasi kecepatan variabel, dan inverter PWM merupakan inverter penyempurnaan dari inverter VVI, baik pada bagian input tegangan dan output penggerak frekuensi variabel. Inverter PWM merupakan inverter yang paling rumit dan paling mahal jika dibandingkan dengan kedua jenis inverter lain.
Sumber catu ideal yang diinginkan pada keluaran inverter sebenarnya adalah gelombang sinus murni. Gelombang yang tidak sinus murni menyebabkan berbagai kerugian seperti overheat, penurunan faktor daya, penurunan efisiensi dan lain-lain.
Dalam pengunaannya Inverter mengatur frekuensi pada motor sehingga kecepatan yang dihasilkan motor dapat dikendalikan sesuai frekuesnsi pengaturan sesuai dengan rumus kecepatan motor sinkron 2.7.
(34)
2.13.
Emergency Stop
Emergency Stop adalah sebuah saklar mekanis yang digunakan untuk memutus
mematikan mesin bila terjadi situasi bahaya yang tidak dapat dimatikan secara prosedural.
Emergency stop atau E-stop didesign sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dengan
warna kombinasi merah dan kuning, dapat diaktifkan dengan mudah dan cepat. Emergency
stop berupa saklar tekan dengan tipe NC atau NO, saat ditekan akan memutus aliaran listrik
dan secara mekanis akan mempertahankan posisi masuk terkunci sebelum dilepaskan dengan memutar saklar tersebut.
Gambar 2.13. Tombol Emergency Stop
2.14.
Solenoid [11]
Solenoid adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinyal listrik atau arus listrik menjadi gerak mekanis linear. Solenoid disusun dari kumparan dengan inti besi yang dapat bergerak. Apabila kumparan diberi arus inti / jangkar akan ditarik ke dalam kumparan. Besarnya gaya tarik atau dorong yang dihasilkan solenoid ditentukan dengan jumlah lilitan kawat tembaga dan besar arus yang mengalir melalui kumparan.
Gambar 2.14. Solenoid
2.15.
Kran Solenoid [11]
Kran Solenoid adalah kombinasi dari dua unit fungsional, solenoida (elektromagnet) dengan inti atau plunger-nya dan badan katup (valve) yang berisi lubang mulut pada tempat piringan atau stop kontak ditempatkan untuk menghalangi atau mengizinkan aliran.
(35)
Aliran melalui lubang mulut adalah dihentikan atau diijkan dengan gerak inti solenoid. Apabila solenoid diberi aliran listrik inti akan ditarik ke dalam kumparan solenoid untuk membuka kran, pegas mengembalikan kran pada posisi asli yaitu tertutup apabila arus listrik berhenti.
Gambar 2.15. Rangkaian Sederhana dan Prinsip Kran Solenoid
Solenoid valve akan bekerja bila kumparan/coil mendapatkan tegangan arus listrik
yang sesuai dengan tegangan kerja (kebanyakan tegangan kerja solenoid valve adalah 100/200VAC dan kebanyakan tegangan kerja pada tegangan DC adalah 12/24VDC). Saat diberi tegangan, pin akan tertarik karena gaya magnet yang dihasilkan dari kumparan selenoida.
Gambar 2.16. Solenoid Valve
2.16.
Chemical dispencer
Chemical dispenser menggunakan merek Knight tipe One Shot OS-100 L/S. Dispenser jenis ini menggunakan pengendali mikroprosesor, dan sangat tepat untuk
penggunaan injeksi bahan kimia pada mesin cuci. Fitur kendali yang tersedia diantaranya
pump timer, delay timer, dan lock out time. Sinyal input pemicu kerja pompa adalah 14 –
(36)
Gambar 2.17. Chemical Dispenser Knight One Shot OS-100 L/S
2.17.
Alaram Buzzer [13]
Buzzer atau beeper adalah sebuah alat pembakit sinyal suara yang bertujuan sebagai
penanda atau pemberi peringatan secara suara. Buzzer disematkan dalam sistem rangkaian alaram, timer dan peringatan konfirmasi terhadap inputan pengguna. Suara yang dihasilkan dibangkitkan dari bebeapa macam cara yaitu secara mekanik, elektomekanik dan
piezoelectric.
Gambar 2.18. Buzzer Piezoelectric
2.18.
Mini Circuit Breaker (MCB) [14]
MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara termal dan elektromagnetis, pengaman termal berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat.
MCB dalam kerjanya membatasi arus lebih menggunakan gerakan dwilogam untuk memutus rangkaian. Dwilogamini akan bekerja dari panas yang diterima oleh karena energi listrik yang timbul. Pemutusan termal terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada rangkaian secara terus-menerus. Gambar 2.19. dapat dilihat rancangan dari sebuah MCB dan cara kerjanya adalah sebagai berikut: (4) Bimetal blade akan melengkung akibat pemanasan oleh arus lebih secara kontinyu pada elemen dwi logam ini. Bengkokkan itu akan
(37)
menggerakkan lever sampai (3)Release Pawl berubah posisi sehingga (6) Moving Contact
Arm membuka memutuskan rangkaian.
Gambar 2.19. Design MCB Keterangan gambar:
1. Sambungan Masuk
2. Trip Koil
3. Tuas Pemutus Kontak
4. Batang Bimetal / Bimetal Blade 5. Kontak tetap
6. Lengan Kontak yang bergerak 7. Kisi pemadam busur
8. Tuas pengunci rail bus
9. Sambungan Keluar
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub unuk pengaman 1 fasa, sedang untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lain akan ikut terputus.
(38)
2.19.
Limit Switch [6]
Limit switch adalah sensor mekanis, yaitu sensor yang akan memberikan perubahan
elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada sensor tersebut. Limit switch digunakan sebagai sensor posisi suatu benda (objek) yang bergerak.
Gambar 2.21. Simbol dan Contoh Limit Switch
Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek, limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya, dipasang pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan aliran listrik pada rangkaian tersebut. Limit
switch memiliki 2 kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close)
dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan.
2.20.
Inductive Proximity Sensor
Inductive proximity sensor yaitu sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik, sensor jenis ini biasanya terdiri dari alat elektonis solid-state yang terbungkus rapat untuk menlindunginya dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Gambar 2.22. menunjukkan bagaimana proximity sensor dihubungkan dengan sumber tegangan
(39)
21
Bab III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1.
Hasil Wawancara
Dalam Wawancara dengan Direktur PT Aqualis Fabricare, Bapak Teddy Tjoegito, diperoleh hasil sebagai berikut :
a.
Pelanggan memberikan batasan tentang banyaknya volume air yang dimasukkan ke dalam ruang pencucian untuk 3 (tiga) kondisi volume cucian, yaitu : low, medium, danhigh. Selanjutnya, untuk menentukan perbandingan antara volume air dan volume
cucian perlu dilakukan percobaan.
b.
Durasi pencucian yang diminta tidak termasuk proses pemanasan air. Sedangkan suhu air yang digunakan untuk proses pencucian adalah 60 derajat selsius.c.
Jenis cucian dibedakan berdasarkan bahan atau material kain, yaitu : wool (selimut, handuk), katun (sprei), sutra (korden), lycra (pakaian), linen (sprei, bed cover). Oleh karena itu ketersediaan pilihan program pencucian harus mengakomodir jenis-jenis kain tersebut. Pelanggan meminta agar disediakan sebanyak 5 (lima) nomor program yang dapat diisi dengan parameter-parameter pencucian sesuai dengan jenis cucian.d.
Perlu dicantumkan waktu proses pencucian / time remaining washing process agar operator bisa dengan mudah memantau jalannya proses pencucian.e.
Disediakan tombol emergency stop untuk keamanan pengoperasian.f.
Jika terjadi putusnya sumber listrik atau mati listrik, maka proses pencucian harus dapat diteruskan tanpa harus memulai dari awal.g.
Selama proses pencucian tidak menggunakan detergen, melainkan menggunakan cairan kimia yang telah disediakan oleh PT. Aqualis Fabricare. Cairan kimia yang dipergunakan sejumlah 3 (tiga) jenis, penggunaannya disesuaikan dengan jenis kain. Pengaturan jenis cairan kimia dan besarnya volume yang dimasukkan dilakukan oleh ahli cuci PT. Aqualis Fabricare.h.
Mesin cuci menggunakan 2 pintu, yaitu pintu samping untuk memasukkan pakaian kotor dan pintu depan untuk mengambil pakaian yang sudah tercuci bersih. Tujuan dari 2 pintu tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi kotoran kepada pakaian yang sudah di cuci bersih.(40)
Urutan gerakan sequence mesin cuci berikut penggunaan air, cairan kimia, putaran ruang cuci, arah putaran, dan durasi tiap proses dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Urutan Proses Mesin Cuci. [3].
No Proses
Water in valve Water out valve Water level Kimia 1 Kimia 2 Kimia 3 Putaran (rpm) Arah
Putaran Durasi
1
Pre wash
1 ON OFF 1 OFF OFF OFF 50 CW/CCW
s.d. level 1 tercapai +
optional Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
2
Pre wash
2 ON OFF 1 ON OFF OFF 50 CW/CCW
s.d. level 1 tercapai +
optional Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
3
Main
wash 1 ON OFF optional OFF ON OFF 50 CW/CCW
s.d. level 3 tercapai + optional
Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
4
Main
wash 2 ON OFF optional OFF ON OFF 50 CW/CCW
s.d. level 3 tercapai +
optional Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
5
Rinse 1 ON OFF optional OFF OFF OFF 50 CW/CCW s.d. level 3 tercapai + optional
Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
6
Rinse 2 ON OFF optional OFF OFF OFF 50 CW/CCW s.d. level 3 tercapai + optional
Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
7
Final
rinse ON OFF 1 OFF OFF ON 50 CW/CCW
s.d. level 2 tercapai +
optional Drain OFF ON OFF OFF OFF OFF 50 CW optional
150 CW optional
8 Extract OFF ON OFF OFF OFF OFF
50 CW optional
150 CW optional
700 CW optional
Penjelasan masing-masing proses sebagai berikut :
a. Pra pencucian / pre wash
Pra pencucian atau pre wash adalah sebuah proses tahap awal untuk melarutkan kotoran yang melekat pada kain. Pra pencucian dilakukan 2 (dua) kali. Pra pencucian yang pertama adalah gerakan mencuci dengan air, sedangkan pra pencucian yang kedua
(41)
adalah gerakan mencuci dengan air ditambah dengan cairan kimia 1. Gerakan mencuci ialah gerakan berputarnya ruang pencucian secara bolak-balik (CW dan CCW) dengan putaran tertentu dan dalam periode tertentu. Proses pra pencucian diakhiri dengan gerakan pemerasan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air dan cairan kimia yang tertinggal di cucian.
b. Pencucian utama / main wash
Pencucian utama atau main wash adalah sebuah proses mencuci yang sesungguhnya. Dalam prosesnya, air dan cairan kimia 2 dimasukkan ke dalam ruang pencucian, kemudian dilanjutkan dengan gerakan mencuci. Proses main wash diakhiri dengan gerakan pemerasan. Siklus proses main wash dilakukan 2 (kali), sehingga terdapat main
wash pertama dan main wash kedua.
c. Pembilasan / rinse
Pembilasan atau rinse adalah proses melepaskan kotoran dan sisa cairan kimia dari cucian. Proses yang dilakukan dalam rinse diawali dengan masuknya air ke dalam ruang pencucian, kemudian dilanjutkan dengan berputarnya ruang pencucian secara bolak-balik (CW dan CCW) dengan putaran tertentu dan dalam periode tertentu. Proses rinse diakhiri dengan gerakan pemerasan. Siklus proses rinse dilakukan 2 (kali), sehingga terdapat proses rinse pertama dan rinse kedua.
d. Pembilasan akhir / final rinse
Pembilasan akhir atau final rinse adalah proses membilas cucian dengan cairan kimia yang berfungsi sebagai pelembut kain. Proses yang dilakukan adalah masuknya air dan cairan kimia 3, kemudian ruang pencucian berputar beberapa saat agar cairan kimia 3 dapat tercampur dengan baik ke dalam cucian.
e. Pemerasan / extract
Pemerasan atau extract adalah proses memeras cucian agar terjadi pelepasan air dari kain. Prosesnya diawali dengan berputarnya ruang pencucian dengan putaran tertentu selama beberapa saat agar beban kain tersebar merata di sekeliling ruang pencucian. Kemudian gerakan dilanjutkan dengan berputarnya ruang pencucian pada putaran dan periode tertentu sampai dengan kadar air di dalam cucian berkurang.
f. Drain / pembuangan air. Drain atau pembuangan air adalah proses mengeluarkan air
dari ruang cuci. Seluruh jenis proses kecuali proses extract / pemerasan selalu diakhiri dengan proses drain / pembuangan air. Proses ini disertai dengan gerakan berputarnya ruang pencucian.
(42)
Pada kolom water level (Tabel 3.1.), yang dimaksud dengan optional ialah pilihan level ketinggian air yang disesuaikan dengan banyaknya kain yang akan dicuci. Jika kain yang akan dicuci dalam jumlah sedikit, maka operator dapat menggunakan level 1. Jika kain yang akan dicuci dalam jumlah sedang, maka operator dapat menggunakan level 2. Jika kain yang akan dicuci dalam jumlah besar, maka operator menggunakan level 3. Sedangkan pada kolom durasi, yang dimaksud dengan optional ialah durasi pada proses terkait dimungkinkan untuk diatur sesuai dengan kebutuhan. Bagian-bagian yang dimungkinkan untuk dilakukan pengaturan ini nantinya disebut sebagai parameter proses. Parameter proses ini nantinya disimpan ke dalam 5 (lima) program yang disediakan.
3.2.
Modifikasi Teknis Mesin Cuci
Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur PT Aqualis Fabricare, Bapak Teddy Tjoegito, maka mesin cuci yang ada dilengkapi dengan sistem pemanas, chemical dispenser, sensor level air, PLC dan HMI. Blok diagram sistem dapat ditunjukkan dalam gambar 3.1
SISTEM MEKANIK HIGH LEVEL SENSOR MED LEVEL SENSOR LOW LEVEL SENSOR INVERTER MOTOR WATER IN VALVE WATER OUT VALVE THERMO CONTROL ELECTRIC HEATER SOLENOID LOCK DISP. CHEM.1 DISP. CHEM.2 PLC HMI
DC Power Supply Input 220VAC Output 24 VDC
POWER SUPPLY 220 VAC / 1 Phase / 50 HZ
EMERGENCY STOP
LS lock
LS Unlock
Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem
Dalam satu sistem besar mesin cuci Penulis pokok bahasan tugas akhir dapat dilihat pada blok diagram di dalam garis putus-putus, yang sesuai dengan batasan masalah tugas
(43)
akhir ini. Berikut penjelasan dari blok diagram sistem yang menjadi pokok bahasan tugas akhir ini.
1.
Termokontrol digunakan untuk mengatur dan memberi inputan ke sistem tentang suhu air, ttermokontrol mengatur kapan pemanas hidup dan mati serta daya yang diberikan ke pemanas2.
Emergency stop berfungi sebagai penghenti seluruh sistem jika diaktifkan3.
Inverter merupakan rangkaian perantara dan pengatur untuk mengaktifkan motor induksi tiga fasa4.
Motor sebagai penggerak putaran mesin5.
Chemical Dispenser untuk memasukkan sabun cair ke dalam mesin cuci, chemical dispenser ada 3 buah penggunaannya disesuaikan dengan jenis kain. Pengaturan jeniscairan kimia dan besarnya volume yang dimasukkan dilakukan oleh ahli cuci PT. Aqualis Fabricare.
6.
Limit switch berfungsi sebangai sensor pengontrol posisi pintu. Pintu mesin cuci perludiketahui posisinya apakah dalam keadaan terbuka atau dalam keadaan tertutup.
7.
Solenoid lock berfungi untuk mengunci pritu mesin cuci sehingga tidak dapat dibukadalam keadaan bekerja.
8.
Solenoid water valve untuk memasukkan dan mengeluarkan air ke dalam mesin cuci9.
Water level berfungsi sebagai pemberi input PLC tentang ketinggian air3.3.
Perancangan Mekanik
Rancangan mesin cuci mengunakan material sheet metal dengan perpaduan stainless
steel dan metal yang dilapisi powder coating. Gambar 3.2. mengilustrasikan rancangan
mesin cuci yang sedang dikerjakan penulis, dimensi luar mesin cuci rancangan adalah 1096mm x 1042mm x 1653mm. Gambar 3.3. mengilustrasikan modifikasi yang dilakukan yaitu dengan menambahkan pintu samping, sistem pemanas, 3 buah level sensor, 2 buah
(44)
Gambar 3.2. Dimensi Mesin Cuci
Gambar 3.3. Rancangan Mesin Cuci Tampak Belakang Keterangan Gambar 3.3.
1. Pintu samping 2. Tabung mesin Cuci 3. Valve air masuk 4. Pemanas / Heater 5. Level Sensor
6. Valve drain / pembuangan
8 2
7 4
5 3
6 1
(45)
7. Motor penggerak 8. Chemical Dispenser
3.4.
Perancangan Hardware
Perancangan rangangkaian pengawatan dibagai menjadi tiga bagian besar yaitu rangkaian daya tiga fasa, rangkaian daya kontrol, sensor dan aktuator dan rangkaian signal input output PLC.
3.4.1.
Rangkaian Daya 3 Fasa
R1 S1 T1 E
CC2 F R
Main Swit ch
CC 2
Y5 Y4 R0 S0 T0
E
MCB1
R S T N
380VAC 3 PHASE
R1 S1 T1 N
M
B CR1 BRK1 BRK23 Phase Motor Induction 220/380VAC 50Hz 13,87/8,03A Power : 3,7 KW HP : 5 Pole : 4 Rpm : 1440 Rpm IP : 55
- + MCB 5 SSR 3 Phase R1 S1 T1 R10 S10 T10
Water Heater 2000W / 220VAC
R10
S10
T10
Water Heater 2000W / 220VAC
Water Heater 2000W / 220VAC
R S T U V W CR2 + OUT -OUT + OUT1 Thermocont rol MCB 5 SSR 3 Phase R1 S1 T1 R10 S10 T10
Water Heater 2000W / 220VAC
R10
S10
T10
Water Heater 2000W / 220VAC
Water Heater 2000W / 220VAC
R S T U V W CR2 + OUT -OUT + OUT1 Thermocontrol MCB 2 Inverter TOSHIBA VF-S15 L1 L2 L3 U V W
S1 S2 S3
MC1 OL R1 S1 T1 U V W R10 S10 T10 R11 S11 T11
Y10 Y11 Y12 R100 N100 MCB 4 MCB 3 MCB 4 MCB 3
(46)
Rangkaian daya 3 fasa merupakan rangkaian utama untuk sumber tegangan sistem, sebagai sumber penggerak motor dan pemanas seperti terlihat dalam diagram rancangan pengawatan gambar 3.4. diatas.
3.4.2.
Rangkaian Daya Kontrol, Sensor dan Aktuator
Rangkaian membutuhkan Power Supply untuk mengaktifkan sistem. Tegangan masukan yang dibutuhkan adalah 220 VAC. PLC dan HMI membutuhkan tegangan 24 VDC, dan inverter menggunakan tegangan sumber 220 VAC dapat dilihat pada diagram rencana pengawatan 3.5. dibawah ini.
R1 N
R1 N
DCPS Input 220VAC Output 5VDC
5VDC
0VDC
MC 2 Master On
Thermocontrol
Chemical Dispenser 2
Chemical Dispenser 1
DCPS Input 220VAC Output 24VDC
24VDC
0VDC G
PLC
HMI
INVERTER
Valve Inlet CR
Valve Outlet CR
Solenoid CR
G 24VDC 0VDC
5VDC 0VDC
(47)
3.4.3.
Rangkaian Signal Output Input PLC
Rangkaian signal input merupakan rangkaian masukan dari sensor kepada PLC, rangkaian input tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.6. dan gambar 3.7.
Proximity Sensor 1
Input X0-X17
S/S Box Operation
X0 Emergency Stop
X1 Overload Alarm
-X4
-X5
LS Front Door Close X6
LS Front Door Lock X7
Reach Temperature X10
-X11
LS Side Door Close X12
X13
X14
Medium Water Level
X15
High Water Level
X16 24V X17 0V -24V 0V EMG OL M Wlev LS1 LS2 Zerro Pos
Low Water Level
L Wlev
H Wlev
-X2
X3
Proximity Sensor 2
Thc
(48)
Input X20-X27 S/S Box Operation
X20
-X21
-X22 X23 X24 X25 X26 X27
24V 0V
24V 0V
(49)
Rangkaian sinyal output merupakan rangkaian keluaran PLC kepada aktuator dan inverter, rangkaian output tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.8. dan gambar 3.9.
Ouput Y0-Y13
Com 0 Y0 Lampu Run Indicator
Com 1 Y1 Com 2
Break Y2
Lampu Error Indicator
Y3 Com 3
Y4
-Y5 Y6 Y7 Com 4
Y10 Y11 Y12 Y13
-R100 N100
Speed 3 Speed 2 Speed 1
-Motor CCW
Motor CW
F
R
S1
S2
S3 CR1
(50)
Output Y14-Y27
Com 5 Y14 Buzzer
Y15 Heater
Y16 Y17 Com 6
Y20 Y21 Y22 Y23 Y24 Y25 Y26 Y27 Input Water 1
Drain
Lock Door
R100 N100
Pump 2
Pump 2
Open Door -Chemical 1 Chemical 2 Input Water 2
Motor Run Input Water 3
Drain Valve
Door Open
Door Lock Inlet Valve
Inlet Valve
Inlet Valve
Gambar 3.9. Diagram Pengawatan Output PLC
3.5.
Pengujian dan Analisa sistem
Modifikasi teknis mesin cuci dalam tugas akhir ini dipersiapakan untuk dapat diintergrasikan dengan PLC controller. Tugas akhir ini dapat dinyatakan berhasil bila
(51)
spesifikasi teknis serta kinerja dari sensor dan aktuator sesuai dengan kebutuhan dari PLC. Alat-alat yang akan digunakan untuk pengujian atara lain:
1. Multitester 2. Termometer
3. Tachometer
4. Tang Arus
5. Stopwatch
6. Gelas ukur
Berikut cara pengujian kinerja sensor dan aktuator serta alat uji yang digunakan
3.5.1.
On-Off Input PLC
Sensor dalam sistem mesin cuci ini dapat dibaca oleh PLC dan dinyatakan ON apabila mempunyai tegangan keluaran sebesar 24V DC dengan toleransi + 20% dan -30% dengan besaran arus 7mA atau lebih. Sehingga toleransi tegangan input pada PLC adalah sebagai berikut:
Batas tegangan atas = 24V DC + 24 * 20% V DC = 24V DC + 4,8V DC
= 28,8V DC
Batas tegangan bawah = 24V DC – 24 * 30% V DC = 24V DC – 7,2V DC
= 16,8V DC
Jadi range tegangan yang dibutuhkan sebagai masukan dari PLC adalah 16,8 – 28,8V DC Cara pengukuran tegangan masukan dan keluaran PLC adalah mengunakan alat multitester dengan cara diparalel terhadap keluaran dari sensor dan switch yang diintegrasikan seperti terlihat dalam gambar 3.10. sedangkan cara pengukuran arus dengan cara menserikan multitester tersebut dengan sensor dan switch yang akan diukur seperti terlihat dalam gambar 3.11. atau dengan menggunakan tang arus seperti terlihat pada gambar 3.12.
(52)
Gambar 3.10. Pengukuran Tegangan
Gambar 3.11. Pengukuran Arus
Gambar 3.12. Pengukuran Arus Dengan Tang Arus
Metoda ini akan dilakukan pada semua keluaran sensor dan juga semua masukan aktuator.
3.5.2.
Putaran Motor
Kebutuhan putaran motor akan diukur menggunakan tachometer. Pengujian putaran motor bertujuan untuk memberikan referensi pengaturan frekuensi inverter agar diperoleh
(53)
arah putaran motor dan kecepatan putaran drum yang sesuai dari kebutuhan sistem. Pengujian putaran dilakukan dengan mengubah parameter inverter, pemberian beban dan air sesuai dengan tiga level kecepatan dan tiga level ketinggian air sehingga akan diperoleh matrik data yang akan dianalisa lebih lanjut untuk kepentingan pemrograman PLC.
Gambar 3.13. Tachometer
3.5.3.
Karakteristik kontrol suhu
Penggunaan termokontrol dengan sistem kontrol On-Off hysterisis dibutuhkan dua batasan suhu agar kebutuhan sistem terjaga. Termokontrol yang digunakan secara karakteristik menyerupai sebuah saklar On-Off, sehingga pengujian yang akan dilakukan mengunakan metoda on-off input PLC (sub bab 3.5.1). Kebutuhan lebih lanjut adalah analsisa kebutuhan jumlah heater serta daya yang dibutuhkan heater terhadap waktu mencapai suhu yang dibutuhkan. Alat yang digunakan untuk pengujian karakteristik kontrol suhu antara lain: termometer, tang ampere dan stopwatch. Tujuannya adalah memberikan rekomendasi tentang jumlah heater yang efektif.
3.5.4.
Level Sensor
Level sensor yang digunakan mempuyai karakteristik menyerupai sebuah saklar On-Off, saklar akan ON apabila sensor diatur pada batas tekanan atas yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan volume air, sehingga pengujian yang akan dilakukan mengunakan metoda on-off input PLC (sub bab 3.5.1). Kinerja sensor diukur dengan membandingkan volume air yang dimasukkan kedalam tabung pencucian.
3.5.5.
Chemical Dispenser
Chemical dispenser berfungsi untuk menentukan jumlah chemical yang dibutuhkan
(54)
untuk memperoleh takaran yang diperlukan sistem. Pengetesan mengunakan stopwatch dan gelas ukur.
3.5.6.
Aktuator Solenoid valve
Solenoid valve merupakan kran dengan mekanisme elektronis, saat solenoid valve
dialiri listrik akan membuka kran sehingga aliran air dapat mengalir. Pengetesan dilakukan untuk mengetahui apakah valve terbuka sempurna saat dialiri listrik dan tertutup dengan sempurna saat aliran listrik diputus.
(55)
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai hasil realisasi serta pengamatan dari hasil modifikasi mesin cuci Primus 20 kg dengan mengunakan PLC dan HMI. Hasil pengamatan berupa pengujiaan fungsi mesin dan kesiapan sistem untuk diintergrasikan dengan pemograman PLC yang telah ada.
4.1.
Bentuk Fisik dan Pengawatan Mesin Cuci
4.1.1.
Bentuk Fisik Mesin Cuci Primus 20kg
Hasil proses modifikasi yang dilakukan terdapat beberapa perubahan yang mendasar yaitu loading kain kotor dari atas dan unloading kain bersih dari depan, perubahan tersebut mengakibatkan perubahan fisik dari mesin cuci serta penambahan komponen. Perubahan fisik yaitu penambahan pintu samping dan penambahan sensor Pintu. Perbandingan dari design sebelum dan realisasinya ditunjukkan pada gambar 4.1. dan gambar 4.2.
(56)
Gambar 4.2 Perbandingan Rancangan Pintu Samping
Peletakan komponen-komponen modifikasi berupa sensor pintu dan aktuator, HMI,
thermocontrol, HMI, emergency switch dan lampu indikator. Mesin cuci pada bagian depan
ditunjukkan pada gambar 4.3. Sensor pintu dan solenoid membentuk sistem penguncian dan keamanan sehingga kerusakan dan kecelakaan dapat diminimalisir. Sistem penguncian ditunjukkan pada gambar 4.4
Gambar 4.3 Letak Sensor dan aktuator pintu Sensor Pintu Samping
Sensor Pintu Depan HMI
Lampu indikator
Emergency Switch Buzzer
Thermocontrol
Lampu indikator
(57)
Gambar 4.4. Sistem Pengunci Pintu Depan
Pada bagian belakang merupakan peletakan kotak kontrol utama, motor Induksi beserta
break-nya, solenoid valve air masuk dan keluar, water heater dan thermocouple
Gambar 4.5. Bentuk Fisik Mesin Cuci Bagian Belakang
Kontrol utama Tabung luar Air Masuk
Heater
Drain
Motor Induksi dan break
Over Flow
Solenoid Door Open
LS Lock Door
Plat Pengaman
Tuas Pengunci
Solenoid Door Lock
LS Close Door
Sensor Home Posisi
(58)
Kotak kontrol utama terdiri dari komponen inverter, MCB, TOR, kontaktor, kontak relai, PLC dan power supplay. Tata letak pada kotak control utama dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6. Kotak Kontrol Utama Keterangan gambar 4.6.
1. Inverter
2. MCB heater 3. MCB Inverter
4. MCB Box Operation
5. TOR
6. Kontaktor Motor Induksi 7. Kontaktor Box Operation 8. PLC
9. Kontak Relay Break 10. Kontak Relay Heater 11. Power supplay 24VDC
4.1.2.
Cara Penggunaan Alat
Untuk mengoperasikan Mesin Cuci saat awal perlu dilakukan tiga tahapan yaitu: 1. Persiapan
Pada pengoperasian awal Mesin cuci perlu dilakukan instalasi air ke 3 valve air masuk dan instalasi kelistrikan 3 fasa. Tanam kaki-kaki mesin dengan angkur ke lantai.
8
1 2 3 4 5 6 7
9 10
(59)
Lakukan pengecekan terhadap sambungan 3 fasa agar putaran motor sesuai dengan putaran sistem. Siapkan sistem drainase agar air pembuangan dapat mengalir pada selokan pembuangan. Siapkan 2 jenis chemical sesuai kebutuhan pencucian pada pompa hisap. Lakukan pemeriksaan ulang terhadap air, listrik, kaki-kaki, drainase dan chemical setelah dipastian baik berarti mesin cuci siap dijalankan.
2. Manual
Pastikan pintu depan dan pintu samping tertutup dengan kencang. Hidupkan mesin cuci dengan memutar Main switch pada posisi 1 agar daya listrik masuk ke sistem. Tekan
Operation Push Button warna hijau pada deretan lampu indikator. Tunggu sampai layar HMI
menyala seperti gambar 4.7.
Gambar 4.7. Tampilan Awal HMI
Lepas emergency stop button, kemudian Pilih pada layar HMI pada manual sehingga tampilan HMI akan terlihat seperti gambar 4.8.
Gambar 4.8. Tampilan HMI Manual
Mode manual dapat dijalankan dengan fungsi sebagai berikut:
(60)
Pilihan ini digunakan untuk peninjauan kecepatan dan arah putaran tabung, SP1 untuk washing speed 30 rpm, SP2 untuk pre spinning 150 rpm dan SP3 untuk
spinning 250 rpm. Chemical
Chemical digunakan untuk mempersiapkan chemical agar siap masuk ke dalam
tabung
Water In
Water in digunkan untuk peninjaunan fungsi water valve in dan level sensor. Level
1 untuk cucian kering dibawah 7 kg, level 2 untuk cucian kering antara 7 sampai dengan 14 kg dan level 3 untuk cucian kering antara 14 kg sampai dengan 20 kg.
Drain
Digunakan untuk membuka valve drain sehingga mengeluarkan air dalam tabung, sebelum peninjauan fungsi water level drain harus dipilih pada posisi close.
Door
Door digunakan untuk membuka dan menutup pengunci pintu depan. Home Position
Pilihan ini digunakan untuk menepatkan pintu samping dalam tabung sejajar dengan posisi pintu samping mesin cuci sehingga pintu dalam tabung pada posisi yang dapat dibuka.
3. Automatis dengan program sequent
Untuk menjalankan mode automatis posisi tabung harus dalam home position dilakukan dengan memilih Program pada layar HMI. Pakaian kotor dimasukkan dari pintu samping, kemuadian pintu samping ditutup rapat setelah itu mesin cuci siap dijalankan secara automatis. Saat di jalankan secara umum sequent program adalah sebagai berikut:
a. Pra pencucian / pre wash
Proses pra pencucian diawali dengan pengisisan air dan dipanaskan sampai dengan suhu
preset dari thermocontrol. Pra pencucian dilakukan 2 (dua) kali. Pra pencucian yang
pertama adalah gerakan mencuci dengan air, sedangkan pra pencucian yang kedua adalah gerakan mencuci dengan air ditambah dengan cairan kimia 1. Gerakan mencuci ialah gerakan berputarnya ruang pencucian secara bolak-balik (CW dan CCW) dengan putaran tertentu dan dalam periode tertentu. dan diakhiri dengan gerakan pemerasan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air dan cairan kimia yang tertinggal di cucian.
(61)
b. Pencucian utama / main wash
Pencucian utama atau main wash adalah sebuah proses mencuci yang sesungguhnya. Dalam prosesnya, air dan cairan kimia 2 dimasukkan ke dalam ruang pencucian, kemudian dilanjutkan dengan gerakan mencuci. Proses main wash diakhiri dengan gerakan pemerasan. Siklus proses main wash dilakukan 2 (kali), sehingga terdapat main
wash pertama dan main wash kedua.
c. Pembilasan / rinse
Pembilasan atau rinse adalah proses melepaskan kotoran dan sisa cairan kimia dari cucian. Proses yang dilakukan dalam rinse diawali dengan masuknya air ke dalam ruang pencucian, kemudian dilanjutkan dengan berputarnya ruang pencucian secara bolak-balik (CW dan CCW) dengan putaran tertentu dan dalam periode tertentu. Proses rinse diakhiri dengan gerakan pemerasan. Siklus proses rinse dilakukan 2 (kali), sehingga terdapat proses rinse pertama dan rinse kedua.
d. Pembilasan akhir / final rinse
Pembilasan akhir atau final rinse adalah proses membilas cucian dengan cairan kimia yang berfungsi sebagai pelembut kain. Proses yang dilakukan adalah masuknya air dan cairan kimia 3, kemudian ruang pencucian berputar beberapa saat agar cairan kimia 3 dapat tercampur dengan baik ke dalam cucian.
e. Pemerasan / extract
Pemerasan atau extract adalah proses memeras cucian agar terjadi pelepasan air dari kain. Prosesnya diawali dengan berputarnya ruang pencucian dengan putaran tertentu selama beberapa saat agar beban kain tersebar merata di sekeliling ruang pencucian. Kemudian gerakan dilanjutkan dengan berputarnya ruang pencucian pada putaran dan periode tertentu sampai dengan kadar air di dalam cucian berkurang.
f. Drain / pembuangan air.
Drain atau pembuangan air adalah proses mengeluarkan air dari ruang cuci. Seluruh
jenis proses kecuali proses extract / pemerasan selalu diakhiri dengan proses drain / pembuangan air. Proses ini disertai dengan gerakan berputarnya ruang pencucian. Selanjutnya ruang pencucian akan berputar pelan untuk memposisikan pintu samping pada home position. Setelah tercapai motor akan terkunci oleh break selanjutnya solenoid pengunci akan melepaskan kuncian sehingga pintu depan akan mudah dibuka. Pakaian bersih sudah dapat diambil dari pintu depan.
(62)
Dengan proses penggunaan mesin cuci secara manual ataupun automatis dan secara percobaan yang dilakukan menegaskan bahwa penambahan pintu samping tidak mempengaruhi fungsi sehingga dapat disimpulkan bahwa modifikasi fisik berhasil 100%.
4.2.
Pengujian Sistem
Pengujian sistem Mesin Cuci dilakukan dengan menjalankan secara manual dan automatis sehingga fungsi komponen PLC, HMI, sensor dan aktuator dapat diamati.
4.2.1. Input Output PLC
Modifikasi dan pengawatan mesin cuci primus 20kg dinyatakan berhasil jika input dan output PLC sesuai dengan spesifikasi range dari PLC. Hasil pengukuran input / output PLC dapat dilihat pada table 4.1 dan table 4.2
Table 4.1 Tegangan Input PLC
No Input PLC Tegangan
masukan Sensor 16,8 – 28,8 VDC
1 X0 Emergency switch 24 V DC OK
2 X1 Overload 23,85 V DC OK
3 X2 Home posisi 20,88 V DC OK
4 X4 Low water level 24,13 V DC OK
5 X5 Medium water level 24,13 V DC OK
6 X6 High water level 24,13 V DC OK
7 X12 Reach temperature 24,13 V DC OK
8 X14 Ls front door close 20,88 V DC OK
9 X15 Ls front door lock 20,88 V DC OK
10 X16 Ls side door close 20,88 V DC OK
Table 4.2 Tegangan Output PLC
No Ouput PLC Tegangan
keluaran output
<30 V DC atau <240 V AC
1 Y0 Lampu run indicator 228,9 V AC OK
2 Y1 Lampu error indicator 228,4 V AC OK
3 Y2 Break 232,1 V AC OK
4 Y4 Motor CW 23,7 V DC OK
(63)
Tabel 4.2 (Lanjutan) Tegangan Output PLC
No Ouput PLC Tegangan
keluaran output
<30 V DC atau <240 V AC
6 Y10 Speed 1 23,7 V DC OK
7 Y11 Speed 2 23,7 V DC OK
8 Y12 Speed 3 23,7 V DC OK
9 Y14 Buzzer 232,1 V AC OK
10 Y15 Heater 233,2 V AC OK
11 Y17 Input water 3 233,2 V AC OK
12 Y20 Input water 1 232,8 V AC OK
13 Y21 Input water 2 232,6 V AC OK
14 Y22 Drain 233,1 V AC OK
15 Y23 Chemical 1 233,1 V AC OK
16 Y24 Chemical 2 232,8 V AC OK
17 Y26 Solenoid open door 232,8 V AC OK
18 Y27 Solenoid lock door 232,6 V AC OK
Berdasar pada tabel 4.1. semua keluaran sensor untuk kebutuhan input PLC diantara batasan tegangan input minimal dan maksimal yang diijinkan. Tegangan masukan sensor diukur saat sensor bekerja. Dan berdasar pada table 4.2. output dari PLC berada dibawah batas tegangan atas baik tegangan DC maupun tegangan AC. Tegangan keluaran output diukur pada daya masukan ke output ataupun aktuator. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasian input – output PLC adalah 100%.
4.2.2. Diagram Pengawatan
Selama proses modifikasi susunan pengawatan mengalami perubahan, dari rancangan sebelumnya.
Perubahan pada wiring diagram daya 3 fasa yaitu penambahan jumlah pemanas menjadi 6 buah agar kecepatan pemanasan air meningkat. Diagram pengawatan daya ditunjukkan pada lampiran 4.a.
Diagram pengawatan untuk Power Supplay mengalami perubahan yaitu penambahan indikator lampu, switching serta input untuk solenoid valve karena solenoid valve mengunakan daya 220V. Power Supplay Wiring diagram yang baru ditunjukkan pada lampiran 4.b.
(1)
Lampiran 4b
HDI 210915
-R S T N
R1 S1 T1 N
380VAC 3 PHASE
PLC FX3G-40M Mitsubishi MCB6 4A Power On/Off
BO
CR0
PL1 Power On
PL2 PL Error
MC 2 Master On
R1 R2 R3
N
N R3
R5
Sub Title Remarks
chk val rev
Title
ATMI-Solo
dwg no page
name/date
name/date
ELECTRIC DIAGRAM
dwn
name/date
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
| | | | | | | | | | |
P
O
N
M
L
K
J
H
G
F
E
D
C
B
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 OF 6
Thermocont rol
Chemical Dispenser 2
Chemical Dispenser 1
CR7
CR8
Valve Water 1
CR4
Valve Water 2
CR5
Valve Water 3
CR3
Solenoid Door
CR10
Valve Drain
CR6
Solenoid Door
CR11
DCPS Input 220VAC Output 24VDC
0VDC 24VDC
HMI Omron NB5Q-TW00B
24VDC
0VDC R100
N100 R100
R100 N100
N100
Washing Machine PRIMUS 20kg
R4
EMG
R100 N100
R100 N100
R100 N100 R100 N100 R100 N100 R100 N100
Power Supplay Wiring Diagram
(2)
Lampiran 4c
HDI 210915
-Sub Title Remarks
chk val rev
Title
ATMI-Solo
dwg no page
name/date
name/date
ELECTRIC DIAGRAM
dwn
name/date
Washing Machine PRIMUS 20kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
| | | | | | | | | | |
P
O
N
M
L
K
J
H
G
F
E
D
C
B
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 OF 6
Proximity Sensor 1
Input X0-X17
S/S Box Operation
X0 Emergency Stop
X1 Overload Alarm
-X4
-X5
LS Front Door Close X6
LS Front Door Lock X7
Reach Temperature X10
-X11
LS Side Door Close X12
X13 X14
Medium Water Level
X15
High Water Level
X16
24V
X17
0V
-24V 0V
EMG
OL
M Wlev
LS1
LS2
Zerro Pos
Low Water Level
L Wlev
H Wlev
-X2 X3
Proximity Sensor 2
Thc
Diagram Pengawatan Input PLC
(3)
Lampiran 4d
HDI 210915
-Sub Title Remarks
chk val rev
Title
ATMI-Solo
dwg no page
name/date
name/date
ELECTRIC DIAGRAM
dwn
name/date
Washing Machine PRIMUS 20kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
| | | | | | | | | | |
P
O
N
M
L
K
J
H
G
F
E
D
C
B
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 OF 6
Input X20-X27
S/S Box Operation
X20
-X21
-X22 X23 X24 X25 X26 X27
24V 0V
24V 0V
-Diagram Pengawatan Input PLC
(4)
Lampiran 4e
HDI 210915
-Sub Title Remarks
chk val rev
Title
ATMI-Solo
dwg no page
name/date
name/date
ELECTRIC DIAGRAM
dwn
name/date
Washing Machine PRIMUS 20kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
| | | | | | | | | | |
P
O
N
M
L
K
J
H
G
F
E
D
C
B
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 OF 6
Ouput Y0-Y13
Com 0 Y0 Lampu Run Indicator
Com 1 Y1 Com 2
Break Y2
Lampu Error Indicator
Y3 Com 3
Y4
-Y5 Y6 Y7 Com 4
Y10 Y11 Y12 Y13
-R100 N100
Speed 3 Speed 2 Speed 1
-Motor CCW
Motor CW
CC Inverter
R Inverter
S1 Inverter
S2 Inverter
S3 Inverter
CR2
F Inverter
Diagram Pengawatan Output PLC
(5)
Lampiran 4f
HDI 210915
-Sub Title Remarks
chk val rev
Title
ATMI-Solo
dwg no page
name/date
name/date
ELECTRIC DIAGRAM
dwn
name/date
Washing Machine PRIMUS 20kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
| | | | | | | | | | |
P
O
N
M
L
K
J
H
G
F
E
D
C
B
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 OF 6
Output Y14-Y27
Com 5 Y14 Buzzer
Y15 Heater
Y16 Y17 Com 6
Y20 Y21 Y22 Y23 Y24 Y25 Y26 Y27 Input Water 1
Drain
Lock Door
R100 N100
Open Door -Chemical 1 Chemical 2 Input Water 2
Motor Run Input Water 3
CR3 MC1 CR1 Buzzer
CR4 CR5
CR6
CR7
CR8
CR9
CR10
CR11
Diagram Pengawatan Output PLC
(6)