KORELASI ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN MANTRIJERON, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

KORELASI ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI

SE-KECAMATAN MANTRIJERON, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Cahyo Adi Kurniawan NIM 11108241147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

KORELASI ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI

SE-KECAMATAN MANTRIJERON, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Cahyo Adi Kurniawan NIM 11108241147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani” (Ki Hajar Dewantara)

“Jangan bilang tidak mampu ketika belum mencoba, percaya pada dirimu sendiri dan lakukan apa yang kamu bisa” (Penulis)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. orang tua,

2. agama, 3. tanah air dan


(8)

vii

KORELASI ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI

SE-KECAMATAN MANTRIJERON, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

Cahyo Adi Kurniawan NIM 11108241147

ABSTRAK

Penelitian ini berdasarkan observasi yang dilatarbelakangi pentingnya dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah ex post facto. Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta yang telah diambil secara proposional random sampling dengan jumlah 132 siswa. Instrumen yang digunakan berupa skala. Uji validitas menggunakan uji validitas isi dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha. Adapun analisis data penelitian menggunakan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa r = 0,657, p < 0,05. Semakin tinggi dukungan sosial orang tua maka semakin tinggin motivasi belajar. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah motivasi belajar siswa.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Korelasi antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ridho Allah SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan PSD yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan Tugas Akhir Skripsi.

3. Bapak Sri Rochadi, M. Pd, Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Haryani, M. Pd, Dosen Pembimbing Skripsi 2 yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak P. Sarjiman, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan Tugas Akhir Skripsi

6. Seluruh dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali penulis dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

7. Kepala Sekolah SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Kedua orang tua dan adik, yang telah memberikan do’a, kasih sayang, dan motivasi.


(10)

(11)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Dukungan Sosial Orang Tua ... 7

1. Definisi Dukungan Sosial Orang Tua ... 7

2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial ... 8

3. Dampak dari Dukungan Sosial ... 12

4. Sumber Dukungan Sosial ... 13

B. Motivasi Belajar ... 15


(12)

xi

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 16

3. Teori tentang Motivasi Belajar ... 17

4. Jenis-Jenis Motivasi Belajar... 18

5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 22

6. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 25

7. Cara Memberikan Motivasi dalam Pembelajaran ... 27

C. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Kerangka Pikir ... 30

F. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi Penelitian ... 34

D. Sampel Penelitian ... 35

1. Sampel ... 35

2. Teknik Sampel ... 37

3. Ukuran Sampel ... 37

E. Variabel Penelitian ... 38

F. Metode Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Penelitian ... 40

1. Penyusunan Instrumen ... 40

2. Definisi Operasional ... 41

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 42

4. Uji Coba Instrumen ... 43

5. Uji Validitas dan Reabilitas ... 44

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 45

1. Validitas ... 45


(13)

xii

I. Teknik Analisis Data ... 48

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Linieritas ... 49

3. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 51

3. Deskripsi Data Penelitian ... 51

a. Dukungan Sosial Orang Tua ... 52

b. Motivasi Belajar ... 55

4. Uji Normalitas ... 58

5. Uji Linieritas ... 58

6. Uji Hipotesis ... 59

B. Pembahasan ... 60

C. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV di SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron 35

Tabel 2. Sampel di Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron ... 38

Tabel 3. Aspek dan Indikator Dukungan Sosial Orang Tua ... 42

Tabel 4. Aspek dan Indikator Motivasi Belajar ... 43

Tabel 5. Interpretasi Nilai r ... 45

Table 6. Hasil Uji Validitas Product Moment Dukungan Sosial Orang Tua ... 46

Table 7. Hasil Uji Validitas Product Moment Motivasi Belajar ... 47

Tabel 8. Rumus Pengkategorian Variabel ... 58

Tabel 9. Interpretasi Nilai r ... 50

Tabel 10. Skor Dukungan Sosial Orang Tua ... 52

Tabel 11. Perhitungan Klasifikasi Dukungan Sosial Orang tua ... 53

Tabel 12. Klasifikasi Dukungan Sosial Orang Tua ... 54

Tabel 13. Skor Motivasi Belajar ... 55

Tabel 14. Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar ... 56

Tabel 15. Klasifikasi Motivasi Belajar... 57

Tabel 16. Uji Normalitas ... 58


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 32

Gambar 2. Hubungan antara Variabel Bebas dan Terikat ... 39

Gambar 3. Histogram Skor Dukungan Sosial Orang Tua ... 53

Gambar 4. Histogram Klasifikasi Dukungan Sosial Orang Tua ... 54

Gambar 5. Histogram Skor Motivasi Belajar ... 56


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Uji Coba ... 68

Lampiran 2. Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 73

Lampiran 3. Perhitungan Validitas dan Reabilitas... 76

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 86

Lampiran 5. Skor Hasil Penelitian ... 90

Lampiran 6. Analisa Data Penelitian ... 102


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Motivasi dalam kegiatan belajar juga dikenal sebagai motivasi belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2007:21) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi sangat penting dalam dunia belajar. Dengan adanya motivasi siswa yang sedang belajar bisa mendapatkan sesuatu yang diingikannya seperti perubahan tingkah laku yang sudah dikehendakinya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi berkaitan dengan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar pula. Jadi siswa tersebut akan merasa senang dan tekun dalam kegiatan belajarnya.

Motivasi belajar yang dimiliki siswa akan terlihat pada kegiatan atau aktivitas yang dilakukannya sehari-hari. Ketika siswa dengan motivasi belajar yang tinggi kegiatan atau aktivitas yang dilakukan cenderung mengarah pada kebutuhan belajarnya, seperti membaca buku pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, dan ketika di dalam kelas akan memperhatikan guru. Namun berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, siswa tersebut menghindari kegiatan belajar dan memilih kegiatan yang disukainya.

Tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa akan mempengaruhi kegiatan belajar yang dilakukannya. Oemar Hamalik


(18)

2

(2011:108) berpendapat bahwa tinggi rendahnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Dari penjelasan tersebut bahwa motivasi belajar akan menentukan rajin tidaknya siswa dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin rajin dalam belajar, sedangkan semakin rendah motivasi belajar maka semakin malas dalam belajar.

Motivasi belajar siswa juga dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah lingkungan keluarga. Menurut Raymond dan Judith (2004:24) keluarga merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi motivasi belajar siswa. Dalam kondisi normal keluarga yang paling dekat dengan siswa adalah orang tua. Orang tua dalam kegiatan belajar siswa sebaiknya memberikan faslitas yang cukup, dan juga memberikan semangat kepadanya. Namun hal itu belum cukup, siswa juga membutuhkan kondisi belajar yang baik dan teladan dari orang tua agar dapat mendukung kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Dukungan dan bantuan yang diperoleh siswa dari orang tua termasuk dalam dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan sebuah bantuan, kepedulian, atau kesediaan individu yang diberikan kepada individu lainnya yang dapat berupa bantuan fisik atau psikologis seperti perasaan dicintai, dihargai, atau diterima (Sarason, McCuen, dan Pender dalam Tim Penulis Poltekes Depkes, 2010:124). Dukungan sosial orang tua diberikan agar siswa dapat terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhan siswa meliputi jasmaniah, kasih sayang, untuk memiliki dan aktualisasi diri (Maslow). Dengan terpenuhinya


(19)

3

kebutuhan tersebut maka motivasi dalam belajarnya dapat meningkat. Oleh karena itu dukungan sosial orang tua diperlukan dalam motivasi belajar siswa.

Dukungan sosial orang tua terdiri dari dukungan fisik dan dukungan psikologis. Dukungan fisik adalah dukungan yang diwujudkan dengan pemberian barang. Contoh,seorang siswa disediakan buku pelajaran oleh orang tua guna membantu kegiatan belajar. Dukungan psikologis adalah dukungan yang diwujudkan dengan meberikan informasi, kasih sayang, nasehat, dan rasa diterima. Contoh, seorang siswa diberikan nasehat dalam belajar. Kedua bentuk dukungan tersebut dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupannya.

Dukungan sosial orang tua yang diberikan haruslah positif dan tepat jika tidak dukungan tersebut akan berdampak negatif. Menurut Sarafino dan Smith (2012:57) menyebutkan beberapa dampak negatif dari dukungan sosial yaitu dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu, dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu, sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, dan terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Dari dampak yang dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa dukungan sosial orang tua harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Misalnya seorang siswa membutuhkan perlengkapan sekolah maka dukungan yang diberikan dengan menyediakan perlengkapan sekolah yang diperlukan siswa.


(20)

4

Berbagai persoalan tersebut, sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi di SD N Gedongkiwo terdapat permasalah tentang motivasi belajar siswa yaitu pada saat mata pelajaran IPS. Di saat guru menerangkan pelajaran IPS tentang peta terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru dan ramai sendiri sampai guru mengingatkan berkali-kali sampai siswa tenang dan memperhatikan guru. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dari awal pembelajaran IPS sampai akhir pembelajaran IPS dengan siswa yang berbeda-beda. Selanjutnya disaat guru dan siswa membahas 5 soal IPS yang diberikan oleh guru, tidak ada siswa yang bersedia menjawab dengan suka rela sehingga guru menunjuk siswa agar beredia menjawab pertanya dengan menuliskan di papan tulis. Adanya permasalahan tentang dukungan sosial orang tua yang didapat dari hasil wawancara dengan wali kelas IV yang menyatakan bahwa orang tua dalam membantu dalam proses belajar anak sangat kurang dan sebagian besar orang tua sibuk dengan pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas terdapat siswa yang memiliki motivasi yang rendah namun memiliki dukungan sosial orang tua yang tinggi. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Raymond dan Judith (2004:24) yang menyatakan bahwa dukungan orang tua dalam motivasi belajar siswa sangatlah penting dan orang tua juga mempengaruhi perkembangan motivasi belajar siswa dalam setiap tahap perkembangan. Maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik


(21)

5

untuk mengadakan penelitian tentang “Korelasi antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motavasi Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Ketika pembelajaran berlangung siswa yang tidak memperhatikan guru dan ramai sendiri sampai guru mengingatkan berkali-kali sampai siswa tenang dan memperhatikan guru.

2. Ketika membahas soal yang diberikan guru, tidak ada siswa yang bersedia menjawab dengan suka rela sehingga guru menunjuk siswa agar beredia menjawab pertanyaan.

3. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas IV yang menyatakan bahwa orang tua dalam membantu dalam proses belajar anak sangat kurang dan sebagian besar orang tua sibuk dengan pekerjaan.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang ada, serta keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti membatasi masalah pada hubungan dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut : “Adakah hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa”.


(22)

6 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa”.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai kajian bersama tentang korelasi antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa sehingga dapat dijadikan referensi dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi guru untuk lebih memperhatikan motivasi belajar siswa dan kondisi dukungan orang tua terhadap siswa serta mempertimbangkannya dalam pembelajaran. b. Manfaat bagi orang tua

Digunakan sebagai informasi bagi orang tua, orang tua harus memberikan dukungan sosial yang sebaik-baiknya agar meningkatkan motivasi belajar anaknya.

c. Manfaat bagi siswa.


(23)

7 BAB II KAJIAN TEORI A. Dukungan Sosial Orang Tua

1. Definisi Dukungan Sosial Orang Tua

Menurut Reber dan Reber (2010:909) dukungan sosial adalah “semua bentuk dukungan yang disediakan individu dan kelompok lain yang membantu seorang individu mengatasi hidup.” Dalam hal ini individu membantu individu lain dengan memberikan bantuan dalam bentuk dukungan. Menurut Sarason, McCuen dan Pander (Tim Penulis Poltekes Depkes, 2010:124) dukungan sosial merupakan sebuah bantuan, kepedulian, atau kesediaan individu yang diberikan kepada individu lainnya yang dapat berupa bantuan fisik atau psikologis seperti perasaan dicintai, dihargai, atau diterima.

Menurut Taylor (2006:199) dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi yang diberikan orang lain dalam bentuk rasa cinta atau kasih sayang, rasa perhatian, rasa hormat, rasa dihargai , dan rasa dibutuhkan oleh orang lain atau kelompok seperti orang tua, pasangan atau kekasih, tetangga, teman-teman, kelompok sosial atau agama dan juga hewan peliharaan yang setia. Rock (Nursalam dan Ninuk, 2007:138) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari sebuah ikatan sosial dalam masyarakat. Ikatan sosial terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi antar individu dalam lingkungan masyarakat. Fungsi dari dukungan sosial sendiri meliputi dukungan emosional yaitu


(24)

8

dorongan yang berasal dari ungkapan perasaan, dan memberi nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Nursalam dan Ninuk, 2007:138)

Dukungan sosial juga didefinisikan oleh Gottlieb (Nursalam dan Ninuk, 2007:139) yaitu dukungan yang terdiri dari informasi atau nasehat yang dapat berupa nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau kelompok sosial lainnya dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima dukungan tersebut.

Definisi orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia orang tua adalah “ayah dan ibu kandung atau orang yang di anggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb) orang-orang yang dihormati (disegani) dikampung atau tetua”. Menurut Syaiful (2004:29) orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga serta orang tua sebagai model yang harus ditiru dan diteladani.

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa dukungan sosial orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang berasal dari orang tua (ayah dan ibu) yang berupa bantuan material, informasi, nasehat, kasih sayang, rasa dibutuhkan orang lain dan hal tersebut akan membantu dari segi emosi dan perilaku bagi penerimanya. 2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial terutama dalam keluarga. Beberapa ahli membagi dukungan sosial ke


(25)

9

berbagai macam jenis. Menurut House (Nursalam dan Ninuk 2007:138) membedakan dukungan sosial menjadi empat jenis yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan ini berupa ekspresi yang ditimbulkan melalui perasaan positif yang berwujud rasa empati, rasa peduli dan rasa perhatian perhatian terhadap orang lain.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat, penghargaan atau penilaian positif untuk individu, dan pemberian dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, serta perbandingan yang positif antara pemberi dukungan dengan penerima dukungan. Pada dukungan ini mengutamakan penerimaan individu apaadanya.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental dapat disebut juga sebagai dukungan langsung yaitu suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung contoh memberikan sebuah pinjaman uang kepada orang yang sedang membutuhkan, dan memberikan pekerjaan kepada orang yang sedang mencari pekerjaan.

d. Dukungan Informatif

Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran, petunjuk, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu.


(26)

10

Menurut Jacobson (Nursalam dan Ninuk, 2007:139) membagi dukungan sosial menjadi 3 jenis yaitu :

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional (Emotional support) merupakan bentuk dukungan yang muncul dari emosi atau perasaan seseorang. Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk rasa nyaman, rasa dihargai, rasa dicintai, dan rasa diperhatikan.

b. Dukungan kognitif

Dukungan kognitif (Cognitive support) dapat diartikan sebagai dukungan yang diberikan untuk kepentingan pengetahuan seseorang dan dukungan tersebut meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat. c. Dukungan material

Dukungan material (Material support) adalah dukungan yang diberikan kepada orang lain dalam bentuk material. Dalam hal ini material yang dimaksud adalah bantuan/pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah.

Menurut Sheridan & Radmacher, Sarafino dan Taylor (Namora Lumonga Lubis, 2009:159)

a. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan kepada individu dalam bentuk penyediaan materi yang dapat diberikan secara langsung. Materi disini tidak hanya berupa barang namun juga dapat


(27)

11

berbentuk jasa contohnya yaitu seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan, serta pelayanan.

b. Dukungan informasional

Dukungan informasional merupakan dukungan yang dapat diwujudkan dalam pemberian informasi, saran dan umpan balik dari suatu situasi atau keadaan individu.

c. Dukungan emosional

Dukungan ini adalah wujud dari dukungan yang berasal dari perasaan seseorang terhadap orang lain. Bentuk dalam dukungan ini membuat seseorang memeliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan dan dicintai oleh orang yang memberikan dukungan oleh sebab itu masalah yang sedang dihadapi oleh penerima dukungan dapat diselesaikan dengan baik.

d. Dukungan pada harga diri

Dukungan pada harga diri yaitu bentuk dukungan yang diberikan untuk meningkatkan atau memunculkan harga diri seseorang. Bentuk dukungan ini diwujudkan dalam pemberian penghargaan diri pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.

e. Dukungan dari kelompok sosial

Dukungan ini merupakan dukungan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut merasa menjadi anggota atau bagian dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial


(28)

12

dengannya. Dalam dukungan ini wujud dari solidaritas antar sesama individu dalam sebuah kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas bahwa bentuk dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan emosional dari orang tua berupa memperhatikan kegiatan kegiatan yang dilakukan siswa, orang tua memberikan penghargaan kepada siswa dan orang tua meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa, dukungan kognitif dari orang tua berupa memberikan nasehat kepada siswa, orang tua memberikan informasi kepada siswa, dan orang tua memberikan pengetahuan kepada anak ,dan dukungan material dari orang tua berupa menyediakan perlengkapan, peralatan, uang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar.

3. Dampak dari Dukungan Sosial

Menurut Smet (1994:135) dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Individu yang menerima dukungan sosial akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima dukungan sosial. Kim dkk (2015:2) juga menjelaskan ”… strong social support from family members, friends, or relatives has potensial to positively influence their health information-seeking behavior and improve health outcomes.”

Namun dukungan sosial juga memiliki dampak negatif, Sarafino dan Smith (2012:57) menyebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :


(29)

13

a. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

b. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

c. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

d. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dampak adanya dukungan sosial meliputi dampak positif dan juga negatif. Dampak tersebut dapat mempengaruhi penerima dukungan sosial.

4. Sumber Dukungan Sosial

Menurut Taylor (2006:204) menjelakan bahwa berbeda jenis dukungan sosial maka bebeda pula sumber dukungan itu berasal dan dukungan sosial harus berasal dari orang yang tepat karena jika dukungan didapat dari orang yang salah maka dukungan itu tidak akan membantu atau bahkan ditolak. Taylor memnyebutkan setidaknya terdapat 3 sumber yaitu dari sahabat atau pasangan, teman, dan keluarga. Menurut Hallahan (Freida, 2011:174) dukungan sosial ini dapat berasal dari keluarga besar,


(30)

14

kelompok agama atau spiritualis, teman, tetangga dan kelompok sosial lainnya.

Menurut Karoly (Tim Penulis Poltekes Depkes, 2010:124) dukungan sosial dapat berasal dari 4 sumber yaitu:

a. Dukungan keluarga yaitu dukungan yang bersumber dari hubungan perkawinan seperti dukungan dari orang tua.

b. Dukungan teman sebaya yaitu dukungan yang berasal dari teman dekat.

c. Dukungan religius yaitu dukungan dari keikutsertaan dalam suatu tempat keagamaan seperti anggota dalam pengajian.

d. Dukungan keanggotaan pada kelompok formal atau informal yang ada di masyarakat. Seperti dukungan dari kelompok kerja atau yg lainya.

Menurut Rook dan Dooeley (Tim Penulis Poltekes Depkes, 2010:124) bahwa dukungan sosial dapat bersumber artifisial dan natural. a. Artifisial yaitu dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer

seseorang, seperti bantuan bencana alam.

b. Natural yaitu dukungan yang bersifat alami, apa adanya, sesuai dengan norma dan terbebas dari beban psikologis

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial berasal dari berbagai tempat yaitu teman, keluarga, kelompok sosial, kelompok religius, kelompok formal dan


(31)

15

kelompok informal. Dukungan sosial juga dapat ditentukan dari asal sumbernya yaitu atifisial dan natural.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Purwa Atmaja Prawira (2013:320) motivasi belajar adalah segala sesuatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kegiatan belajar dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Sardiman (2007:75) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada pada diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar serta menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.

Raymond dan Judith (2004:11) juga menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2010:23) motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar diri siswa (eksternal) yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dalam penelitian ini adalah seluruh daya penggerak dalam sebuah upaya untuk meningkatkan kegiatan belajar yang berupa dorongan internal dan eksternal serta nilai dengan tujuan tertentu.


(32)

16

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi belajar

Menurut Raymond dan Judith (2004:24) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.

a. Budaya, latar budaya yang dimiliki setiap individu berbeda. Dengan ragam budaya tersebut setiap orang memiiki motivasi belajar yang berbeda-beda pula. Nilai yang terkandung dalam kebudayaan masing-masing telah terikat dalam pengetahuan pada diri seseorang. Nilai tersebut disebar luaskan melewati pengaruh agama, mitos, dan dongeng-dongeng dari kebudayaannya, undang-undang politik untuk pendidikan, status dan gaji guru, serta harapan-harapan dan peran yang berasal dari orang tua. Kebudayaan juga menentukan penghargaan apa yang harus dicari dan diharapkan bagi murid-murid yang sedang belajar. Contoh, kebudayaan jepang menempatkan suatu nilai yang tinggi atas keberhasilan pendidikan.

b. Keluarga, keluarga adalah tempat pertama kali seseorang berinterkasi dalam kehidupan. Di dalam keluarga terdapat orang tua yang sebagai faktor penting dalam kehidupan seseorang anak. Orang tua juga memberi pengaruh utama dalam motivasi belajar anak, serta merupakan guru pertama dan paling penting serta terlibat langsung dalam kehidupan anak. Dukungan orang tua dalam motivasi belajar anak sangatlah penting dan orang tua juga mempengaruhi


(33)

17

perkembangan motivasi belajar anak dalam setiap tahap perkembangan.

c. Sekolah, keadaan sekolah dan kualitas sekolah menentukan motivasi belajar anak. Di dalam sekolah guru sangat berperan penting dalam memotivasi anak. Kualitas guru merupakan fakor yang mempengaruhi motivasi belajar anak.

d. Anak, kondisi anak merupakan faktor utama dalam perkembangan motivasi belajar. Fisik, mental, perilaku dan spiritual yang ada dalam anak sangatlah menentukan motivasi yang dimiliki oleh anak tersebut.

3. Teori tentang Motivasi Belajar

Adapun teori motivasi yang disampaikan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut.

a. Teori Insting

Teori ini dijelaskan oleh Sadirman (2007:82) bahwa setiap tindakan diri manusia dianggap sama dengan binatang. Tindakan manusia tersebut berkaitan dengan insting atau pembawaan, sehingga dalam merespon kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari.

b. Teori Fisiologis

Menurut penjelasan dari Sadirman (2007:82) teori ini beranggapan bahwa semua tindakan manusia itu berdasar pada usaha untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan fisik. Dari teori ini lah


(34)

18

muncul perjuangan hidup dan perjuangan untuk mempertahankan hidup.

c. Teori Kebutuhan Maslow

Berdasarkan penjelasan Hamzah B. Uno (2007:40) teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya untuk memenuhi kebutuhan. Jika kebutuhan terpenuhi maka mereka akan memenuhi kebutuhan lainya yang memilki tingkat lebih tinggi. Adapun tingkatan kebutuhan yang dimaksud adalah 1) kebutuhan fisiologis,

2) kebutuhan akan rasa aman,

3) kebutuhan akan cinta atau kebutuhan sosial, 4) kebutuhan akan penghargaan, dan

5) kebutuhan aktualisasi diri.

Dari beberapa teori di atas peneliti memilih teori kebutuhan Maslow karena motivasi di dalam teori tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan. Dengan terpenuhinya satu kebutuhan maka akan meningkat pula motivasi untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

4. Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Motivasi belajar memiliki bermacam-macam jenis yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan dilihat dari berbagai sudut pandang. Dilihat dari pendekatan kebutuhan Abraham H. Maslow (Oemar Hamalik 2011:108) membagi motivasi menjadi 4 jenis yaitu :


(35)

19

Dalam hal ini meliputi : sandang, pangan dan papan . b. Kebutuhan keamanan

Kebutuhan ini meliputi keamanan batin maupun keamanan barang atau benda

c. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial yang terdiri dari kebutuhan perasaan untuk diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan berprestasi, dan kebutuhan perasaan berpartisipasi.

d. Kebutuhan berprestise

Kebutuhan berprestise yakni kebutuhan yang erat hubungannya dengan status seseorang, sebagai contoh pangkat dalam sebuah jabatan.

Dilihat dari pendekatan fungsional menurut Oemar Hamalik (2011:110) membaginya menjadi 3 jenis yang meliputi :

a. Penggerak adalah sebagai tenaga akan tetapi tidak terarah seperti mesin pada motor yang berjalan tanpa pengemudi.

b. Harapan adalah keyakinan sementara bahwa suatu hasil akan diperoleh setelah dilakukannya suatu tindakan tertentu.

c. Insentif adalah objek tujuan yang aktual.

Dilihat dari pendekatan deskriptif menurut Oemar Hamalik (2011:112) bahwa motivasi adalah stimulus control yang artinya dengan adanya motivasi maka akan berfungsi sebagai pengendali tingkah laku


(36)

20

manusia dalam kehidupanya. Jadi manusia akan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Dilihat dari dasar pembentukannya menurut Sadirman (2007:86) terdapat 2 macam motivasi yaitu :

a. Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi tersebut muncul tanpa dipelajari. Contoh dorongan untuk makan.

b. Motif-motif yang dipelajari adalah motif yang muncul karena faktor belajar. Contoh dorongan utuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Menurut Frandsen (Sadirman 2007:87) juga membagi motivasi menjadi 3 macam yaitu :

a. Motif Kognitif

Menyangkut kepuasan individual. Kepuasan tersebut berada dalam diri manusia dan biasannya berwujud proses dan produk mental. b. Aktualisasi Diri

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Hal tersebut membuat inidividu menginginkan untuk aktualisasi diri.

c. Peningkatan Diri

Bahwa setiap individu menginginkan kemajuan dan peningkatan dalam dirinya salah satunya melalui aktualisasi dan pengembangan kompetensi.

Menurut Woodworth dan Marquis (Sadirman 2007:88) a. Motif atau kebutuhan organis, makan, minum, dan tidur.


(37)

21

b. Motif-motif darurat, motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar contohnya menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu.

c. Motif-motif objektif, motif yang muncul karena dorongan menghadapi dunia luar seperti kebutuhan melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi dan untuk menaruh minat.

Motivasi jasmani dan rohaniah menurut Sadirman (2007:88)

a. Motivasi jasmani, motivasi yang ada pada tubuh individu seperti reflek, insting otomatis, dan nafsu.

b. Motivasi rohaniah, kemauan yang timbul dalam diri individu. Kemauan dapat terbentuk karena adanya empat momen yaitu momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik Sadirman (2007:89)

a. Motivasi intrisnsik adalah motif yang muncul atau berfungsinya tanpa adanya rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang muuncul dan berfungsinya karena terdapat rangsangan dari luar. Contoh seseorang rajin belajar karena ada ujian.

Untuk memperjelas pendapat di atas dikemukakan dimensi dan indikator motivasi berdasarkan teori motivasi belajar dari Good & Brophy (I Gusti Ngurah Puger, 2012:147) sebagai berikut:


(38)

22

a. dimensi intrinsik dengan indikatornya: dorongan untuk terilibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, dorongan untuk mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran, dorongan untuk belajar secara mandiri, dan

b. dimensi ekstrinsik dengan indikatornya dorongan untuk menghindari hukuman guru dan orang tua, dorongan untuk mendapatkan pujian dari guru dan orang tua, dorongan untuk menyenangi hati orang tua, dorongan untuk mendapatkan nilai yang bagus dan dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman.

Dari beberapa macam jenis dalam motivasi belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa jenis motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik. 5. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Kenneth H. Hoover (Oemar Hamalik, 2007:114) membagi prinsip motivasi menjadi 17 yaitu :

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Dengan adanya pujian individu akan merasa senang dan lebih antusias dalam bertidak dibanding dengan hukuman yang akan berakibat ketidak mauan atau putus asa dalam diri individu.

b. Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Di dalam diri siswa setidaknya ada kebutuhan psikologis seperti kasih sayang yang harus dapat terpenuhi.


(39)

23

c. Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi dari luar. Motivasi yang datangnya dari dalam siswa sendiri akan berakibat lebih baik dibanding mendapat motivasi dari luar seperti nasihat.

d. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement). Tingkah laku yang sudah tepat dengan tujuan yang ingin dicapai harus lebih ditingkatkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Ketika seorang siswa rajin dan mendapatkan nilai yang bagus maka terdapat siswa lain yang juga ingin sama dengan siswa tersebut, oleh karena itu motivasi dapat menular atau menjalar dari individu satu dengan yang lainnya. f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi belajar. Pejelasan yang belum jelas dari guru akan mendapat timbal balik dari siswanya yang berupa pertanyaan. Ketika siswa sedang termotivasi belajar maka hal yang belum jelas atau diketahui tersebut akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar. Artinya bahwa tugas yang ingin dikerjakan oleh siswa sendiri akan lebih diutamakan pengerjaannya dibanding dengan tugas yang dipaksakan oleh guru atau yang lainya.


(40)

24

h. Ganjaran yang berasal dari luar juga diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Contohnya adanya hadiah dari guru atau orang tua ketika anak dapat menyelesaikan tugas dengan baik. i. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi sangat efektif

untuk memelihara minat siswa. Dalam hal ini tergantung oleh guru di kelas yaitu metode guru dalam mengajar. Semakin bermacam-macam metode maka semakin tinggi minat anak dalam belajar.

j. Minat khusus yang dimilki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran. Ketika terdapat anak yang menyukai olah raga maka anak tersebut akan tekun dan ulet pada pelajaran tersebut.

k. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan. Pada dasarnya tingkat IQ setiap anak berbeda-beda sehingga berakibat pada motivasi belajar.

l. Kecemasan dan frustasi yang lemah juga dapat membantu siswa belajar lebih baik. Hal ini diakibatkan dengan lemahnya suatu kecemasan akan mudah dapat diatasi sehingga dapat membantu dalam belajar siswa itu sendiri.

m. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan menggangu kegiatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain.


(41)

25

n. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustrasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni pebuatan tidak wajar (misalnya : mencontoh).

o. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dikarenakan kondisi psikologi siswa yang berbeda-beda dan juga ladasan budaya yang berbeda pula.

p. Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa. Ditunjukan lebih banyaknya anak belajar kelompok dari pada belajar sendiri.

q. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas. Motivasi yang tinggi berakibat kreativitas yang tinggi pula. Hal tersebut dikarenkan tingkat fokus dan dorongan yang muncul ada pada diri siswa.

6. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut Fudyartanto (Oemar Hamalik, 2013:320) menerangkan bahwa motivasi belajar memiliki beberapa fungsi yaitu :

a. Motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu, yang dimaksudkan adalah motivasi bertugas sebagai kontrol dalam tingkah laku seseorang sesuai tujuan yang ingin dicapainya hal ini termasuk dalam belajar. Contoh, anak hanya belajar matematika karena ingin memenangkan lomba olimpiade matematika.

b. Motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu, bahwa dengan adanya motivasi seseorang akan memilih-milih kegiatan atau aktivitas


(42)

26

apa yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan. Contoh, agar anak tersebut juara olimpiade matematika maka anak tersebut mengurangi kegiatan bermainnya dan menambah jam belajarnya. c. Motif memberi energi dan menahan tingkah laku individu, ketika

seseorang sedang termotivasi maka energi dalam tubuhnya akan meningkat dan bertahan lebih lama. Contoh, anak yang ingin menghadapi lomba olimpiade matematika tersebut tenaganya dalam belajar akan lebih banyak dan tahan lama, yang biasanya belajar hanya kuat 2 jam dalam sehari menjadi 5 jam dalam sehari.

Sedangkan menurut Sardiman (2007:85) setidaknya terdapat 3 fungsi motivasi belajar yang meliputi :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi berperan sebagai motor atau penggerak dan juga energi dalam setiap kegiatan. Dengan begitu yang ada usaha dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni motivasi membuat tindakan atau tingkah laku menjadi terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikan tingkahlaku individu akan terfokus pada tujuan-tujuan yang sudah dirumuskannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni memilih tindakan atau tingkahlaku yang sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. Adanya tujuan yang sudah ditentukan maka tindakan yang dapat berpengaruh positif terhadap tujuannya akan diutamakan, sedangkan yang tidak berpengaruh atau berpengaruh negatif akan dihindari.


(43)

27

d. Sebagai pendorong usaha dan pecapaian prestasi, dengan adanya motivasi individu akan melakukan usaha yang lebih berguna dapat mencapai prestasi yang diinginkannya.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 fungsi dalam motivasi belajar yaitu : motivasi sebagai pengarah atau penentu dalam berbuat atau tingkahlaku, motivasi sebagai seleksi dalam melakukan perbuatan atau bertingkahlaku, dan motivasi sebagai pendorong dan energi dalam berbuat atau bertingkah laku.

7. Cara memberikan motivasi dalam pembelajaran.

Menurut Eva (2012:185) menyebutkan bahwa terdapat cara-cara memberikan motivasi dalam pembelajaran yaitu :

a. Dengan menggunakan pujian (praise) dan celaan (blame).

b. Dengan menggunakan sistem hadiah (reward) dan hukuman (punishments).

c. Dengan memperhatikan tingkat aspirasi siswa. d. Menciptakan suasana kompetitif.

e. Menciptakan sarana umpan balik (feedback). f. Dengan mengenalkan hal-hal baru (novelty). g. Menghindari cara dan suasana menegangkan. h. Menetapkan target/tujuan (goal setting).

i. Memperlihatkan perilaku bermotivasi (motivated behavior) melalui model.


(44)

28 k. Mempertahankan rasa ingin tahu.

l. Penyajian pelajaran dengan model yang menarik dan bervariasi. m. Menggunakan permainan dan simulasi.

n. Harapan yang jelas (clear expectations).

C. Karateristik Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia Sekolah Dasar yaitu usia antara 6 tahun sampai 12 tahun. Secara umum karakteristik Usia Sekolah Dasar menurut Desmita (2012:35) yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Namun juga terdapat karekteristik khusus yang terdapat pada anak usia Sekolah Dasar menurut Desmita (2012:74) yaitu:

1. Perkembangan fisik

Anak pada usia Sekolah Dasar mengalami peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya dan mengalami masa pubertas ketika sudah memasuki umur 10 tahun ke atas.

2. Perkembangan motorik

Pada perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik sehingga sudah dapat ikut dalam permainan-permainan dalam pembelajaran.

3. Perkembangan kognitif

Pada masa ini menurut Piaget perkembangan kognitif anak-anak usia Sekolah Dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional yaitu


(45)

29

di mana mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya.

4. Perkembangan konsep diri

Menurut santrock (Desmita, 2012:174)

a. Karakterisitk internal memahami dirinya melalui melihat pada dirinya sendiri dibanding pengaruh dari luar.

b. Karakteristik aspek-aspek sosial menjadikan kelompok sosial sebagai acuan.

c. Karakteristik perbandingan sosial anak cenderung membedakan dirinya dengan orang lain.

5. Perkembangan hubungan dengan keluarga

Pada perkembangan hubungan dengan keluarga karakteristik yang menganggap orang tua sebagai teladan dan kontrol orang tua akan berkurang karena berkurangnya waktu bertemu juga berkurang. Dukungan yang dibutuhkan anak juga tinggi karena untuk menghadapi dunia yang baru.

6. Perkembangan Spiritual

Dalam perkembangan spiritual anak dapat mengambil makna dan nilai dari tradisi masyarakat, seperti kebiaasaan masyarakat, agama yang dianut masyarakat.

D. Peneitian yang Relevan

Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang berjudul Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Self‐Directed Learning pada Siswa


(46)

30

SMA Negeri 1 Medan tahun 2010 oleh Ade Riza Rahma Rambe. Hasil penelitian menunjukan adanya ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dan self-directed learning.

Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan undian.Jumlah sampel sebanyak 195 siswa.Teknik pengumpulan datanya menggunakan angket. Dari hasil penelitian ini, dukungan sosial orang tua mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap self-directed learning dengan indeks korelasi sebesar 0,477.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti variabel X yang sama yaitu dukungan sosial orang tua, namun dalam penelitian ini dihubungkan dengan variabel Y yang berbeda yaitu motivasi belajar. Perbedaan juga terletak pada subjek yang dipakai dalam penelitian ini subyeknya adalah siswa SD sedangkan penelitian tersebut subyeknya adalah siswa SMA.

E. Kerangka Pikir

Motivasi belajar merupakan penggerak dalam sebuah upaya untuk meningkatkan kegiatan belajar. Motivasi belajar mendorong siswa untuk mampu bertindak, fokus, dan memilih kegiatan yang sesuai dengan kegiatan belajarnya. Tindakan yang dilakukan siswa tersebut menurut teori kebutuhan Maslow (Hamzah B. Uno, 2007:40) dianggapan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta atau kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.


(47)

Kebutuhan-31

kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa.

Motivasi belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik, salah satu faktor ekstrinsik adalah keluarga. Dalam sebuah keluarga terdapat orang tua yang berperan sebagai pendukung dan membantu anaknya dalam meningkatkan motivasi belajar. Dukungan atau bantuan bantuan yang diperoleh anak disebut dengan dukungan sosial orang tua. Menurut Raymond dan Judith (2004:24) bahwa dukungan orang tua sangatlah penting dan orang tua juga mempengaruhi perkembangan motivasi. Dukungan sosial orang tua yang diberikan pada siswa meliputi 3 aspek, yaitu dukungan emosional dari orang tua berupa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa, memberikan penghargaan kepada siswa dan meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa, sedangkan dukungan kognitif dari orang tua berupa memberikan nasehat kepada siswa, memberikan informasi kepada siswa, dan memberikan pengetahuan kepada siswa, sedangkan dukungan material dari orang tua berupa menyediakan perlengkapan, peralatan, uang, dan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar. Aspek-aspek dukungan sosial orang tua tersebut merupakan kebutuhan yang dimiliki siswa. Kebutuhan siswa termasuk dalam tingkat kebutuhan yang dijelaskan oleh Maslow, sehingga perlu dipenuhi agar dapat menunjang motivasi dalam belajar siswa. Adanya dukungan sosial orang tua yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Namun dengan dukungan sosial yang kurang maka anak akan memiliki motivasi belajar yang rendah.


(48)

32

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin melihat korelasi antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki dukungan sosial orang tua yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan siswa yang mempunyai dukungan sosial yang rendah juga akan memiliki motivasi belajar yang rendah. Berikut ini adalah gambar kerangka pikir korelasi dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar.

Gambar 1. Skema kerangka pikir F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: “Terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa”.

Dukungan Sosial Orang

Tua

Motivasi Belajar


(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sugiyono (2007:13) berpendapat bahwa jenis data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistika. Suharisimi Arikunto (2006:12) juga berpendapat bahwa penelitian kuantitatif dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, dan penampilan dari hasilnya. Kesimpulan dari penelitian tersebut lebih baik jika disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, dan tampilan lainnya.

Jenis penelitian kuantitatif ini didesain dengan menggunakan jenis pendekatan korelasi. Menurut Gay (Sukardi, 2003:166) menjelaskan bahwa penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian ex post facto. Ex post facto adalah penelitian dengan melakukan penyelidikan secara empiris, di mana peneliti tidak mempuyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas dikarenakan fenomenanya sukar dimanipulasi (Syofian, 2014:11).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta. SD Negeri yang terletak di Kecamatan


(50)

34

Mantrijeron berjumlah 6, yaitu: SD Negeri Gedongkiwo, SD Negeri Suryodiningratan I, SD Negeri Suryodiningratan II, SD Negeri Suryodiningratan III, SD Negeri Suryowijayan, dan SD Negeri Minggiran.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai November 2015.

C. Populasi Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Suharsimi Arikunto (2006:130) juga menjelaskan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berada di SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron, yang terdiri dari 6 SD Negeri. Jumlah siswa yang berada di SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron berjumlah 201 siswa. Berikut rincian populasi siswa di SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron.


(51)

35

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV di SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Negeri Gedongkiwo 46 Siswa

2 SD Negeri Suryodiningratan I 17 Siswa

3 SD Negeri Suryodiningratan II 21 Siswa

4 SD Negeri Suryodiningratan III 66 Siswa

5 SD Negeri Suryowijayan 19 Siswa

6 SD Negeri Minggiran 32 Siswa

Jumlah total 201Siswa

Pada penelitian ini juga menggunakan sampel karena menurut Suharsimi Arikunto (2006:134) sebagai berikut:

Dalam menentukan sampel apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar diambil antara 10%–15% atau 20%–25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih besar.

Maka peneliti menggunakan sampel dengan pertimbangan jumlah populasi yang lebih dari 100 yaitu 201. Hal tersebut sesuai dengan kutipan diatas.

D. Sampel Penelitian 1. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Hal tersebut sejalan dengan Suharsimi Arikunto (2006:13) sebagian atau yang mewakili populasi yang diteliti.


(52)

36

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi dibutuhkan rumus untuk menghitungnya. Rumus yang dipakai dalam peneltian ini adalah rumus yang dikemukakan oleh Krejcie dan Morgan.

�= X

2NP (1P)

d2 N1 + X2P (1P)

S = jumlah sampel N = jumlah populasi P = proporsi populasi (0,5) d = derajat ketelitian (0,05)

X2 = nilai table X2 (3,84), yaitu berasal dari nilai confidence interval 95% (1,96).

(Erwan dan Diah, 2007:42)

Maka jumlah sampel dari populasi penelitian ini adalah :

�= (1,96)

2 201 (0,5)(0,5)

(0,05)2 200 + (1,96)2 (0,5)(0,5) �= 193,04

1,4604

�= 132,18 dibulatkan menjadi 132

Jadi, dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 132 dari 201 siswa yang ada di SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron.


(53)

37 2. Teknik Sampel

Teknik sampel menurut Sugiyono (2010:118-119) adalah teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel. Sampel tersebut juga dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

a. Probability sampling yang melputi random sampling, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random

b. Non-probability sampling yang meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Dalam peneltian ini teknik sampel yang digunakan adalah proportionate random sampling. Random sampling menurut Erwan dan Dyah (2007) adalah sampel yang diambil secara acak ataupun random dari semua populasi. Proportionate adalah jumlah sampel yang diambil dari setiap kelompok sesuai dengan proporsi ukuranya.

3. Ukuran Sampel

Ukuran sampel dalam penelitian dapat ditentukan dengan membagi jumlah siswa setiap kelas dengan populasi kemudian dikalikan dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan dengan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan.

46

201X 132 = 30,20 dibulatkan menjadi 30 17


(54)

38 19

201X 132 = 12,58 dibulatkan menjadi 13 66

201X 132 = 43,34 dibulatkan menjadi 43 21

201X 132 = 13,79 dibulatkan menjadi 14 32

201X 132 = 21,01 dibulatkan menjadi 21

Jadi jumlah sampel menjadi 132.

Jadi pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya menjadi lebih atau sama dengan jumlah sampel. Menurut Sugiyono (2010:131) sampel yang lebih akan lebih aman dari pada kurang dari sampel yang sudah ditentukan. Berikut sampel yang sudah ditentukan pada Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Mantrijeron.

Tabel 2. Sampel di kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron

No Nama Sekolah Jumlah Sampel (siswa)

1 SD Negeri Gedongkiwo 30 Siswa

2 SD Negeri Suryodiningratan I 11 Siswa

3 SD Negeri Suryodiningratan II 13 Siswa

4 SD Negeri Suryodiningratan III 43 Siswa

5 SD Negeri Suryowijayan 14 Siswa

6 SD Negeri Minggiran 21 Siswa

Jumlah total 132Siswa

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:


(55)

39

61). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118) variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus perhatian suatu penelitian.

Adapun macam-macam variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen) (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab dari perubahanya atau timbulnya pada variabel dependen (terikat). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat dari adanya variabel bebas.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, sedangkan variabel terikat adalah motivasi belajar. Berikut gambaran dari hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar.

r

Gambar 2. Hubungan antara Variabel Bebas dan Terikat Keterangan :

X =dukungan sosial orang tua Y = motivasi belajar

r = hubungan dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Suharsimi Arikunto (2006: 149) memiliki banyak jenis meliputi tes, angket atau kuisioner, wawancara, observasi, skala bertingkat (rating scale), dan dokumentasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala

Y

X


(56)

40

bertingkat dengan model skala yang memberikan empat pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorabel dan tidak favorabel.

G. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Instrumen menurut Sugiyono (2010: 148) mengatakan bahwa suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:149) mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam penelitian. Alat bantu tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk angket, daftar cek, pedoman wawancara, dan lembar pengamatan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala dukungan sosial orang tua dan motivsi belajar. Skala ini merupakan skala dengan empat pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah.Responden dapat memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan keadaan dirinya. Adapun skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut; selalu (4), sering (3), jarang (2), dan tidak pernah (1).

Dalam menyusun instrumen harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:166) menjelaskan


(57)

41

bahwa prosedur yang harus ditempuh dalam membuat instrumen yang baik, yaitu :

a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel.

b. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.

c. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.

d. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

e. Penganalisisan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran.

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik. 2. Definisi Operasional

a. Dukungan sosial Orang Tua

Dukungan sosial orang tua merupakan persepsi siswa tentang hal-hal yang terkait dengan dukungan yang berasal dari orang tua yang meliputi 3 aspek yaitu dukungan emosional berupa orang tua memperhatikan kegiatan kegiatan yang dilakukan siswa, orang tua memberikan penghargaan kepada siswa dan orang tua meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa, dukungan kognitif berupa orang tua memberikan nasehat kepada siswa, orang tua memberikan informasi kepada siswa, dan orang tua memberikan pengetahuan kepada anak ,dan dukungan material berupa orang tua menyediakan perlengkapan, peralatan, uang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar. Aspek-aspek tersebut akan membantu dari segi emosi dan perilaku bagi penerimanya.


(58)

42 b. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak dalam sebuah upaya untuk meningkatkan kegiatan belajar yang berupa dorongan intrinsik dan ekstrinsik untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Adapun kisi-kisi instrumen skala dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar siswa terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3. Aspek dan Indikator Dukungan Sosial Orang Tua

NO Aspek Indikator Jumlah

butir

Butir Nomor 1 Dukungan

emosional

a. Orang tua memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa

4 3, 6, 7, 8 b. Orang tua memberikan

penghargaan kepada siswa

3 1, 2

c. Orang tua meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa

1 5

2 Dukungan kognitif

a. Orang tua memberikan nasehat kepada siswa

1 9,

b. Orang tua memberikan informasi kepada siswa

4 10, 11, 12 13 c. Orang tua memberikan

pengetahuan kepada anak

3 14, 15

16 3 Dukungan

material

a. Orang tua menyediakan tempat dan perlengkapan belajar

3 17, 19, 20

b. Orang tua menyediakan peralatan belajar,

1 18

c. Orang tau memberikan uang atau barang untuk kebutuhan belajar

2 21, 22

d. Orang tua menyediakan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar


(59)

43

Tabel 4. Aspek dan Indikator Motivasi Belajar

No Aspek Indikator Jumlah

butir Butir Nomor

1 Intrinsik

a. Terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran, 4 1, 2, 3, 4

b. Mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran,

4 5, 6, 7, 8

c. Belajar secara mandiri 4 9, 10, 11, 12

2 Ektrinsik

a. Menghindari hukuman guru

dan orang tua 3 13, 14, 15

b. Ingin mendapatkan pujian

dari guru dan orang tua 2 16, 17

c. Ingin menyenangkan hati

orang tua, 2 18, 19

d. Ingin mendapatkan nilai yang

bagus 2 20, 21

e. Ingin mendapatkan

pengakuan dari teman-teman. 3 22, 23, 24

4. Uji Coba Instrumen

Syarat dalam sebuah penelitian instrumen yang digunakan harus valid dan reliabel. Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu instrument maka diperlukan sebuah uji validitas. Jika instrument tersebut lolos dalam uji tersebut maka dapat dikatakan instrument tersebut memiliki validitas. Sebuah instrumen dikatakan reliabilitas apabila instrumen tersebut telah melewati uji reliabilitas. Penelitian ini melakukan uji coba instrumen terhadap 30 siswa kelas IV di SD N Gedongkiwo, SD N Suryodiningratan 1, SD N Suryodiningratan 2, dan SD N Suryowijayan yang terletak pada Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta. Ke 30 siswa tersebut tidak termasuk dalam sampel penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti.


(60)

44 5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan uraian di atas, setiap instrumen memang memerlukan pengujian validitas dan reliabilitas.

a. Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat valid tidaknya sesuatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid mempunyai tingkat validitas yang rendah. Sugiyono (2010:177) menjelaskan bahwa terdapat 3 cara dalam melakukan uji validitas suatu instrumen, yaitu:

1) pengujian validitas konstruk (construct validity), yaitu cara menguji validitas instrumen dengan menanyakan pada pendapat ahli (experts judgment).

2) pengujian validitas isi (content validity), yaitu cara menguji validitas dengan membandingkan intrumen dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan, dan

3) pengujian validitas eksternal, yaitu cara menguji validitas dengan membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Dalam penelitian ini uji validitas instrument yang digunakan adalah validitas konstruk. Pada penelitian ini instrumen dikonsultasikan dengan ahli selaku dosen pembimbing. Apabila ahli


(61)

45

sepakat bahwa instrumen dinyatakan relevan, maka instrumen tersebut layak digunakan dalam penelitian. Setelah melewati validitas konstruk maka instrumen perlu diuji cobakan dan dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment dari person dengan bantuan IBM SPSS Statistics 23.

b. Reliabilitas

Reliabilitas yaitu suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat dalam pengumpulan data (Suharsimi Arkunto, 2006:178). Dalam instrument penelitian selain valid juga harus reliabel. Penghitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan bantuan IBM SPSS Statisstics 23.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 276) menentukan derajat kehandalan dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut.

Tabel 5. Interpretasi Nilai r Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800-1,000 Tinggi Antara 0,600-0,800 Cukup Antara 0,400-0,600 Agak rendah Antara 0,200-0,400 Rendah Antara 0,000-0,200 Sangat rendah

H. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Validitas

Berdasarkan hasil expert judgment yang dilakukan oleh ahli selaku dosen pembimbing menghasilkan beberapa perbaikan instrumen diantaranya memperbaiki butir yang kurang operasional, pembenahan


(62)

46

butir yang tidak sesuai dengan SPOK, dan untuk memperhatikan favourable dan unfavourable.

Hasil uji coba dengan korelasi product moment yang telah peneliti lakukan bahwa skala dukungan sosial orang tua terdapat 3 butir pernyataan gugur dari 24 butir pernyataan (Lampiran 3 halaman 76). Berikut rinciannya;

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Product Moment Dukungan Sosial Orang Tua

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable

No Item Gugur 1 Dukungan

emosional

a. Orang tua

memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa

6, 7, 8 3

b. Orang tua memberikan penghargaan kepada siswa

1, 2, 4 1 4

c. Orang tua meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa

5

2 Dukungan kognitif

a. Orang tua memberikan nasehat kepada siswa

9, b. Orang tua memberikan

informasi kepada siswa

11, 12 13

10 c. Orang tua memberikan

pengetahuan kepada anak

14, 15 16 15

3 Dukungan material

a. Orang tua menyediakan tempat dan perlengkapan belajar

17, 19, 20 20

b. Orang tua menyediakan peralatan belajar,

18 c. Orang tau memberikan

uang atau barang untuk kebutuhan belajar

21, 22

d. Orang tua menyediakan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar


(63)

47

Sedangkan untuk skala motivasi belajar ditemukan bahwa terdapat 3 butir peryataan yang gugur dari 24 soal (Lampiran 3 halaman 81). Berikut rinciannya;

Table 7. Hasil Uji Validitas Product Moment Motivasi Belajar

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable

No Item gugur

1 Intrinsik

a. dorongan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran,

1, 2, 3, 4

b. dorongan untuk mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran,

6, 7, 8 5

c. dorongan untuk belajar secara mandiri

9, 10, 12 11

2 Ektrinsik

a. dorongan untuk menghindari hukuman guru dan orang tua

13, 14 15 15

b. dorongan untuk mendapatkan pujian dari gurudan orang tua

16, 17

c. dorongan untuk menyenangi hati orang tua,

18, 19

d. dorongan untuk mendapatkan nilai yang bagus

20 21 21

e. dorongan untuk mendapatkan

pengakuan dari teman-teman.

22, 23 24 24

Butir yang gugur dikarenakan indek yang didapat tidak mencapai 0,361. Hal ini dikarenakan

r

hitung >

r

tabel pada taraf signifikansi 5%


(64)

48 2. Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji coba dengan rumus Cronbach’s Alpha menunjukan bahwa instrumen dukungan sosial orang tua memiliki koefisien alpha sebesar 0,841. Sedangkan instrumen motivasi belajar memiliki koefisien alpha sebesar 0,802. Kedua instrumen tersebut termasuk dalam kategori tinggi sehingga kedua instrumen ini dinyatakan reliabel dan baik digunakan sebagai instrumen penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara statistik dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010:209). Setelah data tentang dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar diperoleh maka analisis data diawali dengan melakukan analisis dekriptif terlebih dahulu yaitu dengancara membuat tabel distribusi frekuensi untuk menggambarkan frekuensi masing-masing variabel dan mengkategorikan variabel ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun rumus pengkategorian tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 8. Rumus Pengakategorian Variabel

No Rumus Kategori

1 X < (µ− 1,0 ��) Rendah

2 (µ− 1,0 ��) ≤ X < (µ+ 1,0 �� Sedang

3 (µ+ 1,0 ��) ≤ X Tinggi


(65)

49

X = Jumlah skor yang diperoleh siswa � = Standar deviasi

µ = mean/ rerata

Dalam penelitian ini juga digunakan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data, dan uji linieritas untuk mengetahui kelinieran hubungan antar variabel bebas dan terikat.

1. Uji Normalitas

Menurut Andi Supangat (2010:307) uji normalitas yaitu membandingakan fakta yang diperoleh dengan fakta yang didasarkan dengan teori. Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 75) dalam penggunaan statistik parametris digunakan dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Sebagai gantinya digunakan teknik analisis statistik lain yang tidak harus berasumsi bahwa data berdistribusi normal yaitu statistik non parametris. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengolahan data untuk uji normalitas ini menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 23.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah suatu prosedur digunakan untuk mengetahui ada tidaknya linieritas suatu distribusi data peneltian (Tulus Winarsunu, 2006:180). Untuk menguji linieritas data dengan satu variabel bebas ini


(66)

50

yaitu dengan menentukan F hitung dan F table dengan kriteria F hitung >

Ftable maka berdisribusi linier sedangkan F hitung Ftable maka distribusi

tidak linier. Pengolahan data untuk uji linieritas ini menggunakan bantuan

IBM SPSS Statistics 23. 3. Uji Hipotesis

Kebenaran Sugiyono (2010:254) mengungkapkan bahwa untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan adalah dengan menggunakan teknik korelasi. Macam-macam teknik korelasi antara lain adalah: korelasi pearson product moment, korelasi Ratio, korelasi Spearmen Rank, korelasi Biserial, korelasi Point Biserial, dan korelasi Tetrachoric. Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment. Korelasi Product Moment yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara 2 buah variable yang sama-sama berjenis interval atau rasio (Tulus Winarsunu, 2006:68).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:276) untuk melakukan interpretasi hubungan berdasarkan nilai koefisien korelasi dapat ditentukan dengan tabel sebagai berikut.

Tabel 9. Interpretasi Nilai r Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800-1,000 Tinggi Antara 0,600-0,800 Cukup Antara 0,400-0,600 Agak rendah Antara 0,200-0,400 Rendah Antara 0,000-0,200 Sangat rendah


(67)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.Kecamatan Mantrijeron terletak di selatan kota Yogyakarta yang berbatasan dengan Kecamatan Ngampilan (Utara), Kecamatan Mergangsan (Timur) dan Kabupten Bantul (Barat dan Selatan). Adapun jumlah Sekolah Dasar Negeri yang terletak pada Kecamatan Mantrijeron berjumlah 6 sekolah dasar meliputi : SD Negeri Gedongkiwo, SD Negeri Suryodiningratan I, SD Negeri Suryodiningratan II, SD Negeri Suryodiningratan III, SD Negeri Suryowijayan, dan SD Negeri Minggiran.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta yang diambil secara propotional random sampling dari 6 SD. Adapun jumlah sampel yang diteliti yaitu 132 siswa dari jumlah populasi 201 siswa.

3. Deskripsi Data Penelitian

Adapun deskripsi data setiap variabel secara rinci dijelaskan sebagai berikut.


(68)

52 a. Dukungan Sosial Orang Tua

Data diperoleh dari skala dukungan sosial orang tua yang diberikan kepada subyek penelitian yang berjumlah 132 siswa. Jumlah butir skala dukungan sosial orang tua adalah 21 butir dengan 4 pilihan jawaban (selalu, sering, jarang, tidak pernah). Untuk penyekoran pernyataan positif yaitu selalu adalah 4, sering adalah 3, jarang adalah 2, dan tidak pernah adalah 1. Untuk penyekorang pernyataan negatif yaitu selalu adalah 1, sering adalah 2, jarang adalah 3, dan tidak pernah adalah 4. Setelah melakukan penyekoran maka dapat dilihat data setiap indikator dari dukungan sosial orang tua pada lampiran.5 halaman 88 sebagai berikut.

Tabel 10. Skor Dukungan Sosial Orang Tua

No Indikator Frekuensi Persentase

1 Orang tua memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa

1556 19.43%

2 Orang tua memberikan penghargaan kepada siswa

840 10.49%

3 Orang tua meluangkan waktu untuk bersama dengan siswa

370 4.62%

4 Orang tua memberikan nasehat kepada siswa

398 4.97%

5 Orang tua memberikan informasi kepada siswa

1554 19.41%

6 Orang tua memberikan pengetahuan kepada anak

757 9.45%

7 Orang tua menyediakan tempat dan perlengkapan belajar

732 9.14%

8 Orang tua menyediakan peralatan belajar,

315 3.93%

9 Orang tau memberikan uang atau barang untuk kebutuhan belajar

865 10.80%

10 Orang tua menyediakan jasa untuk memenuhi kebutuhan belajar


(69)

53

Berdasarkan tabel di atas maka data dukungan sosial orang tua dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut ini.

Gambar 3.Histogram Skor Dukungan Sosial Orang Tua Setelah data diolah menggunakan IBM SPSS Statistics 23 yang terdapat pada lampiran 6 halaman 102 diperoleh nilai mean sebesar 60,66, nilai modus 61, nilai median sebesar 61, dan nilai standar deviasi sebesar 7,605. Dari data tersebut dapat diklasifikasi distribusi frekuensi variabel dukungan sosial orang tua menggunakan rumus yang dijelaskan Saifudin Azwar (2014) pada Bab III halaman 48, berikut tabelnya.

Tabel 11. Perhitungan Klasifikasi Dukungan Sosial Orang Tua

No Perhitungan Kategori

1 X < (60,66 − 1,0 � 7,605) Rendah 2 (60,66 − 1,0 �7,605) ≤ X < (60,66 + 1,0 � 7,605) Sedang

3 (60,66 + 1,0 �7,605)≤ X Tinggi

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%


(70)

54

Berdasarkan tabel rumus di atas, maka data mengenai dukungan sosial orang tua dapat diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut.

Tabel 12. Klasifikasi Dukungan Sosial Orang Tua

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Rendah X < 53,055 25 19%

2 Sedang 53,055 ≤ X <67,265 79 59,8%

3 Tinggi 67,265 ≤ X 28 21,2%

Jumlah 132 100%

Berdasarkan dari data tabel di atas data dukungan sosial orang tua dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4. Histogram Klasifikasi Dukungan Sosial Orang Tua Berdasarkan tabel dan histogram di atas, dapat diketahui bahwa tingkat dukungan sosial orang tua siswa dalam kategori rendah dengan jumlah responden sebanyak 25 (19%), kategori sedang dengan jumlah responden sebanyak 79 (59,1%), dan kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 28 (21,9%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial orang tua siswa termasuk dalam

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0%

Rendah Sedang Tinggi


(71)

55

kategori sedang karena dalam tabel tersebut menunjukkan jumlah yang paling banyak.

b. Motivasi Belajar

Data diperoleh dari skala motivasi belajar yang diberikan kepada subyek penelitian yang berjumlah 132 siswa. Jumlah butir skala motivasi belajar adalah 21 butir dengan 4 pilihan jawaban (selalu, sering, jarang, tidak pernah). Untuk penyekoran pernyataan positif yaitu selalu adalah 4, sering adalah 3, jarang adalah 2, dan tidak pernah adalah 1. Untuk penyekorang pernyataan negatif yaitu selalu adalah 1, sering adalah 2, jarang adalah 3, dan tidak pernah adalah 4. Setelah melakukan penyekoran maka dapat dilihat data setiap indikator dari motivasi belajar pada lampiran 5 halaman 96 sebagai berikut.

Tabel 13. Skor Motivasi Belajar

NO Indikator Frekuensi Persentase

1 Terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran, 1762 21,5%

2 Mencari tahu hal-hal yang berhubungan

dengan pelajaran, 1540 18,8%

3 Belajar secara mandiri 1559 19%

4 Menghindari hukuman guru dan orang

tua 636 7,8%

5 Ingin mendapatkan pujian dari guru dan

orang tua 616 7,5%

6 Ingin menyenangkan hati orang tua, 995 12,1%

7 Ingin mendapatkan nilai yang bagus 484 5,9%

8 Ingin mendapatkan pengakuan dari

teman-teman. 609 7,4%


(72)

56

Berdasarkan tabel di atas maka data motivasi belajar dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut ini.

Gambar 5. Histogram Skor Motivasi Belajar

Setelah data diolah menggunakan IBM SPSS Statistics 23 yang terdapat pada lampiran 6 halaman 103 diperoleh nilai mean sebesar 62,13, nilai modus 57 dan 61, nilai median sebesar 62, dan nilai standar deviasi sebesar 8,289. Dari data tersebut dapat diklasifikasi distribusi frekuensi variabel motivasi belajar menggunakan rumus yang dijelaskan Saifudin Azwar (2014) pada Bab III halaman 48 berikut tabelnya.

Tabel 14. Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar

No Perhitungan Kategori

1 X < (62,13− 1,0 � 8,289) Rendah 2 (62,13 − 1,0 �8,289)≤ X <(62,13 + 1,0 � 8,289) Sedang

3 (62,13 + 1,0 �8,289)≤ X Tinggi

Berdasarkan tabel rumus di atas, maka data mengenai motivasi belajar dapat diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut.

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%


(73)

57

Tabel 15. Klasifikasi Motivasi Belajar

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Rendah X < 53,841 19 14,4%

2 Sedang 53,841≤ X <70,419 94 71,2%

3 Tinggi 70,419 ≤ X 19 14,4%

Jumlah 132 100%

Berdasarkan dari data tabel di atas, data motivasi belajar dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 6. Hitogram Klasifikasi Motivasi Belajar

Berdasarkan tabel dan histogram di atas, dapat diketahui bahwa tingkat motivasi belajar siswa dalam kategori rendah dengan jumlah responden sebanyak 19 (14,4%), kategori sedang dengan jumlah responden sebanyak 94 (71,2%), dan kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 19 (14,4%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori sedang karena dalam tabel tersebut menunjukkan jumlah yang paling banyak.

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0%

Rendah Sedang Tinggi


(74)

58 4. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi masing-masing variabel terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 23 dengan teknik analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusan yang dipergunakan adalah dengan melihat harga pada Asymp.Sig. (p). jika harga Asymp.Sig. (p) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 16. Uji Normalitas

Variabel Asymp Sig (p) Hasil Kesimpulan

Dukungan Sosial

Orang Tua 0,200 p > 0,05 Normal

Motivasi Belajar 0,099 p > 0,05 Normal

Keterangan : Perhitungan normalitas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 103

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan:

a. Variabel dukungan sosial orang tua (X) 0,200 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

b. Variabel motivasi belajar (Y) 0,099 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

5. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) membentuk garis linear atau tidak. Uji linieritas diperoleh dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 23


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)