PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI CV. GUNUNG MAS GRESIK.

(1)

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN

DI CV. GUNUNG MAS GRESIK

SKRIPSI

Oleh :

AHMAD AZMIL A’LAA NPM. 0732010149

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :

“PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI CV. GUNUNG MAS, GRESIK “.

Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sang pencipta alam semesta Allah S.W.T

2. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Sutiono, MT. Selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ir. H.M.T. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

6. Enny Aryani ST, MT Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi

7. Pak Khamsin sebagai pembimbing lapangan sekaligus yang telah “mempermudah jalan“ untuk menyelesaikan penelitian ini, dan semuanya yang sudah membantu pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir ini.

8. Kedua orang tuaku dan Embak Q yang tak pernah lelah dan ikhlas mendoakan agar pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses demi keberhasilanku dimasa yang akan datang.

9. Semua pihak (Teman-Teman/Saudara) yang telah membantu secara moril dan materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Terima Kasih.

Hormat saya,


(4)

DAFTAR ISI

Halaman COVER

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 3

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan ... 6

2.1.1. Pengertian Pengendalian... 6

2.1.2. Pengertian Persediaan… ………...7


(5)

2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan……….13

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan...14

2.3.1. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku……… 15

2.3.2. Harga Bahan Baku……….15

2.3.3. Biaya-Biaya Persediaan……….15

2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan……….16

2.3.5. Pemakaian Bahan Baku……….16

2.3.6. Waktu Tunggu...16

2.3.7. Model Pembelian Bahan...17

2.3.8. Persediaan Pengaman (Safety Stock)....17

2.3.9. Pembelian Kembali...18

2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan………18

2.4.1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)………..18

2.4.2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)………...19

2.4.3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)………..20

2.4.4. Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Cost)………...21

2.5. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan……….21

2.6. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Efesiensi Penggunaan……..23

2.7. Model Pengendalian Persediaan……….23

2.7.1. Model Pengendalian Persediaan Determininistik Statis………24

2.7.1.1. Model Statis EOQ Sederhana...24

2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break....25

2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order...26


(6)

2.7.2.1. Model EOQ...26

2.7.2.2. Algoritma Wagner-Within...29

2.7.2.3. Model Heuristik Silver Meal...32

2.7.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Stasioner…………...35

2.7.4. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Non Stasioner………36

2.8. Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku………...36

2.8.1. Pengertian Peramalan………...36

2.8.2. Pola Permintaan………...38

2.8.3. Metode Peramalan………41

2.8.3.1. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)………..41

2.8.3.2. Metode Peramalan Eksponential (Eksponential Smooting)…42 2.8.3.3. Regresi Linier………..46

2.8.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan………..47

2.8.5. Uji Verifikasi Peramalan………...49

2.8.6. Peta Moving Range………...50

2.9. Penelitian Terdahulu………. 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian...56

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel………...56

3.2.1. Identifikas Variabel………56

3.2.2. Definisi Operasional Variabel……….57

3.3. Metode Pengumpulan Data ... .58


(7)

3.5. Metode Analisa……….61

3.6. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………63

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengimpulan Data………..71

4.1.1. Data Utama Bahan Baku Utama Guano Perusahaan………71

4.1.2. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku……….73

4.1.3. Data Harga Pembelian Bahan Baku………..75

4.1.4. Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku………75

4.2. Pengolahan Data……….76

4.2.1. Menghitung Total Biaya Persediaan Sesuai dengan Kebijaksanaan...76

4.2.1.1. Total Biaya Riil Perusahaan………82

4.2.2. Metode Pengendalian Persediaan Usulan………82

4.2.2.1. Menghitung Total Biaya Persediaan Heuristik Silver Meal....82

4.2.2.2. Pengolahan Data dengan Metode EOQ Single Item……….101

4.2.2.3. Menghitung Tingkat Penghematan……….110

4.3. Pengendalian Persediaan Bulan Maret 2001-Februari 2012………112

4.3.1. Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pupuk………..112

4.3.1.1. Diagram Pencar………...112

4.3.1.2. Pendekatan Beberapa Metode Peramalan………...114

4.3.1.3. Menghitung MSE………114

4.3.1.4. Hasil Peramalan Kebutuhan Bahan Baku………...117

4.3.2. Pengolahan Data Peramalan……….118


(8)

4.3.2.2. Membuat Tabel Pengendalian………..130 4.4. Hasil dan Pembahasan……….138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….139 5.2. Saran………...139 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Proses Transformasi Produksi (Arman Hakim)………..9

Gambar 2.2. Klasifikasi Permintaan………..24

Gambar 2.3. Model Persediaan EOQ………....28

Gambar 2.4. Total Biaya Persediaan...29

Gambar 2.5. Fluktuasi Permintaan Berpola Trend………..…..38

Gambar 2.6. Fluktuasi Permintaan Berpola Musiman………...39

Gambar 2.7. Fluktuasi Permintaan Berpola Siklis……….40

Gambar 2.8. Fluktuasi Permintaan Berpola Eratik/ Random……….41

Gambar 2.9. Kriteria of Kontrol……….52

Gambar 3.1. Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart)……….64

Gambar 4.1. Diagram Pencar Bahan Baku Guano………...112

Gambar 4.2. Diagram Pencar Bahan Baku Dolomite………..113

Gambar 4.3. Diagram Pencar Bahan Baku Phospate………...113

Gambar 4.4. Diagram Pencar Bahan Baku Belerang………...113

Gambar 4.5.Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku Guano……….115

Gambar 4.6. Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku Dolomite……115

Gambar 4.7. Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku………....116


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Komulatif Demand………30

Tabel 2.2. Alternatif Biaya Pesan………31

Tabel 2.3. Biaya Minimum………..32

Tabel 2.4. Pengadaan...34

Tabel 2.5. Pengendalian………35

Tabel 4.1. Kebutuhan Bahan Baku………71

Tabel 4.2. Kebutuhan Bahan Baku Dolomite………72

Tabel 4.3. Kebutuhan Bahan Baku Phospate………72

Tabel 4.4. Kebutuhan Bahan Baku Belerang……….73

Tabel 4.5. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Pupuk Organik/ Pesan...74

Tabel 4.6. Data Harga Bahan Baku Pupuk Organik...75

Tabel 4.7. Total Biaya Bahan Guano Dari Perusahaan………..77

Tabel 4.8. Total Biaya Bahan Dolomite Dari Perusahaan……….79

Tabel 4.9. Total Biaya Bahan Phospate Dari Perusahaan……… 80

Tabel 4.10. Total Biaya Bahan Belerang Dari Perusahaan………81

Tabel 4.11. Total Biaya Riil Perusahaan………82

Tabel 4.12. Pembelian Guano Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...89

Tabel 4.13. Pembelian Dolomite Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...90

Tabel 4.14. Pembelian Phospate Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...91

Tabel 4.15. Pembelian Belerang Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...92

Tabel 4.16. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano...94


(11)

Tabel 4.18. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate...98

Tabel 4.19. . Pengendalian Persediaan Bahan Baku Belerang...100

Tabel 4.20. Total Biaya Persediaan Metode Heuristik Silver Meal (TCB)...101

Tabel 4.21 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano Dengan EOQ...103

Tabel 4.22. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dolomite Dengan EOQ...105

Tabel 4.23. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate Dengan EOQ...107

Tabel 4.24. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beleang Dengan EOQ...109

Tabel 4.25. Total Biaya Persediaan Metode EOQ Single Item...110

Tabel 4.26.Total Biaya Persediaan EOQ dengan Heuristik Silver Meal...110

Tabel 4.27.Total Cost Persediaan Perusahaan dengan Heuristik Silver Meal...111

Tabel 4.28.Perbandingan MSE dari Metode Peramalan...114

Tabel 4.29.Hasil Peramalan Bahan Baku Guano...117

Tabel 4.30. Hasil Peramalan Bahan Baku Dolomite...117

Tabel 4.31. Hasil Peramalan Bahan Baku Phospate...118

Tabel 4.32. Hasil Peramalan Bahan Baku Belerang...118

Tabel 4.33.Pembelian Guano...126

Tabel 4.34. Pembelian Dolomite...127

Tabel 4.35. Pembelian Phospate...128

Tabel 4.36. Pembelian Belerang...129

Tabel 4.37.Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano...131

Tabel 4.38. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dolomite...133

Tabel 4.39. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate...135

Tabel 4.40. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Belerang...137


(12)

ABSTRAKSI

Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting, pengaturan disegala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi dan biaya persediaan bahan baku seminimal mungkin. Pengendalian persediaan bahan baku dilakukan tiap bulan sekali, untuk menghindari kekurangan persediaan atau kelebihan persediaan bahan baku. Jumlah persediaan yang terlalu sedikit juga berakibat hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan apabila permintaan nyata melebihi permintaan yang diperkirakan. Sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi yang sedang berlangsung.

CV. Gunung Mas Gresik adalah perusahaan yang memproduksi pupuk dengan bahan utumaya kotoran kelelawar. Perusahaan dalam melakukan persediaan bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan persediaan bahan baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena kebijakan penataan persediaan yang kurang tepat.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat menjamin kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam kuantitas dengan total biaya persediaan minimum.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa total biaya pengendalian persediaan riil yang dikeluarkan perusahaan selama bulan tahun 2010 (TCA) adalah Rp 1.958,564,000,- sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal (TCB) total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.797,984,000 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp 160,580,000,- dengan efisiensi 8,2 %. Dimana metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan pengendalian persediaan bahan baku hasil peramalan untuk bulan Maret 2011sampai Februari.


(13)

ABSTRACT

In a manufacturing industry is very important management role, setting an absolute necessity in all fields. By performing a careful calculation and accompanied efficiency is expected to reduce the cost of production and raw material inventory costs to a minimum. Control of raw material inventory carried out once every month, to avoid shortages or excess inventory of raw material inventory. Total supply is too little may result in loss of opportunity to profit when the real demand is expected to exceed demand. So it does no interfere with the smooth production process that is underway.

CV. Gunung Mas Gresik is a company that produces fertilizer with bat droppings utumaya material. Companies in conducting inventories of raw materials by way of an order of raw materials in large quantities than the amount needed in the production, giving rise to cost savings. And sometimes also in short supply of raw materials in times of need, which results in poor production process. If this situation is left, then the company's capital should be invested in other areas will be absorbed in the procurement of raw material inventory alone. The company will incur a loss because the policy arrangement of supplies that are less precise.

Given these problems, the research done with Silver Meal Heuristic Method so as to make the planning of raw material inventory control so as to ensure optimal and smooth operation needs in quantity production company with a minimum total inventory cost. From the result showed that the total cost of the real inventory control issued by the company during the months of 2010 (TCA) is USD 1.958,564,000, - whereas when using Silver Meal Heuristic method (TCB), the total expenses incurred amounted to USD 1.797,984,000 to obtain savings of Rp 160,580,000, - with efficiency of 8.2%. Where is the Silver Meal Heuristic method produces a lower total cost compared with company policy. While the raw material inventory control forecasting results for March 2011sampai February 2012 .


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi, sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.

Agar tetap dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang begitu ketat, perusahaan perlu melakukan penekanan biaya persediaan serta penghematan biaya untuk pembelian bahan baku. Dalam upaya mencapai target yang diharapkan, diperlukan adanya persediaan bahan baku yang optimal sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi yang berlangsung. Adanya penanganan yang tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan untuk mengantisipasi keadaan apabila permintaan pasar tiba-tiba naik pada suatu periode tertentu. Dengan demikian persediaan produk dapat dioptimalkan serta biaya-biaya yang terkait didalamnya dapat ditekan se-efisien mungkin.

CV. Gunung Mas Gresik adalah perusahaan yang menggunakan pupuk organic kelelawar yang dihasilkan dari kotoran dari semua jenis kelelawar, Mengandung elemen mineral mikro dan makro yang lengkap yang dibutuhkan


(15)

kontinyu berdasarkan sistem batch. Perusahaan dalam melakukan persediaan bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan persediaan bahan baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena kebijakan penataan persediaan yang kurang tepat. Untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi, maka perusahaan harus melakukan pengendalian bahan baku sesuai perencanaan yang telah disusun.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat menjamin kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam kuantitas dengan total biaya persediaan minimum.Prinsip model Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan beberapa periode mendatang yang telah diramalkan sebelumnya.Metode ini dengan EOQ tetapi dalam perhitunganya lebih didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama perencanaan bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal pwriode sedangkan biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode pertama,dimana pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol.


(16)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus dilakukan oleh perusahaan sehingga menghasilkan total biaya pengadaan bahan baku yang minimum “.

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai yang meliputi :

1. Persediaan bahan baku yang digunakan adalah persediaan bahan baku utama dari pupuk organik.

2. Peramalan permintaan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan februari 2012.

3. Data yang digunakan yaitu Januari 2010 sampai dengan februari 2011.

1.4. Asumsi - Asumsi

Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Harga bahan baku tidak ada perubahan selama penelitian. 2. Biaya simpan tidak ada perubahan selama penelitian.

3. Bahan baku selalu tersedia setiap saat selama dibutuhkan (mudah didapat). 4. Permintaan sama dengan kebutuhan.


(17)

6. Mesin dalam kondisi normal.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menentukan total biaya persediaan bahan baku yang minimum 2. Untuk menentukan jumlah pemesanan bahan baku

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan serta pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan.

b. Bagi Universitas

Sebagai masukan untuk perpustakaan institusi yang berguna sekali bagi pihak – pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang masalah pengendalian persediaan di masa yang akan datang.

c. Bagi Penulis

Agar dapat memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman serta dapat menerapkan metode yang digunakan yaitu metode heuristik silver meal dan ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dimaksudkan agar penulis dapat lebih teratur dan terarah. Sistematika yang digunakan adalah :


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, asumsi – asumsi, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian dan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang mengacu pada beberapa literatur yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang urutan langkah – langkah yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang diteliti dalam bentuk diagram alir (flowchart).

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang cara - cara pengumpulan data – data yang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data beserta hasil perhitungan sehingga didapatkan suatu hasil kombinasi dengan jumlah yang tepat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisa data serta terdapat saran – saran yang dapat mendukung dari aktivitas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PengertianPengendalianPersediaan

Pengendaliaan persediaan sangat penting bagi setiap perusahaan baik perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar, perusahaan menengah ataupun perusahaan kecil dan baik itu perusahaan penghasil produk maupun penghasil jasa. Karena dengan adanya pengendaliaan persediaan yang terencana dengan baik maka perusahaan akan mendapat keuntungan lebih besar.

Sebelum membahas mengenai pengendaliaan persediaan maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertiaan pengendaliaan persediaan secara terpisah, karena pada dasarnya pengertiaan pengendaliaan persediaan akan terbagi menjadi dua, yaitu pengendaliaan dan persediaan. Pengertian tersebut akan diuraikan dalam pokok bahasan berikut :

2.1.1. Pengertian Pengendalian

Menurut Arman Hakim (2003 : 20) secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga upaya realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Komarudin (1979 : 106) pengendalian adalah suatu usaha untuk mempertahankan suatu proses pengerjaan pada tingkat efisien yang tinggi. Titik perhatian pengendalian adalah terhadap bahan dasar, bahan pembantu, perlengkapan didalam proses produksi yang tampak maupun tidak tampak, serta metode-metode yang digunakan dalam proses produksi.


(20)

Menurut Sukanto (1973:186) mendefinisikan pengendalian adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengatur atau menata segala sesuatu agar sesuai dengan yang direncanakan.

Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu cara atau usaha untuk mendapatkan segala sesuatu yang telah direncanakan sesuai harapan dengan jalan memberikan perhatian terhadap bahan-bahan dasar, bahan pembantu serta metode proses produksi dan faktor-faktor lain yang mendukung terhadap pencapaian tujuan.

2.1.2. Pengertiaan Persediaan

Pengertian persediaan menurut Sofjan Assauri (1993 : 219) adalah suatu aktiva yang meliputi barang–barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunannya dalam suatu proses produksi.

Sedangkan pengertian persediaan menurut Eddy Herjanto (1999 : 219) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.

Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen, material atau produk jadi yang tersedia ditangan, menunggu untuk digunakan atau dijual (Groebner, Introduction to Managemen Science, 1992)


(21)

Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 1976).

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Freddy Rangkuti (1995 : 2) dan Sofjan Assauri (1993 : 220) menjelaskan alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan adalah :

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk

memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya,yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat

jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan - bahan

yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan berkualitas tidak baik

sehingga harus dikembalikan

3. Untuk mengantisipai bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.


(22)

Arman Hakim (2003 : 103) Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari 3 bentuk sebagai berikut :

a. Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi

menjadi produk jadi.

b. Barang Setengah Jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan

baku dengan produk setengah jadi.

c. Bahan Baku Jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen.

Gambar 2.1 Proses Transformasi Produksi ( Arman Hakim, 2003 )

Teguh Baroto (2002 : 53) mengutarakan penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidak pastiaan

Ketidakpastiaan terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung

Bahan Baku

Barang Jadi PROSES

PRODUKSI Barang Setengah Jadi


(23)

(Lead Time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.

3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan besar dari kenaikkan harga di masa mendatang.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan baik itu bahan baku, barang setengah jadi, maupun barang jadi yang berfungsi untuk menjamin pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen maupun kebutuhan produksi sehingga persediaan yang dikelolah oleh suatu perusahaan dapat mencapai mekanisme suatu kondisi yang optimal.

2.1.3. Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara :

a. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas : (Sofjan Assauri,

1993 : 221)

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan - bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah yang besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan.


(24)

2. Fluctuation Stock

Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persedian ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock

Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan

yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula

untuk menjaga kemungkinanan sukarnya diperoleh bahan-bahan, sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.

b. Menurut Teguh Baroto (2002 : 52) persediaan dapat dikelompokkan dalam

lima kategori yaitu sebgai berikut : 1. Bahan mentah (raw materials)

Yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah kiat atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.


(25)

2. Komponen

Yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian - bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Barang setengah jadi (work in process)

Yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.

4. Barang jadi (finished good)

Adalah barang - barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material)

Adalah barang - barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan baker, pelumas, listrik, dan lain-lain.

Menurut Sofjan Assauri (1993 : 229) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan–kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. Sebenarnya kegiatan pengendalian persediaan tidak terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan bahan–bahan /barang–barang yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya


(26)

yang serendah–rendahnya. Jadi kegiatan pengendalian persediaan meliputi perencanaan persediaan, scheduling untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan dan lainnya.

Setelah diketahui pengertian tentang persediaan dan pengendalian, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan, baik itu berupa bahan baku, bahan pembantu, maupun barang jadi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran proses produksinya maupun memenuhi permintaan konsumen serta kebutuhan pembelanjaan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain suatu tindakan untuk mempertahankan suatu sistem yang telah dikelola baik itu mengenai kebijakan bahan dasar, bahan pembantu maupun proses produksi bahkan memberikan koreksi agar senantiasa dengan apa yang direncanakan oleh perusahaan.

2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu , adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Assauri (1993 : 230) Menyatakan tujuan pengendalian persediaan secara

terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh persediaan tidak

terlalu besar atau berlebih–lebihan, sehingga biaya–biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.


(27)

3. Menjaga agar pembelian secara kecil–kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

b. Freddy Rangkuti (1995 : 9) menyatakan tujuan tujuan pengendalian

persediaan sebagai berikut :

1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan. 2. Supaya pembentukan persediaan stabil.

3. Menghindari pembelian barang secara kecil – kecilan.

4. Pemesanan yang ekonomis.

Dari pendapat–pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas dari bahan-bahan atau barang-barang agar bahan atau barang tersebut tersedia pada waktu yang dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin.

2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kepentingan pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan, maka terdapat beberapa macam faktor yang memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling terkait antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Adapun beberapa faktor tersebut menurut Agus Ahyari (1986 : 163) adalah sebagai berikut :


(28)

2.3.1 Perkiraan Pemakaian Bahan Baku

Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayakknya manajemen perusahaan ini dapat mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan . Berapa banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dalam suatu periode (misalnya satu tahun),akan dapat diperkirakan oleh manajemen perusahaan dengan mendasarkan diri kepada perencanaan produksi maupun schedule produksi yang telah disusun perusahaan.

2.3.2. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi merupakan salah satu faktor penentu terhadap persediaan yang akan digunakan dalam proses produksi oleh perusahaan karena bahan baku akan mempengaruhi seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan .

2.3.3 Biaya – Biaya Persediaan

Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku tentunya tidak akan dapat melepaskan diri dari adanya biaya – biaya persediaan yang harus ditanggung oleh perusahaan. Didalam hubungannya dengan biaya – biaya persediaan tersebut maka ada 3 macam biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya tetap persediaan.


(29)

2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan

Kebijakan pembelanjaan dalam suatu perusahaan akan dapat mempengaruhi seluruh kebijakan pembelian perusahaan. Demikian pula sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan. Apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas utama, kedua atau bahkan terakhir. Disamping hal tersebut tentunya kemampuan finansial di perusahaan yang bersangkutan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiaya seluruh kebutuhan perusahaan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku dalam perusahaan.

2.3.5. Pemakaian Bahan Baku

Pemakaian bahan baku (penyerapan bahan baku) dari perusahaan dalam periode–periode yang telah lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam menyusun atau merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.

2.3.6. Waktu Tunggu

Yang dimaksud dengan waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan, karena hal ini akan berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan sampai dengan datangnya bahan baku tersebut. Apabila waktu tunggu ini tidak


(30)

diperhatikan, maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku (walaupun sudah dipesan kembali).

2.3.7. Model Pembelian Bahan

Pemilihan model pembelian yang akan dipergunakan oleh perusahaan tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku yang bersangkutan. Dapat juga terjadi didalam perusahaan dipergunakan model pembelian yang berbeda–beda untuk beberapa jenis bahan baku. Karakteristik dari masing-masing bahan baku akan dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing–masing bahan baku yang bersangkutan.

2.3.8. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Pada umumnya untuk mengulangi adanya kehabisan persediaan bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini dipergunakan apabila terjadi kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan baku walaupun bahan baku yang dibeli/dipesan datangnya terlambat. Persediaan ini dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam satu periode yang telah ditentukan sebelumnya.


(31)

2.3.9. Pembelian Kembali

Didalam pelaksanaan operasi perusahan, maka bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak akan cukup apabila dilakukan hanya sekali pembelian saja. Maka secara berkala perusahaan akan mengadakan pembelian kembali terhadap bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi didalam perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan akan memperimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam pembelian bahan baku, sehingga bahan baku tersebut datang tepat waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan datangnya bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada gilirannya akan mengakibatkan biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan bahan baku terlalu awal maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku. Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan, justru hal tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila dibiarkan.

2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya yang terlibat dalam system persediaan adalah biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kehabisan stock. Berikut ini akan diuraikan masing – masing komponen biaya tersebut :

2.4.1. Biaya Pembeliaan (Purchasing Cost)


(32)

1. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model pengendalian sistem persediaan, biaya tidak dimasukkan sebagai dasar untuk membuat keputusan.

2. Arman Hakim (2003 : 105) biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang yang besarnya tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan haega satuan barang.

2.4.2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Definisi biaya pemesanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1. Sofjan Assauri (2003 : 223) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah

biaya–biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang–barang atau bahan–bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim kepenjual, sampai barang–barang/bahan–bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi digudang atau daerah pengolahan (process area). Yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya administrasi pembelian dan penempatan order, biaya pengengkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan.

2. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pesanan ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh biaya jumlah pemesanan. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya


(33)

dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.

3. Arman Hakim (2003 : 105) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan lain–lain.

2.4.3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Definisi biaya penyimpanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 1. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya penyimpanan adalah biaya

yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, semi finished

product, sub assembly ataupun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari

lama penyimpanan dan jumlah yang disimpan.

2. Eddy Herjanto (1999 : 225) biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini adalah biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, biaya listrik, biaya asuransi ataupun kerusakan.

3. Arman Hakim (2003 : 106) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi biaya memiliki persediaan, biaya gudang, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya kadaluwarsa, biaya asuransi, biaya administrai dan peimindahan.


(34)

2.4.4. Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Cost)

Definisi biaya kekurangan persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Sofjan Assauri (2003 : 224) menyatakan bahwa biaya kekurangan persediaan adalah biaya–biaya yang timbul akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya–biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu barang sedangkan bahan atau barang yang dibutuhkan tidak tersedia.

2. Eddy Herjanto (1999 : 225) biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan.

2.5. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan dan Pengendaliaan Produksi

Adanya perencanan produksi yang lengkap dalam suatu perusahaan akan memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses produksi karena perencanaan produksi yang lengkap akan menunjukkan pemakaian komponen produksi dalam perusahaan. Berapa banyak jumlah dan jenis dari bahan baku yang diperlukan, tenaga kerja yang dibutuhkan serta penggunaan mesin untuk keperluan pelaksanaan produksi akan terlihat didalam perencanaan produksi tersebut. (Agus Ahyari, 1986 : 53)

Menurut Sofjan Assauri (1993 : 161) pengertian perencanaan dan pengendalian produksi adalah penentuan dan penetapan kegiatan - kegiatan


(35)

produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan pabrik tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Sofjan Assauri (1993 : 232) tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah untuk dapat berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu kelancaran operasi dan kelangsungan hidup serta dapat berkembangnya perusahan/pabrik. Untuk mencapai tujuan perencanaan dan pengendalian produksi ini peranan pengendalian persediaan adalah sangat penting. Oleh karena itu kegiatan pengendalian persediaan yang dilakukan harus didasarkan atas perencanaan dan pengendalian produksi yang telah ditetapkan dan dijalankan. Besarnya volume produksi dan schedule produksi yang telah ditentukan akan menentukan besarnya persediaan optimum, besarnya pesanan dan schedule pesanan yang akan dilakukan.

Agar supaya perencanaan dan pengendalian produksi dan pengendalian persediaan dapat berjalan dengan efektif, keduanya harus berjalan sama–sama. Perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan efisien serta sesuai dengan schedule yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian persediaan mengatur besarnya persediaan bahan–bahan yang dapat dijamin lancarnya produksi serta kelangsungan produksi dengan biaya yang sekecil–kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam perencanaan dan pengendalian produksi.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa pengendalian dan perencanaan produksi dengan pengendalian persediaan tidaklah dapat dipisahkan, sebab untuk bisa


(36)

mencapai tujuan pokok dari perencanaan dan pengendalian produksi haruslah disertai dengan langkah pengendalian persediaan, agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan dengan biaya seminimal mungkin.

2.6. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Efisiensi Penggunaan Modal Perusahaan

Antara pengendalian persediaan dengan efisiensi dalam penggunaan modal kerja perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahwa setiap perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan persediaan, untuk mengadakan persediaan diperlukan sejumlah uang untuk diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, baik dalam jumlah mutu maupun kualitas yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya (Assauri, 1980 : 219).

Sehingga sedapat mungkin modal yang tertanam dalam persediaan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga tujuan pengendalian dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan ekonomis dapat tercapai.

2.7. Model Pengendalian Persediaan

Ditinjau dari sifat permintaan bahan baku, maka dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu : sifat kebutuhan bahan baku itu secara pasti atau bersifat probabilistik (Taha, 1987: 507). Dibawah ini diklasifikasikan permintaan ditinjau dari sifat permintaannya.


(37)

Gambar 2.2 Klasifikasi Permintaan ( Hamdi Taha, 1997 )

2.7.1. Model Pengendalian Persediaan Deterministik Statis

Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan (Masril, 1995 : 54). Dikatakan Model pengendalian persediaan deterministik statis yaitu apabila tingkat konsumsi diketahui dan tetap konstan sepanjang waktu. (Taha, 1987 : 507).

2.7.1.1. Model Statis EOQ Sederhana

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana : ( Arman Hakim, 2003 : 110 )

Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost

EOQ = h Dk 2

Parameter–parameter yang dipakai dalam model ini adalah : Permintaan

Deterministik Probabilistik


(38)

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan

2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break

Variasi model EOQ terjadi bila terdapat potongan harga pembelian

(quantity discount atau price break). Potongan harga pembelian ini sering

ditawarkan pemasok (supplier) untuk menarik minat pembeli agar mau membeli dalam jumlah besar. Keuntungan bagi pembeli bila mau membeli dalam jumlah besar adalah turunnya harga beli peer-unit, biaya perpindahan dan pengiriman yang lebih rendah dan penurunan biaya pemesanan kemungkinan kekurangan persediaan sangat kecil.

Dalam kondisi adanya penawaran potongan harga, perhitungan EOQ mengalami sedikit modifikasi. Jumlah pemesanan ekonomis akan dihitung berdasarkan biaya total persediaan untuk setiap harga yang mungkin dan jumlah minimum dimana harga tersebut berlaku.

Dalam menyelesaikan model EOQ dengan potongan harga ini diperlukan data holding cost per-unit persediaan sebagai fungsi dari persentase harga satuan barang [P(Q)] bisa dinyatakan :

h = f{P(Q)}

Hal lain yang diperlukan adalah meminimasi TC persediaan dan bukan

meminimasi TIC persediaan karena biaya pembelian (purchasing cost = P)


(39)

D Q P Q D k Q Q P f

TC ( )

2 )} (

{ + +

=

2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order

Bila kekurangan persediaan atau keterlambatan pemenuhan kebutuhan (shortage) diizinkan dengan biaya pengadaan/keterlambatan tertentu (biaya shortage/biaya back order), maka model EOQ sederhana dapat dimodifikasi : ( Teguh Baroto, 2002 : 69 )

h h b h Dk

EOQ= 2 +

Dimana :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu b = biaya back order per-unit per-periode

2.7.2. Model Pengendalian Persediaan Deterministik Dinamis

Model pengendalian persediaan dikatakan deterministik dinamis yaitu apabila tingkat permintaan diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya bervariasi dari periode ke periode berikutnya. (Taha, 1987 : 507).

2.7.2.1. Model EOQ

Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan metode yang

paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam upaya mengendalikan


(40)

persediaan sehingga dapat meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.

Model EOQ (Economic Order Quantity) tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan asumsi sebagai berikut :

a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan. b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).

c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia atau tingkat produksi barang yang dipesan berlimpah.

d. Waktu ancang – ancang (lead time) bersifat konstan.

e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pegiriman dan langsung dapat

digunakan.

f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan. g. Tidak ada quantity discount.

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :

Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost

Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan


(41)

Secara grafis model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Model Persediaan EOQ ( Arman Hakim, 2003 )

Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau minggu, bulan, dsb) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga

dapat ditulis t = D Q

.

Sedangkan frekuensi pemesanan = Q D

Ordering cost per-periode = k

Q D    

Holding cost per-periode =

     2 Q h Purchasing cost per-periode = D.c

Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya diatas :

Biaya Total Persedian (TC) = k h Q Dc

Q D

. 2+

    +    

Biaya Total Persedian Incremental (TIC) = 

     +     Q h k D Tingkat persediaan Waktu

Rata-rata persediaan = Q/2 Titik saat pesanan

diterima (order point) Q

t = Q/D L


(42)

atau TIC = 2Dkh

Gambar 2.4 Total Biaya Persediaan ( Arman Hakim, 2003 )

Biaya total relevan (TC) merupakan penjumlahan 2 komponen biaya ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi (jarak) kurva TC pada titik Q merupakan hasil penjumlahan tinggi kedua kurva komponen biaya tersebut.

Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan yang dikeluarkan demikian juga sebaliknya.

Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini tergantung pada tingkat persediaan rata–rata. Garis ini dimulai dari titik Q=0, dimana tingkat persediaan rata–rata semakin membesar secara proposional dengan gradient yang sama.

2.7.2.2. Algoritma Wagner – Within

Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program dinamis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi pemesanan optimum

Kurva holding cost h(Q/2)

Jumlah persediaan (Q) EOQ

Biaya

Kurva ordering cost (D/Q)k Kurva TC


(43)

pengadaan dan ongkos simpan. Pada dasarnya teknik ini mengkaji semua cara pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang ada pada horizon perencanaan, teknik ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

a. Prosedur yang digunakan terlalu rumit sehingga sulit dimengerti oleh para

praktisi.

b. Teknik ini membutuhkan banyak waktu dan usaha dalam melakukan

perhitungan.

c. Teknik ini mengasumsikan bahwa kebutuhan diluar horizon perencanaan sama

dengan nol.

Karena beberapa kelemahan tersebut, teknik ini jarang digunakan untuk menentukan ukuran lot pada perencanaan material.

Langkah – langkah penerapan algoritma wagner - within adalah sebagai berikut :

1. Membuat tabel komulatif demand (Qce)

Tabel 2.1 Komulatif Demand

e = 1 2 3 4

C = 1 2 3 4

Q11 Q12

Q22

Q13

Q23

Q33

Q14

Q24

Q34

Q44

( Sumber : Tersine, 1994 ) Ket :

Q11 = D Q22 = D2

Q12 = Q11 + D2 Q23 = Q22 + D2

Q13 = Q12 + D3


(44)

2. Menghitung total cost (Zce) dari setiap periode pemesanan yang mungkin terjadi dengan aturan :

Zce = c + p.h

=

e c t

Qci

Qce )

(

Dimana : Zce = biaya total variabel dari periode c (1≤ c ≤ e ≤ N) c = biaya pesan periode

p = harga beli per unit

h = biaya simpan per unit per periode q = kuantitas permintaan

Kemudian ditabelkan seperti dibawah ini :

Tabel 2.2 Alternatif Biaya Pesan

e = 1 2 3 4

C = 1 2 3 4

Z11 Z12

Z22

Z13

Z23

Z33

Z14

Z24

Z34

Z44

( Sumber : Tersine, 1994 )

3. Mencari biaya minimum (F) dengan aturan :

Fe = Min (Zce + Fe-1)

Dimana Fe dimulai dari 0 sampai seterusnya F1, F2, F3, ….. , Fn.


(45)

Tabel 2.3 Biaya Minimum

e = 1 2 3 4

1 2 3 4

Z11 + Fo Z12 + Fo

Z22 + F1

Z13 + Fo

Z23 + F1

Z33 + F2

Z14 + Fo

Z24 + F1

Z34 + F2

Z44 + F3

( Sumber : Tersine, 1994 ) Ket :

F1 = Min (Z11 + F0)

F1 = Min (Z13 + F0, Z22 + F1)

F1 = Min (Z13 + F0, Z23 + F1, Z33 + F2)

Dan seterusnya sampai akhir periode sehingga didapat total biaya persediaan.

2.7.2.3. Model Heuristik Silver Meal

Prinsip Model Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini

mirip dengan EOQ tetapi dalam perhitungannya lebih didasarkan pada variabel

periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama perencanaan.

Metode ini ditentukan oleh Edward Silver dan Harlan meal yang menyatakan

bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal periode sedangkan biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode pertama, dimana pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol (Arman Hakim,1995).


(46)

1. Menghitung total relevan cost (TRC) T T periode akhir pada simpan biaya Total C T T

TRC( ) + _ _ _ _ _ _

=

(

)

= − + = T t Rk K ph C T T TRC 1 1 ) (

Dimana : C = biaya simpan H = friksi biaya simpan P = biaya pengadaan Ph = biaya simpan

TRC (T = total relevan cost tiap T periode T = waktu pengadaan

Rk = permintaan rata-rata dalam periode Kj

Sedangkan menurut Arman Hakim ( 1995), penyelesaian Heuristik memberikan cara penyelesaian lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan heuristik, tetapi pendekatan silver meal lebih mudah digunakan dan menghasilkan pola pembelian terbaik dibandingkan pendekatan heuristik lainnya. Pendekatan Silver Meal mirip dengan pendekatan EOQ, tetapi perhitungannya lebih didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan didasarkan total permintaan selama perencanaan. Bila t adalah jumlah satuan waktu selama periode pembelian, maka :

Rata-rata = (biaya pesan) + (biaya simpan total pada akhir periode t) biaya persediaan t

atau

{

( )

(

)

( )

( )

}

t h D t D D D k TU

AC = + 1−1 1+ 2−1 2 + 3−1 3+...+ −1 t

dimana : = TU

AC

Rata-rata biaya persediaan persatuaan waktu


(47)

Dt = Permintaan selama periode ke-t

h = Biaya simpan perunit perperiode, dimana pada periode pertama (t-1) tidak ada biaya simpan sehingga variabel D pada persamaan diatas dapat diabaikan.

Aturan penyelesaiaan adalah menghitung TU

AC

untuk periode pembeliaan

berurutan sampai TU

AC

terendah yang merupakan periode pembeliaan dan

jumlah bahan baku yang dibeli sebagai kebutuhan selama periode tersebut. Q1= D2 +D2 + D3 +……Dt

2. Membuat tabel pengadaan

Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Pengadaan

periode t Kebutuhan

TU

AC Pembeliaan kembali

( Sumber : Tersine, 1994 )

Bila

1 ) 1 (

+ +

T T TRC

> T

T

TRC( )

maka pada periode T+1 tersebut harus dilakukan

pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta terjadi biaya pesan (c) kembali.


(48)

3. Membuat tabel pengendaliaan

Tabel 2.5 Pengendaliaan

Periode Kebutuhan Pembeliaan Simpan Total biaya

( Sumber : Tersine, 1994 )

4. Menghitung tingkat effisiensi biaya

Effisiensi = x100%

TC TC TC

A B A

Dimana : TCA = total cost kebijaksanaan pengendaliaan persediaan

perusahaan

TCB = total cost perhitungan heuristik silver meal.

2.7.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Stasioner

Model pengendalian persediaan Probabilistik adalah suatu model pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat diketahui dengan pasti atau bervariasi (Pangestul, 1986 : 228).

Model pengendalian persediaan ini disebut sebagai model probabilistik stasioner adalah karena fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah sepanjang waktu sehingga pada gilirannya pengaruh trend musiman permintaan tidak dihubungkan dan dimasukkan kedalam model pengendalian persediaan ( Arman Hakim,1995 : 11)


(49)

2.7.4. Model Pengendalian Persediaan Probabilisik Non Stasioner

Model pengendalian persediaan probabilistik non stasioner merupakan model probabilistik yang fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah sepanjang waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan. Pada kebutuhan yang bersifat probabilitas ini, kebutuhan dimasa yang akan datang hanya diketahui berdasarkan pada distribusi kemungkinan data kebutuhan masa yang lalu ( Arman Hakim, 1995 : 11).

2.8. Peramalan Untuk Perencanaan Persedian Bahan Baku 2.8.1. Pengertian Peramalan

Pengertian peramalan menurut Arman Hakim (2003 : 25) adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.

Sedangkan menurut Sofjan Assauri (1993 : 4.) prakiraan atau peramalan adalah merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

Peramalan merupakan salah satu sarana yang penting dalam pengambilan keputusan. Untuk mengetahui hasil dari peramalan dibutuhkan data–data masa lampau yang relevan dan dikumpulkan secara teratur. Dan hasil ramalan tersebut merupakan suatu taksiran yang bersifat ilmiah meskipun masih terdapat kesalahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan metode yang digunakan.

Dalam hubungannya dengan waktu peramalan, maka peramalan dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu (Arman Hakim, 2003 : 26) :


(50)

1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.

2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.

3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan lain – lain keputusan control jangka pendek.

Teguh Baroto (2002 : 27) Secara umum metode peramalan dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. Metode Kualitatif

Metode ini biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu tersedia. Dalam metode ini pendapat, pakar dan prediksi mereka dijadikan dasar untuk menetapkan permintaan yang akan datang. Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group technique).

2. Metode Kuntitatif

Pada metode ini, suatu set data historis (masa lalu) digunakan untuk mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif yaitu metode Time Series dan metode Nontime Series (structural models).


(51)

2.8.2. Pola Permintaan

Teguh Baroto (2002 : 31) Dalam peramalan time series terdapat empat jenis pola permintaan, yaitu (1) trend, (2) musiman, (3) siklikal, (4) eratik/random. Pola permintaan ini akan berhubungan dengan metode peramalan yang digunakan. Pola – pola data tersebut akan diuraikan secara jelas, sebagai berikut :

1. Pola Trend

Pola trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya (garis putus–putus) yang disebut garis trend. Bila data berpola trend, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode regresi linier, eksponential smoothing atau double eksponential smoothing. Metode regresi linier biasanya memberikan tingkat kesalahan yang lebih kecil.

Gambar 2.5 Fluktuasi Permintaan Berpola Trend ( Teguh Baroto, 2002 )

Waktu (Periode) Permintaan


(52)

2. Pola Musiman

Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pula musiman karena permintaan ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Contoh lain adalah permintaan baju hangat tentu sangat dipengaruhioleh musim ( semi, panas, gugur, dingin ). Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau moving average atau weight moving average.

Gambar 2.6 Fluktuasi Permintaan Berpola Musiman (Teguh Baroto, 2002 )

3. Pola Siklikal

Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang,

Waktu (Periode) Permintaan


(53)

(umumnya). Pola siklikat bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Untuk menentukan data berpola siklis tidaklah mudah. Kaluau pola musiman rentang waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila pola data siklikal adalah metode moving average, weight moving average dan eksponential smoothing.

Gambar 2.7 Fluktuasi Permintaan Berpola Siklis ( Teguh Baroto, 2002 )

4. Pola Eratik/Random

Pola eratik (random) adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi permintaan bersifat acak atau tidak jelas. Tidak ada metode peramalan yang direkomendasikan untuk pola ini. Hanya saja, tingkat kemampuan seorang analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan mengenai pola data. Seorang analis, untuk data yang sama mungkin menyimpulkan berpola random dan analis lainnya menyimpulkan musiman. Keterampilan dan imajinasi analis peramal memang merupakan faktor yang

Waktu (Periode) Permintaan


(54)

paling menentukan dalam pelaksanaan peramalan. Bisa jadi, pola data peramalan yang random ini ternyata mengikuti pola tertentu yang bukan seperti ketiga pola lainnya, untuk ini diperlukan metode khusus (mungkin subjektif untuk melakukan peramalan).

Gambar 2.8 Fluktuasi Permintaan Berpola Eratik/Random

( Teguh Baroto, 2002 )

2.8.3. Metode Peramalan

2.8.3.1. Metode Rata – Rata Bergerak (Moving Average)

Moving Average diperoleh dengan merata – rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan teknik Moving Average ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu. (Arman Hakim, 2003 : 35)

Teguh Baroto (2002 : 36) Rumus metode Moving Average adalah :

Waktu (Periode) Permintaan


(55)

m

f f

f f

f t t t t m

t

− −

− + + + +

= 1 2 3 ...

Dimana : m = jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini minimal 2 dan maksimal tidak ada, ditentukan secara subjekif)

ft = ramalan penjualan untuk periode t ft = penjualan aktual pada periode t

2.8.3.2. Metode Pemulusan Eksponential (Eksponential Smoothing)

Ada beberapa metode yang dikelompokkan dalam metode Eksponential Smoothing, yaitu (Makridakis, 1995 : 78) :

1. Single Eksponential Smoothing, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan eksponential ini dapat dikembangkan dari suatu variasi persamaan sebagai berikut :

      − + = + N N X N X F

Ft 1 t t t

Misal observasi lama Xt – N tidak tersedia maka digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah ramalan periode sebelumnya Ft, maka persamaan menjadi :

      + = + N F N X F

Ft 1 t t t

t t t t F N X N F F       − +       + = + 1 1 1 1

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa ramalan (Ft+1) didasarkan atas pembobotan ramalan yang terakhir dengan suatu nilai bobot (1/N) dan


(56)

pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya (Ft) dengan suatu bobot (1 – (1/N)). Karena N merupakan suatu bilangan positif, 1/N akan suatu menjadi konstan antara 0 (jika N tidak terhingga) dan 1 (jika N=1). Dengan mengganti

1/N dengan α, persamaan menjadi :

t t

t X F

F+1 =α. +(1−α).

Dimana : Ft+1 = perkiraan permintaan pada periode t

α = suatu nilai (0 < α < 1) yang ditentukan secara subjektif Xt= penjualan aktual pada periode t

Ft = perkiraan penjualan pada periode t

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan smoothing. Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpangan data, karena tidak perlu lagi menyimpan semua data historis.

2. Double Eksponential Smoothing

Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial dari Brown adalah serupa dengan rata – rata bergerak linier. Dalam metode ini dilakukan 2 kali pemulusan, langkah–langkahnya yaitu :

• Menghitung smoothing pertama

1 ' ) 1 ( .

't= Xt + − St

S α α

• Menghitung smoothing kedua

1 " ) 1 ( ' .

"t= St+ − S t

S α α

• Menghitung perbedaan smoothing

t t t

t t

t S S S S S


(57)

• Menghitung dugaan trend ) " ' (

1 t t

t S S

b

− =

α α

• Menghitung ramalan pada periode m

m b A Ft+m = t + t.

Dimana : Xt = penjualan aktual pada periode t - 1 S' = peramalan penjualan pertama t

S't1 = peramalan penjualan pertama pada periode t α = factor smoothing dan β = 1 - α

S" = peramalan penjualan kedua t

S"t1 = peramalan penjualan kedua pada periode t At = perbedaan smoothing

bt = pendugaan trend

m = jumlah periode dalam peramalan

Double Eksponential Smoothing (Metode Hold), dapat dirumuskan sebagai berikut :

Metode pemulusan ekponential dari Hold dalam prinsipnya serupa dengan

Brown kecuali bahwa Hold tidak menggunakan rumus pemulusan secara

langsung. Sebagai gantinya Hold memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Dalam metode ini dilakukan 2 kali pemulusan dan menggunakan 2 konstanta (dengan nilai antara 0 dan 1), langkah – langkahnya yaitu :

• Pemulusan keseluruhan

) )(

1 (

. + − 1 + 1

= t t t

t X S b


(58)

• Pemulusan trend

1 1) (1 )

.( − + −

= t t t

t S S b

b γ γ

• Ramalan

m b S Ft+m = t + t.

Dimana : Ft+m = ramalan untuk m periode ke depan St = nilai smoothing

α = konstanta untuk smoothing (0 < α < 1) bt = dugaan trend

Xt = nilai aktual

γ = konstanta untuk trend (0 < γ < 1) m = periode pendugaan dalam peramalan

3. Triple Eksponential Smoothing (Metode Winter)

Metode Winter didasarkan atas 3 persatuan pemulusan, yaitu satu untuk unsur stasioner, satu untuk unsur trend dan satu untuk unsur musiman. Hal ini serupa dengan metode Hold dengan satu persamaan tambahan untuk mengatasi musiman. Persamaan dasar untuk metode winter adalah sebagai berikut :

• Pemulusan keseluruhan

) )(

1

( − 1+ 1

+ −

= t t

t t

t S b

L I

X

S α α

• Pemulusan trend

1 1) (1 )

.( − + −

= t t t

t S S b

b γ γ

• Pemulusan musiman

L t t t t I S X


(59)

• Ramalan m L t t t m

t S b m I

F+ =( + . ) +

Dimana : L = panjang musiman (misalnya jumlah bulan) B = komponen trend

I = faktor penyesuaian musiman Ft+m = ramalan untuk m periode ke depan St = nilai smoothing

α = konstanta untuk smoothing (0 < α < 1) t

X = nilai aktual

γ = konstanta untuk trend (0 < γ < 1) bt = dugaan trend

β = konstanta untuk musiman (0 < β < 1) t/m = periode penduga

2.8.3.3. Regresi Linier

Regresi Linear adalah suatu metode populer untuk berbagai macam permasalahan. Untuk peramalan time series, formula regresi linier cocok digunakan bila pola data adalah trend. Formulasi regresi linier bila digunakan untuk pendugaan (peramalan) (Teguh Baroto, 2002 : 41) :

t

t a b

f = +

Dimana : ft = nilai fungsi permintaan pada periode t (variabel terikat) a = intercept (nilai tetap y bila x = 0)

bt = slope (derajat kemiringan persaman garis regresi) t = periode (variabel bebas)

Dengan :

( )

∑ ∑

∑ ∑

− − = 2 2 2 . ) ( . ) ( t t n t f t t t f t a


(60)

( )

∑ ∑

− − = 2 2 . ) ( ) ( . t t n t f t t f t n b

Dimana : n = jumlah periode dalam peramalan a = intercept (nilai tetap y bila x = 0)

bt = slope (derajat kemiringan persaman garis regresi)

f(t) = jumlah dari variabel terikatnya

t = jumlah dari variabel bebasnya

t.f(t) = jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikatnya

2.8.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yaitu criteria ketepatan peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan penjualan yang sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan yaitu : (Arman Hakim, 2003 : 30) dan (Teguh Baroto, 2002 : 47)

1. Rata – Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata – rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai berikut : m f f MAD m t t t

= − = 1 Dimana : t

f = permintaan aktual pada periode t


(61)

m = jumlah periode peramalan yang terlibat

2. Rata – Rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

m f f MSE m t t t

= − = 1 2

3. Rata – Rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bisa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.

Secara matematis, MFE dirumuskan sebagai berikut :

m f f MFE m t t t

= − = 1 2

4. Rata – Rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Precentage Error

= MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relative, MAPE biasanya lebih berarti

bila dibandingkan dengan MAD karena MAPE menyatakan persentase

kesalahan hail peramalan terhadap hasil permintaan actual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi presentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :


(62)

(

)

[

]

m x f f f MAPE

m t

t t t

=

− = 1

% 100 '

Dimana : ft = penjualan aktual pada periode t

ft = peramalan penjualan (forecast) pada periode t m = jumlah periode peramalan yang terlibat

2.8.5. Uji Verifikasi Peramalan

Langkah terpenting setelah peramalan adalah melakukan verifikasi peramalan sedemikian rupa sehingga hasil peramalan tersebut benar – benar mencerminkan data masa lalu dan system sebab akibat yang mendasari penjualan tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, maka hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan harus dicari metode lainnya yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistik yang sesuai.

Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan mendeteksi perubahan system sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola penjualan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta control peramalan yang mirip dengan peta control kualitas. Peta control peramalan ini dapat dibuat dengan kondisi data yang tersedia minim.

Adapun prosedur peramalan penjualan dengan metode Time Series adalah sebagai berikut :


(1)

Tabel 4.39 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate

Bulan Kebutuhan (kg) Sisa (kg) Biaya Pemesanan (Rp) Biaya Penyimpanan (Rp) Biaya Pembelian (Rp) TC (Rp)

Maret 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

April 201 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

Mei 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

Juni 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

Juli 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

Agustus 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- September 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- Oktober 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- November 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- Desember 2011 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- Januari 2012 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,- Februari 2012 46.1 0 Rp.104.000,- 0 Rp 20.745.000,- Rp 20.849.000,-

Jumlah Rp.250.188.000,-


(2)

Tahapan selanjutnya adalah membuat tabel pengendalian bahan baku Belerang pada Tabel 4.40. Adapun contoh perhitunganya total biaya bulan Maret 2011 adalah Sebagai berikiut :

Biaya Pembelian = 71,4 x Rp 600.000,- = Rp 42.840.000,- Biaya Penyimpanan = 0

TC = Biaya Pemesanan + Biaya Pembelian + Biaya Penyimpanan = Rp 119.000,- + Rp 42.840.000,- + Rp 0 = Rp 42,959,000,-

Untuk contoh perhitunganya total biaya persediaan Belerang untuk bulan Maret 2011 Sampai bulan Februari 2012 Bisa dilihat pada Lampiran 8.

Sedangkan hasil keseluruhan total biaya persediaan untuk bulan Maret 2011 sampai bulan Februari 2012 bisa dilihat pada Tabel 4.40.


(3)

Tabel 4.40 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Belerang

Bulan Kebutuhan (kg) Sisa (kg) Biaya Pemesanan (Rp) Biaya Penyimpanan (Rp) Biaya Pembelian (Rp) TC (Rp)

Maret 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

April 201 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Mei 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Juni 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Juli 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Agustus 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

September 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Oktober 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

November 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Desember 2011 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Januari 2012 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Februari 2012 71.4 0 Rp,119.000,- 0 Rp 42.840.000,- Rp 42,959,000,-

Jumlah Rp.515.508.000,-


(4)

4.4 Hasil dan Pembahasan

Adapun hasil dan pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan total cost persediaan metode perusahaan dengan metode Heuristik Silver Meal bisa dilihat pada Table berikut :

Tabel 4.41 Total Cost Persediaan Metode Perusahaan (TCA) dan Total Cost Persediaan Metode Heuristik Silver Meal (TCB)

Metode TCA TCB

Total Cost Rp.1.958.564.000,- Rp1.797.984.000,-

Selisih Biaya Rp160,580,000,-

Efisiensi 8.2 %

Sumber : Pengolahan Data Tingkat Efisiensi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa total biaya pengendalian persediaan riil yang dikeluarkan perusahaan selama bulan tahun 2010 (TCA) adalah Rp 1.958,564,000,- sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal (TCB) total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.797,984,000 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp 160,580,000,- dengan efisiensi 8,2 %. Dimana metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kebijakan perusahaan.

2. Perencanaan kebutuhan bahan baku yang lebih baik diperoleh menggunakan metode Heuristik Silver Meal yang mana jumlah pemesanan bahan baku sama dengan kebutuhan bahan baku.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan, antara lain :

1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa total biaya pengendalian persediaan riil yang dikeluarkan perusahaan selama bulan tahun 2010 (TCA) adalah Rp 1.958,564,000,- sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal (TCB) total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.797,984,000 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp

160,580,000,- dengan efisiensi 8,2 %. Dimana metode Heuristik Silver Meal

menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kebijakan

perusahaan.

2. Perencanaan kebutuhan bahan baku yang lebih baik diperoleh menggunakan metode Heuristik Silver Meal yang mana jumlah pemesanan bahan baku sama dengan kebutuhan bahan baku.

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Didalam mengendalikan persediaan bahan bakunya diharapkan CV. Gunung Mas,

Gresik menggunakan metode Heuristik SilverMeal karena dalam pelaksanaannya


(6)

2. Didalam melakukan kegiatan pembelian bahan baku diharapkan adanya suatu perencanaan yang benar-benar matang sehingga tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi yang sedang berlangsung karena bahan baku bisa tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan dan dilaksanakan dalam waktu yang tepat pula, dengan demikian diharapkan hasil produksi yang dihasilkan bisa maksimal.