Baku mutu tingkat kebisingan

4. Perubahan fisiologis pada tubuh, seperti hipertensi, penyakit jantung iskemik, gangguan peredaran darahjantung, gangguan pencernaan, gangguan tidur, perubahan dalam sistem imun, sakit kepala. M enurut Keputusan M enteri Negara Lingkungan Hidup KM NLH 1996 dalam Setiawan 2010, jenis-jenis dari dampak kebisingan ada dua tipe yangdiuraikan sebagai berikut: 1. Akibat badaniah. Kehilangan pendengaran: terjadi perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan dan perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan. Akibat fisiologis: rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi denging. 2. Akibat-akibat psikologis. Gangguan emosional: kejengkelan, kebingungan Gangguan gaya hidup: gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan lain-lain. Gangguan pendengaran: merintangi kemampuan mendengar bunyi TV radio, percakapan, telepon dan sebagainya

2.2.7 Baku mutu tingkat kebisingan

Baku mutu sesungguhnya hanya merupakan alat atau pedoman yang mengikat untuk diperhatikan dari segi keselamatn kerja. Sebaliknya bila sudah diterapkan metode nilai ambang batas ini tidak berarti bahwa sebaliknya sudah ada jaminan para pekerja itu bebas dari segala resiko terhadap adanya bahan berbahaya dalam lingkungan kerjanya Ryadi, 2005 Universitas Sumatera Utara Untuk menjamin bahwa tingkat kebisingan tidak berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan maka dibuat suatu standar acuan yang disebut Baku Tingkat Kebisingan. Dimana Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan M ulia, 2005. Tabel 2.1 Baku mutu kebisingan Zona Kawasan Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebsingan dB Peruntukan Kawasan Perumahan dan Pemukiman 55 Perdagangan dan Jasa 70 Perkantoran dan Perdagangan 65 Ruang Terbuka Hijau 50 Industri 70 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 Rekreasi 70 Khusus Bandar Udara 60 Stasiun Kereta Api 60 Pelabuhan Laut 70 Cagar Budaya 70 Lingkungan Kegiaatan Rumah Sakit atau Sejenisnya 55 Sekolah dan Sejenisnya 55 Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55 Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 2.2.8 Pengendalian Kebisingan Pengendalian kebisingan pada sumbernya dapat melalui pemberlakuan peraturan yang melarang sumber bising misalnya mesin pabrik mengeluarkan bunyi dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Penempatan penghalang barrier pada jalan transmisi dapat dilakukan dengan membuat penghalang barrier pada jalan transmisi diantara sumber bising dengan masyarakat yang terpapar. Sebagai contoh, penanaman pohon bambu disekitar kawasan industri dapat mereduksi Universitas Sumatera Utara bising yang diterima masyarakat, ataupun proteksi kebisingan pada masyarakat yang terpapar dapat dilakukan dengan penggunaan sumbat telinga pada masyarakat yang berada dekat kawasan industri yang menghasilkan kebisingan M ulia, 2005. M enurut Satwiko 2004 Strategi Umum Penanganan Kebisingan : a. Langkah awal selalu menangani kebisingan pada sumbernya dengan cara mengatur sedemikian rupa agar sumber bunyi mengeluarkan intensitas bunyi minimal. Bila memungkinkan, bungkamlah sumber kebisingan dengan cara memberikan penutup yang melingkupi sumber tadi dari bahan yang memiliki hambatan suara tinggi. b. Bila tidak memungkinkan menangani sumber kebisingan langsung, maka tangani media rambat bunyi. Getaran mesin dapat merambat melalui lantai yang akan menjadi kebisingan diruang lain. Pemakaian pegas atau perdam getaran langsung pada mesin akan memotong rambatan bunyi. Permukaan-permukaan yang tidak memantulkan bunyi akan sangat membantu mengurangi kebisingan. c. Jika kedua hal diatas tidak memungkinkan, maka terpaksa penanganan kebisingan dilakukan pada penerima bunyi. Pelindungan telinga ear protector sangat dibutuhkan untuk melindungi telinga dari ketulian akibat kebisingan yang berat.

2.3 Konsentrasi

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2015

34 159 151

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

0 0 16

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

0 0 7

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

2 8 25

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

0 2 4

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan Kereta Api Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015

0 0 17

Hubungan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2015

0 1 16

Hubungan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2015

1 1 2

Hubungan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2015

0 1 7