Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI INDONESIA

T E S I S

Oleh

RINI DWIYANI HADIWIDJAJA

057019025 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


(2)

MANUFAKTUR DI INDONESIA Nama : Rini Dwiyani Hadiwidjaja

Nomor Pokok : 057019025 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Ketua

Drs. Syahyunan, M.Si Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Dr.Hj. Rismayani, SE, MS. Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2007


(3)

Tanggal : 15 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1 Drs. Syahyunan, M.Si

2 Dr. Hj. Rismayani, SE, MS 3 Dr. Muslich Lufti, MBA 4 Drs. H. B Tarmizi, SU


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2007 Yang membuat pernyataan,

Rini Dwiyani Hadiwidjaja NIM. 057019025


(5)

ABSTRAK

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, dibawah bimbingan Ade Fatma Lubis (Ketua) dan Syahyunan (Anggota).

Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestic Bruto (PDB), namun pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah. Kemunduran industri selama tahun 2005 disebabkan oleh 3 (tiga) hambatan terbesar yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi. Kondisi ini tercermin juga dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 hingga 2005 menurun sehingga berdampak pada pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya, bahkan tidak sama sekali membayarkan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor-faktor Cash Ratio,

Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan

Tax Rate terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan faktor apa yang paling dominan.

Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berkenaan dengan rasio pembayaran dividen Data yang digunakan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan dari 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001 hingga 2005. Pendekatan penelitian ini adalah

desktriptif kuantitatif dengan metode explanatory research. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS ver 12.0.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji pengaruh secara serempak (Uji F) dan uji pengaruh secara parsial (Uji t) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau = 5%. Uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap Dividend Payout Ratio. Pada Determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 43,3% dan sisanya sebesar 56,7% dijelaskan oleh variabel lain yang belum diteliti. Namun uji secara parsial (Uji t) hanya ROI dan Tax Rate yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Adapun faktor yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio adalah ROI dilihat dari nilai koefisien regresi ROI sebesar 0,050.


(6)

ABSTRACT

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Manufacture Company in Indonesian. Under Guidance of Ade Fatma Lubis (Supervised) and Syahyunan (Member).

Manufacture industries confer the biggest contribution to Gross Domestic Product, yet growth is relatively low. Manufacture industries decline in 2005 was caused by 3 big obstructions, its instability in macroeconomics, uncertainty policy and corruptions. This conditions shows in amount of manufactures companies have declined from 2001 until 2005, which affected to profit and liabilities of manufactures companies. This condition caused the payment of dividend manufactures companies decline year to year and some companies didn’t paid the dividend for 3 (three) years respectively.

The problems of this research are how is the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia.

The objective of this research is to finding out and analyzes the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia and which factor will be the most dominant to dividend payout ratio.

The theories to be used are financial ratio and decisions of dividend payment theory. The data used in this research is from the yearly financial report of the thirty one manufactured industries listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2001 to 2005. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research is the multiple linear regressions method.

The hypothesize test used the statistical of F-test and the statistical of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables simultaneously influence Dividend Payout Ratio at the determinant coefficient (R2) 43,3% its shows that research independent variables able to explain 43,3% to Dividend Payout Ratio while the remaining of 56,7% explained by independent variables that were un-research. The statistical of t-test shows that only ROI and Tax Rate partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Investment is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coefficient 0,050.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Rini Dwiyani Hadiwidjaja, lahir di Bandung pada tanggal 30 Januari 1977. Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd yang beralamat di Jl. Asrama, Komp. Bumi Asri Blok C No. 106 Cinta Damai, Medan. Status Menikah, suami bernama H. Edy Swasono, SE. dan dikarunia satu anak yang bernama Muhammad Luthfan Kautsar. Saat ini bekerja di Universitas Terbuka (UT) sebagai Staf Akademik yang beralamat di Pondok Cabe Raya, Pamulang, Banten.

Mulai menuntut ilmu pada tahun 1984 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Jakarta Barat, lulus tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 206 Jakarta Barat pada tahun 1989, dan lulus tahun 1992.

Dari tahun 1992 sampai tahun 1995 menduduki bangku Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 85 Jakarta Barat. Pada tahun 1995 melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS Jakarta, dan lulus tahun 2000. Berkat bantuan dan dorongan dari keluarga tercinta, akhirnya melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Program Studi Magister Ilmu Manajemen pada tahun 2005 dan lulus tahun 2007.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, sahabat dan semua umatnya yang bertaqwa. Berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam proses belajar untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Walaupun terdapat suka duka dan rintangan yang penulis hadapi dalam proses penulisan tesis ini, namun berkat bimbingan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasinya dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nissa B.,M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Drs. Syahyunan M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat selesai.

3. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE,MS, Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA dan Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan, saran dan kritikan membangun dalam menyempurnakan penulisan ini.

4. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Rekan-rekan seangkatan 2005/2006 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Ka Imas, Risne, Rudi, Nurul, Guna, Pa Nasir dan Izul yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan studi dan tesis ini.

6. Orangtua tercinta Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd, dan mertua tercinta H. Soentoro, MS dan Hj. Roro Suharsih serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis. Teristimewa kepada suami tercinta H. Edy Swasono, SE yang selalu memberikan do’a dan dukungan, semangat dan pengorbanan yang tulus serta pada anak kami tersayang, Muhammad Luthfan Kautsar yang menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan program master ini

Segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini dicatat sebagai amal kebajikan dan semoga diberi imbalan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi sebuah masukan yang berharga bagi kita semua dalam memperkaya pengetahuan kita.

Medan, Agustus 2007 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ……….. i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN ………... ii

LEMBAR PERNYATAAN ………. iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ………. v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. viii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GRAFIK ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian ……… 5

1.5 Kerangka Pemikiran ………. 5

1.6 Hipotesis ………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ….……… 9

2.2 Rasio Keuangan ……… 11


(11)

2.2.2 Keterbatasan Rasio Keuangan ………. 14

2.3 Dividen ……… 16

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-bentuk Dividen ………. 16

2.4 Kebijakan Dividen 19 2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen ………. 19

2.4.2 Teori Kebijakan Dividen .……… 20

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 21

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen ………... 27

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio …… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………...………... 37

3.2 Metode Penelitian ……… 37

3.3 Populasi dan Sampel ……… 37

3.3.1 Populasi ……… 37

3.3.2 Sampel ………. 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ……… 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data …...………... 40

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ……… 40

3.6.1 Identifikasi Variabel …………...………... 40

3.6.2 Definisi Operasional Variabel .……… 43

3.7 Metode Analisis Data ………... 44

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda ……….... 44

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 45

3.7.2.1 Uji Normalitas ………. 45

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ……… 46

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………. 46

3.7.2.4 Uji Autokorelasi …….………. 47

3.7.3 Pengujian Hipotesis ……… 48

3.7.3.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ………... 49


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel ……….. 51

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 52

4.2.1 Uji Normalitas ……….. 53

4.2.2 Uji Multikolinearitas ……… 55

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 56

4.2.4 Uji Autokorelasi ……..………. 57

4.3 Analisis Model Regresi Linear Berganda …….………... 58

4.4 Pengujian Hipotesis ……… 59

4.4.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ……….. 59

4.4.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ………... 62

4.4.3 Pengaruh Paling Dominan ………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………...………... 67

5.2 Saran ………..………. 68

DAFTAR PUSTAKA ………... 69


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……... 39

3.2 Definisi Operasional Variabel ………... 43

3.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..……... 47

4.1 Deskripsi Variabel ………. 52

4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov- Smirnov (K-S) ..… 55

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ……… 56

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ………...……... 56

4.5 Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ………... 59

4.6 Hasil Uji Determinasi ……… 60


(15)

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Normalitas melalui Histogram ……… 54 4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plot ……… 54 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas …...………... 57


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian ……... 69 2 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Berdasarkan Kreiteria 1 dan 2 ……….. 71 3 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Berdasarkan Kreiteria 1, 2 dan 3 ………... 73 4 Data Gabungan Hasil Penelitian Variabel Penelitian ……… 74 5 Hasil Pengolahan Data Regresi ………. 78


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sampai dengan tahun 2005 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan.

Pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah dan masih dapat diraih di masa datang. Kondisi tahun 2000 misalnya, Indonesia masih dapat memelihara pertumbuhan industri nonmigas sebesar 7,02 persen per tahun. Akan tetapi, di tahun 2001, rasio pertumbuhan tersebut menurun sebesar 3,07 persen dan tinggal menjadi 3,95. Angka pertumbuhan ini terus menurun dan tahun 2002 menjadi 3,68 persen. Selainitu ditunjukkan dari kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia yang konsisten menurun dari 6,01 persen (2000) menjadi hanya 1,6 persen (2001), 3,8 persen (2002), lalu 4,4 persen (2003) dan 6,7 persen (2004) (Kompas, 2 Mei 2005).

Kemunduran industri manufaktur juga terlihat dalam penyerapan tenaga kerja, setelah krisis lapangan kerja menurun drastis. Antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, lapangan kerja di sektor manufaktur turun 9,8 persen. Di sektor alas kaki


(18)

1

bahkan turun hampir 60 persen karena banyak pabrik-pabrik tutup atau direlokasi ke luar negeri, terutama didorong masalah perburuhan dan meningkatnya Upah Minimum Regional (Kompas, 16 Agustus 2005).

Berdasarkan pengamatan iklim usaha terhadap 500 perusahaan manufaktur yang dipilih secara acak di lima aglomerasi industri di Indonesia. Secara umum, responden mengatakan bahwa antara tahun 2003 dan 2005 iklim usaha cenderung membaik, namun ada tiga hambatan terbesar yang dihadapi perusahaan manufaktur selama tahun 2005 yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi.

Ketidakstabilan makroekonomi pada tahun 2005 diawali dengan naiknya harga minyak dunia dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap laju inflasi. Ketidakpastian kebijakan yang dimaksud yaitu dalam hal peraturan perpajakan, perizinan dan pengurusan impor yang merupakan faktor penting bagi daya saing suatu unit usaha. Menurunnya peranan impor barang modal terhadap total impor dan naiknya peranan impor barang konsumsi menggambarkan industri manufaktur pada tahun 2005 melemah (Wartaekonomi, 24 Januari 2005).

Kondisi ini tercermin juga pada pertumbuhan industri manufaktur dari sisi mikro yaitu sisi internal perusahaan, dilihat dari jumlah perusahaan (emiten) manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 menurun. Hal ini juga berdampak pada pembagian atau pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya. Hal ini tampak dari nilai


(19)

banyak perusahaan yang tidak selalu mencantumkan jumlah DPS dan DPR sama sekali (tidak membayarkan dividen) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Misalnya pada sektor Industri dasar dan kimia (basic industry and chemical), sub sektor industri semen PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk hanya membayarkan dividen sebelum tahun 2000 saja, yaitu dari tahun 1991 hingga 1999 secara berturut-turut sedangkan dari tahun 2001 hingga tahun 2005 tidak membagikan dividen. Sektor aneka industri (miscellaneous industry), sub sektor textile and garment

pembayaran dividen hanya dilakukan dari tahun 1994 hingga tahun 1999 saja, sedangkan untuk tahun 2000 hingga 2005 tidak membayarkan dividen.

Hal ini juga ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan manufaktur di BEJ selama periode tahun 2001 hingga 2005, rasio likuiditas yaitu cash ratio rata – rata 0,65 kali, artinya rata – rata perusahaan tidak mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas yang tersedia karena setiap satu kali melakukan hutang lancar, perusahaan hanya mampu melunasinya dari kas 0,65 kali. Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity rata – ratanya

0,74 kali. Tingkat profitabilitas (ROI) rata-rata sebesar 11,85 %. Angka ini menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalan memperoleh laba bersih perusahaan selama periode itu pada umumnya cukup baik.

Pertumbuhan internal perusahaan dapat digambarkan oleh nilai perusahaan, karakteristik internal, kualitas perusahaan dan kinerja keuangan, serta prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu melalui data keuangan yang tertuang dalam suatu laporan, yaitu laporan keuangan.


(20)

Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lain dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan (retained earning) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal ini merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan besarnya Dividend Payout Ratio.

Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya. Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun apabila dikaitkan dengan pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar cenderung akan meningkatkan harga saham.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Return on Investment (ROI) dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan memberikan kajian empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dividend payout ratio. Penelitian ini juga sebagai bahan referensi bagi peneliti / mahasiswa lain yang ingin mengembangkan penelelitian selanjutnya.

2. Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan dividen.

3. Perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan (internal/eksternal) jika akan melakukan reinvestment.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan.

Kebijakan terhadap dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk “laba ditahan” guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Namun apabila perusahaan memilih untuk membagikan dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang


(22)

selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya.

Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan adalah informasi keuangan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang tampak dari aspek likuiditas, leverage/solvabilitas dan rentabilitas/profitabilitas perusahaan yang berbentuk rasio-rasio keuangan.

Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan, dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Teknik analisis rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan (Helfert, 1997).

Rasio keuangan merupakan tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Rasio-rasio keuangan tersebut dikelompokan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian (Sawir, 2005).

Analisis kinerja keuangan dengan rasio yang dikembangkan dalam hal ini diambil dari sudut pandang investor (pemodal) sehingga yang menjadi fokusnya dilihat dari profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang, laba dan dividen yang meningkat serta indikator pasar (Helfert, 1997). Dari berbagai macam rasio keuangan tersebut ada beberapa


(23)

rasio yang perlu diperhatikan baik oleh pemegang saham maupun oleh perusahaan yaitu

Dividend Payout Ratio (DPR).

Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya DPR dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang, tingkat ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva), faktor pengawasan dan ketentuan-ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

Penetapan DPR harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang terkandung di dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi.

Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut pandang pemberi pinjaman adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai melalui rasio lancar (Current Ratio) dan rasio kas (Cash Ratio) dan yang kedua leverage

keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui hutang terhadap aktiva (DAR), hutang terhadap kapitalisasi dan hutang terhadap ekuitas (DER). Sedangkan dari sudut pandang investor adalah 1) Profitabilitas, yang terdiri dari Pengembalian atas total kekayaan bersih (ROI), Pengembalian atas ekuitas (ROE), dan Laba per saham, 2) Disposisi Laba, yang terdiri dari Dividen per saham, Hasil Dividen dan Pembayaran kembali/penahanan laba


(24)

(DPR), 3) Indikator Pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, Nilai pasar thd nilai buku (MBR).

Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga dapat mempengaruhi DPR yaitu Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX).

Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.

Cash Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) Net Profit Margin (NPM)

Return on Investment (ROI)

Dividend Payout Ratio

(DPR)


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namundengan variabel bebas yang berbeda, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001. 9


(26)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on


(27)

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI) dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.2 Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; and (2) we can compare the firm’s ratios with those of other firms.


(28)

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1) waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions:

1. How liquid is the firm?

2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 3. How is the firm financing its assets?

4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain : 1. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

2. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut untuk mengungkapkan penyebabnya.


(29)

3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan menjadi 5 (lima) , yaitu :

1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio Laba atas Modal (Return on Equity).

2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas


(30)

ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Period).

4. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya

Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.

5. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal (Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.

2.2.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


(31)

a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.

b. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.

c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :

a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan (selain dari buku-buku pembantu).

b. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

c. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan), angka rasio laba dapat menyesatkan

d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen, perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu


(32)

dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya.

e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :

• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan.

• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat terhadap maju mundurnya perusahaan.

2.3 Dividen

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan

Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan


(33)

memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi kesalahpahaman tentang sumbernya.

Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:

1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.

2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. 3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau

pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa juga dalam bentuk saham (stock dividens).


(34)

1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

2. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.

3. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat sementara.

4. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan lembar saham di bawah pasar.

2.4 Kebijakan Dividen

2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada umumnya sebagai EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).


(35)

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke tangan pemegang saham.

Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.

Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana (kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment. Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan kenaikan dividen.

Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).


(36)

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (DividendIrrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori “Bird-In-The-Hand”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.


(37)

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1) Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu, investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen, Pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”. Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gains. Pendapat ini disebut bird-in-the-hand’ theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang rendah akan meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak


(38)

membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.

2.4.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3) perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion), 6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba, stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.

1. Undang-undang.

Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.

2. Posisi likuiditas.

Angka yang tercantum dalam lapoan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena


(39)

posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

3. Kebutuhan pelunasan utang.

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

4. Tingkat ekspansi aktiva.

Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang dapat dibayarkan.

5. Tingkat laba.

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan


(40)

menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.

6. Stabilitas laba.

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.

7. Akses ke pasar modal.

Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

8. Kendali perusahaan.

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang


(41)

kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran dividen.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor – faktor berikut ini:

1. Operating Cash Flow

Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.

2. Tingkat laba

Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.

3. Kesempatan investasi

Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (investasi yang menguntungkan).


(42)

Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.

5. Pajak penghasilan

Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen

Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) there are three altervatives dividend payment; (1) Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year to year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time (3) Regular dividend plus a year-end


(43)

extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya pembayaran dividen, yaitu:

1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).

Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).

2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).

Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun – tahun sebelumnya. Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar – benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan


(44)

cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi (Sartono, 2000).

3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler dividend plus a year – end extra).

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan yang lebih flesibel.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan

internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)

Sundaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan


(45)

kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share

Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :

1. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio

dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva.

4. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi disbanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.


(46)

Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen, faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Faktor Likuiditas

2. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio

(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.

3. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap perusahaan akan berkurang.

4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang relatif stabil.

5. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal tersendiri.

Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio


(47)

1. Cash Ratio

Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.

Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.

Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:

Cash + Marketable Securities Cash Ratio =

Current Liabilities

Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung membayar dividen yang rendah.

Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.


(48)

Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.

Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri. Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.

Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.

Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu: Total Utang

Debt to Equity Ratio =


(49)

Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.

Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001 terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).

3. Net Present Margin (NPM)

Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :

Net Income Net Profit Margin =

Sales

Crutchley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) menemukan bukti bahwa earning volatility berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Volatilitas keuntungan berkaitan erat dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan tersebut bisa mempertahankan pembayaran sebagian besar dari keuntungannya dalam bentuk dividen.


(50)

Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.

4. Return on Investment (ROI)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan investasi asset – assetnya.

ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :

Net Income Return on Investment =

Total Asset

Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.


(51)

Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%

diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%

diatas Rp.100.000.000,00 30%

Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000

Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :

Tax Rate = (EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000

EBT

Keterangan :

Rp. 12.500.000 diperoleh dari :

10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000

Rp.12.500.000

Diketahui bahwa antara Tax Rate dan pembayaran dividen terdapat hubungan negative yang artinya semakin tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran dividen kepada pemegang saham.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namundengan variabel bebas yang berbeda, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001. 9


(53)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on


(54)

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI) dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.8 Rasio Keuangan

2.8.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends;


(55)

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1) waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions:

5. How liquid is the firm?

6. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 7. How is the firm financing its assets?

8. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain : 5. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

6. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut untuk mengungkapkan penyebabnya.


(56)

7. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

8. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan menjadi 5 (lima) , yaitu :

6. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio Laba atas Modal (Return on Equity).

7. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas


(1)

68 CNTB PT Centex (Saham Seri B) 90 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk

69 CNTX PT Centex 91 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk

70 DOID PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk *) 92 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 71 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 93 KBLI PT GT Kabel Indonesia Tbk 72 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk 94 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 73 HDTX PT Panasia Indosyntex Tbk 95 SCCO PT Sucaco Tbk

74 INDR PT Indo-Rama Synthetics 96 VOKS PT Voksel Electric Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry)

97 ADES PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk 115 GGRM PT Gudang Garam Tbk 98 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk *) 116 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

99 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 117 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk 100 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 118 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 101 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 119 INAF PT Indofarma Tbk

102 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 120 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 103 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 121 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

104 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 122 MERK PT Merck Indonesia Tbk 105 MYOR PT Mayora Indah Tbk 123 PYFA PT Pyridam Farma Tbk

106 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 124 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 107 SHDA PT Sari Husada Tbk 125 SQBB PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 108 SKLT PT Sekar Laut Tbk 126 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indo Tbk (PS) 109 SMAR PT SMART Tbk 127 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk

110 STTP PT Siantar Top Tbk 128 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 111 SUBA PT Suba Indah Tbk 129 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 112 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 130 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 113 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Ind. Tbk *) 131 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 114 BATI PT BAT Indonesia Tbk 132 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk

133 LMPI PT Langgeng Makmur Ind. Tbk

Yang Tidak Menjadi Sampel

No Nama Perusahaan Listing Date

1 FPNI PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 2002 2 FISH PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk 2002

3 CITA PT Cipta Panelutama Tbk 2002

4 ARTI PT Arona Binasejati Tbk 2003

5 SQMI PT Sanex Qianjiang Motor Int’l Tbk 2004

6 AKKU PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 2004

7 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk 2005

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.


(2)

LAMPIRAN 3


(3)

Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)

No Nama Perusahaan

1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk

2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk

3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk

4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk

5 LION PT Lion Metal Works Tbk

6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk

7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk

8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk

9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk

10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk

11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk

12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk

13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk

14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk

ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry)

15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk

17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.

18 PBRX PT Pan Brothers Tbk

19 BATA PT Sepatu Bata Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry)

20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk

21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

24 MYOR PT Mayora Indah Tbk

25 GGRM PT Gudang Garam Tbk

26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

28 MERK PT Merck Indonesia Tbk

29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk

30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.


(4)

LAMPIRAN 4


(5)

HASIL DESKRIPSI VARIABEL

No

Kode

Perusahaan

Cash

DER

NPM

ROI

TAX

DPR

1 SMGR 0,4896 1,032 0,083 0,0707 30 0,0006

2 AMFG 0,4325 0,934 0,1297 0,1184 29,99 0,0004

3 ARNA 0,0577 1,232 0,105 0,0753 29,93 0,0004

4 CTBN 0,0888 0,314 0,0357 0,1308 29,92 0,0159

5 LION 2,2606 0,186 0,164 0,1215 29,92 0,0055

6 LMSH 0,1615 0,85 0,0344 0,0686 29,41 0,0149

7 TBMS 0,1547 0,526 0,0081 0,0113 30,05 -0,0018

8 CLPI 1,1847 0,4 0,1018 0,1145 29,8 0,0221

9 DPNS 1,4306 0,202 0,06 0,2069 29,88 0,0021

10 EKAD 1,7784 0,25 0,0629 0,0836 29,74 0,0068

11 INCI 0,8521 0,16 0,0963 0,0689 29,86 0,0021

12 UNIC 0,0212 1,474 0,0411 0,038 29,99 0,008

13 IGAR 0,3247 0,736 0,0433 0,0639 29,93 0,0002

14 TIRTA 0,0416 2,514 0,0195 0,0192 29,87 0,0004

15 AUTO 0,4516 0,696 0,0982 0,1149 29,99 0,0003

16 GDYR 0,401 0,512 0,0197 0,0304 29,99 -0,0058

17 SMSM 0,6698 0,59 0,0774 0,084 29,98 0,0014

18 PBRX 0,2217 1,228 0,0352 0,0749 29,88 0,0011

19 BATA 0,1 0,0536 0,0997 0,277 29,97 0,0175

20 AQUA 0,5088 1,216 0,0585 0,1116 29,98 0,0129

21 DLTA 1,0329 0,292 0,1346 0,1065 29,97 0,0097

22 INDF 0,282 2,552 0,0322 0,0364 30 0,0001

23 MLBI 0,3143 0,776 0,1481 0,3539 29,99 0,032

24 MYOR 1,4521 0,702 0,0643 0,0553 29,98 0,0003

25 GGRM 0,0633 0,638 0,089 0,1137 30 0,0002

26 HMSP 0,6 1,152 0,104 0,1294 30 0,0002

27 KAEF 0,5669 0,558 0,0418 0,0576 29,98 0,0001

28 MERK 0,876 0,274 0,1737 0,2529 29,97 0,035

29 TSPC 2,5366 0,226 0,1493 0,1617 30 0,0012

30 TCID 0,0797 0,206 0,0984 0,1601 29,98 0,0025

31 UNVR 0,9716 0,61 0,1508 0,3605 30 0,0005

Rata-rata : 0,6583 0,7449 0,0826 0,1185 29,9339 0,0060

Standar Deviasi : 0,6566 0,6076 0,0466 0,0886 0,1177 0,0097

Koefisien Variasi : 99,7434 81,5629 56,4383 74,7947 0,3933 161,8025

Maksimum : 2,5366 2,552 0,1737 0,3605 30,05 0,035

Minimum : 0,0212 0,0536 0,0081 0,0113 29,41 -0,0058

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.


(6)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT REGRESI

LINIER BERGANDA


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 34 111

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 47 96

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI.

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI.

0 6 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2012-2014 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei Tahun 2012-2014``.

0 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei Tahun 2012-2014``.

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 33

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 16