2.1.4 Perilaku Pembelian
Pada seorang konsumen, semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangan untuk membeli. Kotler dan Armstrong
2008:177 membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara merek.
1. Perilaku Pembelian Kompleks Complex Buying Behavior
Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks complex buying behavior
ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antarmerek.
2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonasi Dissonance-reducing Buying
Behavior Perilaku pembelian pengurangan disonansi dissonance-reducing buying
behavior terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang
mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek.
3. Perilaku Pembelian Kebiasaan Habitual Buying Behavior
Perilaku pembelian kebiasaan habitual buying behavior terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek.
4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman Variety-seeking Buying Behavior
Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman variety- seeking buying behavior
dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang
signifikan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Perilaku Pascapembelian
Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Menurut Kotler dan Armstrong 2008:181, perilaku pascapembelian adalah tahap proses
keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Setelah membeli
produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian postpurchase behavior yang harus diperhatikan oleh pemasar.
2.1.6 Merek
Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang
memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah merek brand.
American Marketing
Association dalam Kotler dan Keller 2009:258 mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau
kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan merek para
pesaing.” Merek merupakan tanda berupa gambar, nama kata, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa Tjiptono, 2005:25.
2.1.7 Loyalitas Merek