3. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja
Sifat perjanjian kerja itu harus timbal balik atau dengan kata lain, dengan adanya perjanjian kerja itu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak. Hak dan kewajiban antara para pihak yang satu dengan yang lainnya merupakan suatu kebalikan, jika di satu pihak merupakan suatu hak maka di pihak
lainnya adalah merupakan suatu kewajiban. Kewajiban dari penerima kerja, yaitu si pekerja pada umumnya tersimpul dalam hak si majikan, seperti juga hak si
pekerja tersimpul dalam kewajiban si majikan.
38
a Kewajiban pengusaha majikan
Kewajiban yang harus dipenuhi serta hak yang bisa mereka nikmati, bagi mereka yang membuat perjanjian, bisa dirumuskan sebagai saling berlawanan
antara yang satu dengan pihak yang lainnya. Yaitu pihak pekerja atau buruh berlawanan dengan pihak pengusaha atau majikan.
Jika isi yang tertuang dalam perjanjian kerja tersebut menunjukkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak pekerja, maka sebaliknya
kewajiban tersebut bagi pihak pengusaha adalah merupakan haknya, dan begitu pula sebaliknya.
Kewajiban pengusaha atau majikan diatur dalam Pasal 1602 KUHPerdata. Kewajiban utama dari pengusaha dalam perjanjian kerja adalah membayar upah.
Mengenai hal ini juga diatur pada Bagian Kedua Bab X UU Nomor 13 Tahun 2003. Pengupahan yang diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 ini bersifat
publik, hal ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 95 ayat 3 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang berbunyi :
38
Wiwoho Soedjono, Op.Cit, hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
”Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha danatau buruh dalam pembayaran upah.”
Adapun kewajiban-kewajiban pokok pengusaha selain membayar upah adalah juga mengatur tempat kerja dan alat kerja, memberi hari istirahat dan hari
libur resmi, memberi surat keterangan, serta bertindak sebagai pengusaha yang baik.
1 Membayar upah
Menurut Pasal 1 angka 30 UU Nomor 13 Tahun 2003: ”Upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima atau dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
danatau jasa yang telah atau akan dilakukan.” Mengenai pengupahan ini, diatur pula dalam Pasal 1602 KUHPerdata
sampai dengan Pasal 1602 huruf u KUHPerdata. Majikan wajib membayar upah kepada buruh tepat pada waktu yang telah ditentukan.
2 Memberi waktu istirahat dan hari libur resmi
Dalam Pasal 1602 huruf v KUHPerdata, dikatakan bahwa: ”Majikan wajib mengatur pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa, sehingga
buruh tidak perlu melakukan pekerjaan pada hari Minggu dan hari-hari yang menurut kebiasaan setempat, yang mengenai pekerjaan yang
diperjanjiakan dipersamakan dengan hari minggu.” Mengenai hal ini juga diatur dalam Paragraf 4 Bagian Kesatu Bab X UU
Nomor 13 Tahun 2003. Di sini diatur tentang waktu istirahat dan cuti serta hari libur resmi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja
setelah 4 jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
b Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja seminggu, atau 2 hari untuk 5 hari
kerja dalam seminggu. c
Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerjaburuh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus.
d Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 bulan bagi pekerjaburuh yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama
dengan ketentuan pekerjaburuh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap
kelipatan masa kerja 6 tahun. e
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerjaburuh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.
f Pekerjaburuh perempuan yang dalam masa haid merasa sakit dan
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.
g Pekerjaburuh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1 ½ bulan
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1 ½ bulan sesudah melahirkan anak menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
h Pekerjaburuh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak
memperoleh istirahat 1 ½ bulan atau menurut surat keterangan dokter atau bidan.
Universitas Sumatera Utara
i Pekerjaburuh perempuan yang anaknya sakit masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.
j Pekerjaburuh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
3 Mengatur tempat kerja dan alat kerja
Majikan diwajibkan mengatur tempat dan alat kerja di mana pekerjaburuh melakukan pekerjaan dan harus membuat aturan-aturan serta petunjuk-petunjuk
dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaburuh terlindungi jiwa, kehormatan dan harta bendanya serta yang berhubungan dengan
sifat pekerjaannya. Hal ini diatur dalam Pasal 1602 y KUHPerdata, begitu juga menurut Pasal 86 UU Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa setiap
buruhpekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a
Kesehatan dan keselamatan kerja b
Moral dan kesusilaan c
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
4 Bertindak sebagai pengusaha yang baik
Meskipun kewajiban ini tidak tertulis dalam perjanjian kerja, namun menurut kepatutan dan kebiasaan serta peraturan perundang-undangan,
seharusnya pengusaha wajib untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam keadaan yang sama sepatutnya harus dilakukan atau tidak diperbuat oleh
seorang majikan yang baik. Hal ini diatur dalam Pasal 1602 huruf y KUHPerdata. Hal tersebut diatas sesuai dengan ketentuan tentang akibat dari perjanjian
yang diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
”Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifatnya perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.”
5 Mengurus perawatan dan pengobatan
Majikanpengusaha wajib mengurus perawatan dan pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikannya. Hal ini diatur dalam Pasal
1602 huruf x KUHPerdata. Dalam perkembangan hukum ketenagakerjaan, kewajiban ini tidak hanya terbatas bagi tenaga kerja yang tinggal di rumah
majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang
Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. 6
Memberikan surat keterangan yang sesungguhnya tentang sifat pekerjaan yang telah dilakukan serta lamanya hubungan kerja
Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 z KUHPerdata yang menentukan bahwa majikanpengusaha wajib memberikan surat keterangan yang
diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja
masa kerja. Surat keterangan itu juga diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja. Surat keterangan tersebut sangat
penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai pengalaman kerjanya.
b Kewajiban buruhpekerja
Secara umum, kewajiban utama buruhpekerja adalah melakukan pekerjaan. Kewajiaban buruhpekerja diatur dalam Pasal 1603,1603 a, 1603 b,
Universitas Sumatera Utara
1603 c, dan 1603 d KUHPerdata. Adapun yang menjadi kewajiban buruhpekerja, yaitu:
1 Melakukan pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerjaburuh adalah pekerjaan yang dijanjikan dalam perjanjian kerja. Mengenai ruang lingkup pekerjaan dapat
diketahui dalam perjanjian kerja atau menurut kebiasaan. Menurut Pasal 1603 KUHPerdata, buruh wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut
kemampuannya dengan sebaik-baiknya. Dalam Pasal 1603 huruf a KUHPerdata juga dikatakan bahwa buruh juga
diwajibkan untuk melakukan sendiri pekerjaannya, pekerjaan buruh tidak boleh digantikan oleh orang ketiga tanpa izin dari majikannya.
2 Menaati tata tertib perusahaan
Tata tertib ini merupakan disiplin dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan. Peraturan tata tertib ini ditetapkan oleh pengusaha sebagai akibat
kepemimpinan dari pengusaha. Hal ini diatur dalam Pasal 1603 huruf b KUHPerdata, yang menyatakan bahwa majikan atau pengusaha yang membuat
tata tertib perusahaan haruslah dalam batasan-batasan aturan perundang-undangan atau perjanjian, atau jika tidak ada menurut kebiasaan.
Begitu juga menurut Pasal 1603 huruf c KUHPerdata, bahwa buruhpekerja yang tinggal dengan majikan harus bertingkah laku menurut tata
tertibnya. 3
Bertindak sebagai pekerjaburuh yang baik Kewajiban ini merupakan kewajiban timbal balik dari pengusaha yang
wajib bertindak sebagai pengusaha yang baik. Dengan demikian buruhpekerja
Universitas Sumatera Utara
wajib melaksanakan kewajibannya dengan baik seperti apa yang tercantum dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, maupun dalam perjanjian kerja bersama.
Begitu juga menurut Pasal 1603 huruf d KUHPerdata, buruh pada umumnya diwajibkan melakukan, maupun tidak berbuat sesuatu yang dalam
keadaan yang sama, patut atau tidak patut dilakukan oleh seorang buruh yang baik.
4 Membayar ganti rugi dan denda
Jika buruhpekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum, pekerja
wajib membayar ganti rugi dan denda.
4 Jenis-Jenis Perjanjian Kerja
Sesuai dengan kondisi dan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu yang berbeda, jenis-jenis pekerjaan dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yakni :
pertama, pekerjaan yang dilakukan secara berulang atau pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang tidak tertentu, dan kedua,
pekerjaan yang menurut sifat dan jenis serta tuntutan kegiatannya perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang relatif pendek. Berdasarkan hal tersebut di atas,
terdapat 2 macam hubungan kerja yakni : a.
Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT, PKWT ini dapat didasarkan atas, jangka waktu tertentu atau selesainya suatu
paket pekerjaan tertentu. b.
Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT 1 Pengertian
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1603 huruf e KUHPerdata yang mengatur mengenai perjanjian kerja waktu tertentu menyatakan:
”Hubungan kerja berakhir demi hukum jika habis waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian maupun reglemen, atau dalam ketentuan
undang-undang atau jika semuanya itu tidak ada menurut kebiasaan.” Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT adalah perjanjian kerja antara
pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu yang bersifat sementara Pasal 1 angka 1
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP 100 MEN VI 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Pengertian tersebut sependapat dengan pendapat Payaman Simanjuntak, menurut beliau:
”PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk melaksanakan pekerjaan yang diperkirakan selesai dalam waktu
tertentu yang relatif pendek yang jangka waktunya paling lama 2 tahun, dan hanya dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama sama dengan
waktu perjanjian kerja pertama, dengan ketentuan seluruh masa perjanjian tidak boleh melebihi tiga tahun lamanya.
39
PKWT adalah perjanjian bersyarat, yakni antara lain dipersyaratkan bahwa harus dibuat tertulis dan dibuat dalam bahasa Indonesia, dengan ancaman
bahwa apabila tidak dibuat secara tertulis dan tidak dibuat dengan bahasa Indonesia, maka dinyatakan dianggap sebagai PKWTT Pasal 57 ayat 2 UU
” Lebih lanjut dikatakan, bahwa PKWT dibuat untuk jangka waktu 1 satu
tahun, maka hanya dapat diperpanjang satu kali dengan jangka waktu perpanjangan maksimum 1 satu tahun. Jika PKWT dibuat untuk 1 ½ tahun,
maka dapat diperpanjang ½ tahun. Demikian juga apabila PKWT untuk 2 tahun, hanya dapat diperpanjang 1 tahun sehingga seluruhnya maksimum 3 tahun.
39
Payaman Simanjuntak, Undang-undang Yang Baru Tentang Ketenagakerjaan, Work In Freedom, Jakarta, 2003, hlm 28
Universitas Sumatera Utara
Nomor 13 Tahun 2003. PKWT tidak dapat tidak boleh dipersyaratkan adanya masa percobaan probation, dan apabila dalam perjanjiannya terdapatdiadakan
klausul masa percobaan dalam PKWT tersebut, maka klausul tersebut dianggap sebagai tidak pernah ada batal demi hukum. Dengan demikian apabila dilakukan
pengakhiran hubungan kerja pada PKWT karena alasan masa percobaan, maka pengusaha dianggap memutuskan hubungan kerja sebelum berakhirnya perjanjian
kerja. Dan oleh karena pengusaha dapat dikenakan sanksi untuk membayar ganti kerugian kepada pekerjaburuh sebesar upah pekerjaburuh sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tetapi
PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 59 ayat 2 dan 3 UUNomor 13 Tahun 2003 yakni: a
Pekerjaan paket yang sekali selesai atau pekerjaan yang bersifat sementara.
b Pekerjaan yang waktu penyelesaiannya diperkirakan dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun khususnya untuk PKWT berdasarkan selesainya paket pekerjaan tertentu.
c Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
d Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan. PKWT yang didasarkan pada paket pekerjaan yang sekali selesai atau
pekerjaan yang bersifat sementara serta pekerjaan yang waktu penyelesaiannya diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama, adalah PKWT yang didasarkan
atas selesainya pekerjaan tertentu. Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu tersebut,
dibuat hanya untuk paling lama 3 tahun, dan dalam perjanjiannya harus dicantumkan batasan paket pekerjaan dimaksud sampai sejauh mana dinyatakan
selesai. Apabila pekerjaan tertentu yang diperjanjikan tersebut, dapat diselesaikan
Universitas Sumatera Utara
lebih awal dari yang diperjanjikan, maka PKWT berakhir atau putus demi hukum. Dengan kata lain, perjanjian berakhir dengan sendirinya pada saat selesainya
pekerjaan. PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman, adalah pekerjaan yang
dalam pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca tertentu yang hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu. Demikian juga
untuk pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dikategorikan sebagai pekerjaan musiman. Namun hanya dapat dilakukan
bagi pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan tambahan. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh berdasarkan PKWT yang bersifat musiman,
pelaksanaannya dilakukan dengan membuat daftar nama-nama pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan.
PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru kegiatan baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam masa
percobaan atau penjajakan dijelaskan lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP 100MENVI2004 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, bahwa PKWT tersebut hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan dapat
diperpanjang untuk satu kali perpanjangan dalam masa satu tahun. PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau
produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan tersebut hanya boleh dilakukan oleh pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan di luar
kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan. Di samping beberapa jenis PKWT tersebut di atas, dalam praktek sehari-
hari, dikenal juga perjanjian kerja harian lepas. Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang
Universitas Sumatera Utara
berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta pembayaran upah yang didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan melalui perjanjian kerja harian
lepas tersebut. Pelaksanaan perjanjian kerja harian lepas dilakukan apabila pekerjaburuh bekerja kurang dari 21 duapuluh satu hari kerja dalam satu
bulan. Namun apabila pekerjaburuh bekerja terus menerus melebihi 21 hari kerja
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih, maka status perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT, perjanjian kerja harian lepas adalah merupakan
pengecualian lex specialis dari ketentuan khususnya mengenai jangka waktu sebagaimana tersebut di atas.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh pada pekerjaaan-pekerjaan tertentu secara harian lepas, wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara
tertulis. Perjanjian kerja dimaksud, dapat dibuat secara kolektif dengan membuat daftar pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan, dengan materi perjanjian, berisi
sekurang-kurangnya : a
Namaalamat perusahaan atau pemberi kerja; b
Namaalamat pekerjaburuh; c
Jenis pekerjaan yang dilakukan; d
Besarnya upah dan atau imbalan lainnya. Daftar pekerjaburuh tersebut disampaikan kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupatenkota setempat, selambat- lambatnya 7 hari kerja sejak mempekerjakan pekerjaburuh.
2. Perpanjangan dan Pembaharuan PKWT Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal, bahwa PKWT dapat
didasarkan atas jangka waktu tertentu, dan dapat didasarkan atas paket pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
tertentu. PKWT yang didasarkan atas paket pekerjaan tertentu, dibuat hanya maksimum 3 tahun. PKWT yang didasarkan atas suatu paket pekerjaan tertentu
tersebut tidak dapat diperpanjang atau diperbaharui Pasal 59 ayat 1 huruf b UU Nomor 13 Tahun 2003.
Sebaliknya, PKWT yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk pertama kali paling lama 2 tahun kemudian boleh diperpanjang
hanya 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun Pasal 59 ayat 4 UU Nomor 13 Tahun 2003.
Berkaitan dengan pembaharuan PKWT, apabila PKWT diperbaharui, maka pembaharuan tersebut hanya dapat dilakukan setelah melalui “masa jeda”
dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya 30 hari sejak berakhirnya PKWT yang lama pertama, dan perbaruan ini hanya boleh dilakukan 1 kali untuk itu
jangka waktu paling lama 2 tahun. Dalam kaitan dengan PKWT dibuat atas dasar selesainya paket pekerjaan
tertentu, yang karena ada alasan kondisi tertentu, sehingga pekerjaan ternyata belum dapat diselesaikan, maka dapat dilakukan pembaharuan PKWT.
Pembaharuan PKWT bisa dilakukan setelah melebihi masa tenggang masa jeda 30 hari setelah berakhirnya perjanjian. Pembaharuan dan tenggang waktu jeda
mana, dapat diatur dan diperjanjikan lain Pasal 5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP 100MENVI2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Selanjutnya PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman, tidak dapat
dilakukan pembaruan. Demikian juga PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang
Universitas Sumatera Utara
masih dalam masa percobaan atau penjajakan juga tidak dapat dilakukan pembaruan.
Apabila beberapa syarat PKWT seperti, antara lain perpanjangan, pembaruan jenis dan spesifikasi, tidak diindahkan, maka demi hukum hubungan
kerja akan berubah menjadi hubungan kerja menurut PKWTT. Jika terjadi perubahan hubungan kerja menjadi PKWTT maka berarti pekerjaburuh berhak
atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja uang penggantian hak. Masa kerjanya dihitung berdasarkan hal yang dilanggar. Apabila yang dilanggar adalah
jenis dan sifat pekerjaannya, maka masa kerjanya dihitung sejak terjadinya hubungan kerja. Apabila yang dilanggar adalah ketentuan mengenai jangka waktu
perpanjangan atau pembaruan, maka masa kerja dihitung sejak adanya pelanggaran mengenai jangka waktu tersebut.
3. Sanksi Wanprestasi dalam PKWT PKWT berakhir pada saat berakhirnya jangka waktu yang ditentukan
dalam klausul perjanjian kerja tersebut. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum waktunya berakhir atau sebelum paket pekerjaan tertentu
yang ditentukan dalam perjanjian kerja selesai, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena pekerjaburuh meninggal, dan bukan karena berakhirnya perjanjian
kerja PKWT berdasarkan putusan pengadilanlembaga PPHI, atau bukan karena adanya keadaan-keadaan tertentu, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja
diwajibkan membayar upah pekerjaburuh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja .
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat tetap. Pada PKWTT ini dapat disyaratkan adanya masa percobaan maksimal selama 3 bulan. Pekerjaburuh yang dipekerjakan dalam masa
percobaan upahnya harus minimal sesuai dengan upah minimum yang berlaku. Mengenai PKWTT ini diatur dalam Pasal 60 UU Nomor 13 Tahun 2003.
Berdasarkan Pasal 63 ayat 2 UU Nomor 13 Tahun 2003, surat pengangkatan bagi pekerjaburuh sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama dan alamat pekerjaburuh;
b. Tanggal mulai bekerja;
c. Jenis pekerjaan;
d. Besarnya upah.
Syarat masa percobaan kerja harus dicantumkan dalam perjanjian kerja. Apabila perjanjian kerja dilakukan secara lisan, maka pengusaha wajib membuat
surat pengangkatan bagi pekerjaburuh yang bersangkutan dan syarat masa percobaan kerja harus diberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan dan
dicantumkan dalam surat pengangkatan. Dalam hal tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, maka ketentuan masa percobaan
kerja dianggap tidak ada.
5. Berakhirnya Perjanjian Kerja