Keseragaman Sediaan Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro

superdesintegrant pada konsentrasi yang lebih tinggi akan membentuk gel yang menghambat penetrasi air Florence dan Attwood, 1988.

4.3.5 Keseragaman Sediaan

Penetapan keseragaman sediaan dilakukan dengan menetapkan keragaman bobot. Karena tablet dispersi padat yang diformulasi mengandung bobot zat aktif 200 mg berarti bobot zat lebih dari 50 mg. Berdasarkan farmakope Indonesia edisi IV, tablet memenuhi keragaman bobot jika dari 10 tablet yang diperiksa masing-masing dalam batas 85 – 115 dan simpangan baku ≤ 6. Pada uji ini semua formula tablet dispersi padat memenuhi keragaman bobot. Tabel 4.7 Hasil Uji Keragaman Bobot berbagai Formula Tablet Ibuprofen Sistem Dispersi Padat

4.3.6 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro

Hasil uji pelepasan obat secara in vitro menggunakan dissolution tester dari semua formula tablet dispersi padat ditunjukkan pada Gambar 4.6a. Hasil uji pelepasan obat dengan superdesintergrant natrium kroskamelosa ditunjukan pada No Formula Kadar Simpangan Baku SD 1. A1 101,90 0,81 2. A2 102,56 1,06 3. A3 103,21 0,76 4. A4 103,61 0,81 5. A5 102,08 0,92 6. A6 100,52 0,89 7. A7 99,00 1,08 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6b dapat dilihat bahwa pada pemakaian konsentrasi yang tinggi dari natrium kroskamelosa A3 persen kumulatif obat yang dilepaskan semakin berkurang. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Gambar 4.6c, hasil uji pelepasan obat dari superdesintergrant krospovidon , semakin tinggi konsentrasi superdisintegrant krospovidon digunakan, persen kumulatif obat yang dilepaskan semakin berkurang. Hal ini diduga akibat terbentuknya gel yang menghambat penetrasi air ke dalam inti tablet Florence dan Attwood, 1988. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa pada formula yang berbeda terdapat perbedaan persen kumulatif obat yang signifikan p0,05 Lampiran 18. Uji Duncan terhadap semua formula tablet dispersi padat, jumlah obat yang dilepaskan pada menit ke-1 Q1 = 46,61, menit ke-3 Q3 = 78,16, menit ke-5 Q5 = 99,21, menit ke-7 Q7 = 102,66, menit ke-9 Q9 = 104,90, menit ke- 15 Q15 = 105,84, menit ke-20 Q20 = 105,99, menit ke-30 Q30 = 106,35, menit ke-45 Q45 = 106,70, dan menit ke-60 Q60 = 107,10 dari tablet dispersi padat A2 berbeda secara signifikan dengan formula tablet dispersi padat yang lain. 20 40 60 80 100 120 10 20 30 40 50 60 waktu menit k u m u la ti f tablet A1 tablet A2 tablet A3 tablet A4 tablet A5 tablet A6 tablet A7 a Universitas Sumatera Utara 20 40 60 80 100 120 10 20 30 40 50 60 waktu menit k u m u la ti f tablet A1 tablet A2 tablet A3 b Gambar 4.6 Lanjutan 20 40 60 80 100 120 10 20 30 40 50 60 waktu menit k u m u la ti f tablet A4 tablet A5 tablet A6 c Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Profil disolusi dari: a Berbagai formula tablet dispersi padat. b Tablet dispersi padat dengan superdesintegrant natrium kroskarmelosa. c Tablet dispersi padat dengan superdesintegrant krospovidon. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap tujuh formula tablet sistem dispersi padat, tablet dispersi padat A2 merupakan formula terbaik ditinjau dari waktu hancur dan uji pelepasan obat maka digunakan untuk pengujian absorpsi secara in situ teknik perfusi single pass. Hasil evaluasi 7 formula tablet sistem dispersi padat diperlihatkan Tabel 4.8. Sedangkan pembuatan tablet dispersi padat dalam berbagai formula ditunjukkan Gambar 4.7.

4.4 Pengujian Absorpsi Secara In Situ Teknik Perfusi Single Pass