Analisis kelayakan finanasial konversi tanaman kayu manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI

TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO

DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI

PROVINSI JAMBI

OLEH

SUCI NOLA ASHARI A14302009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA

KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Oleh :

SUCI NOLA ASHARI A14302009

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN


(3)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2006

Suci Nola Ashari A14302009


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi pada tanggal 2 Juli 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Ashari dan Alseswita.

Pendidikan formal dimulai dari TK Barunawati Padang pada tahun 1989. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Baiturrahmah Padang pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Sungai Penuh Kerinci sampai pada tahun 1999. Pada Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 2 Sungai Penuh Kerinci dan lulus pada tahun 2002. Pada pertengahan 2002 penulis diterima di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif diberbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan serta organisasi kedaerahan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao menggunakan analisis finansial serta menganalisis tingkat kepekaan usaha perkebunan selama usaha perkebunan tersebut dilaksanakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis agar skripsi ini di berkati oleh Allah SWT serta bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2006

Suci Nola Ashari A14302009


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselasikan tanpa adanya do’a, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Drs. Ashari dan Ibunda Alseswita dengan do’a, materi, motivasi yang tak pernah henti, Adik-adiku tersayang dan seluruh keluarga besar penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi atas

masukan, arahan, pengertian serta perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Tanti Novianti, SP,MSi sebagai dosen penguji utama atas saran dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.

4. A. Faroby Falatehan, SP, ME sebagai dosen penguji Wakil Komisi Pendidikan atas koreksi dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci atas masukan serta bantuan selama penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini “terima kasih banyak”


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Batasan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kelayakan Proyek ... 10

2.1.1 Pengertian Proyek ... 10

2.1.2 Kelayakan Proyek ... 14

2.1.3 Analisis Sensitivitas ... 16

2.2 Komoditas Kayu Manis... 17

2.3 Perkembangan dan Tata Niaga Kayu Manis ... 20

2.4 Komoditas Kakao ... 21

2.5 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia ... 23

2.6 Konversi Tanaman Perkebunan ... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Dasar Pemikiran ... 27

3.2 Hipotesis ... 31

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode dan Analisis Data ... 33

4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 33

4.3.1.1 Penerimaan dan Biaya dalam Analisis Kelayakan Finansial ... 34

4.3.1.2 Kriteria Kelayakan Finansial... 35

4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 38

4.4 Asumsi Dasar ... 38

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak dan Kondisi Wilayah ... 40

5.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya ... 40

5.3 Sosial dan Kependudukan ... 41

5.4 Perekonomian dan Sarana Prasarana Wilayah ... 44


(8)

BAB VI. KARAKTERISTIK USAHA PERKEBUNAN

6.1 Usaha Perkebunan Kayu Manis ... 49

6.1.1 Modal dan Tenaga Kerja ... 50

6.1.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ... 52

6.2 Usaha Perkebunan Kakao... 55

6.2.1 Modal dan Tenaga Kerja ... 57

6.2.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ... 58

6.3 Hubungan antara Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao dengan Kelestarian Wilayah Konservasi TNKS... 60

6.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan... 62

BAB VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 7.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 63

7.1.1 Arus Biaya ... 63

7.1.1.1 Biaya Investasi ... 63

7.1.1.2 Biaya Operasional ... 66

7.1.2 Arus Penerimaan ... 69

7.1.3 Kriteria Kelayakan Finansial... 70

7.2 Analisis Sensitivitas ... 72

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 75

8.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal Perkebunan Rakyat dan Produksi Kayu Manis

Indonesia Tahun 1994-1999 ...2

2. Produksi Kayu Manis di Beberapa Daerah di Indonesia Tahun 2000-2003 (Ton) ... 3

3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kayu Manis Di Kecamatan Gunung Raya 1999-2004 ...4

4. Harga Kulit Manis di Tingkat Pedagang Pengumpul di Kabupaten Kerinci ...6

5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya...41

6. Kepadatan Penduduk per desa di Kecamatan Gunung Raya ...42

7. Jumlah dan Struktur penduduk menurut Jenis Mata Pencaharia nnya di Kecamatan Gunung Raya ...43

8. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2004...44

9. Luas Areal Tanam dan Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Gunung Raya ...45

10. Kadar Tipe Kulit Manis dalam Satuan Batang Kayu Manis ...51

11. Potensi Produksi Biji Kakao per Hektar dalam Siklus 25 Tahun...60

12. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kayu Manis ...65

13. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kakao...66

14. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kayu Manis ...67

15. Rincian Biaya Opersional Tanaman Kakao ...68

16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi antara Kayu Manis Dan Kakao ...72

17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Perkebunan Kayu Manis ...73

18. Perbandingan Nilai Elastisitan NPV Kayu Manis Dan Kakao ...75


(10)

LAMPIRAN

1. Peta Kabupaten Kerinci ...80

2. Kuisioner Penelitian ...81

3. Karakteristik Reponden ...89

4. Ekspor Kayu Manis Periode Januari –November 2005 ...90

5. Penggunaan Tenaga Kerja Tanaman Kayu Manis Per Responden (orang) ...92

6. Data Jumlah Upah Tenaga Kerja Kulit Manis (Rp) ...93

7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Pada Tanaman Sela ...94

8. Tenaga Kerja pada Tana man Pohon Pelindung (lamtoro) ...95

9. Data Upah Tenaga Kerja Tanaman Pohon Pelindung (lamtoro)...96

10. Data Tenaga Kerja Pada Tanaman Kakao...97

11. Data Upah Tenaga Kerja Kakao ...98

12. Data Pengeluaran Bibit dan Peralatan Kayu Manis ...99

13. Data Pengeluaran Peralatan dan Bangunan (Rp) ...100

14. Data Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Kayu Manis ...101

15. Data Penggunaan Pupuk Kakao dan Tanaman Sela Kayu Manis (Kopi) ...102

16. Pemasukan Kayu Manis ...103

17. Data Hasil Panen Kakao Umur 3- 25 Tahun...104

18. Data Pemasukan Kakao Dari Hasil Penjualan Kakao ...105

19. Cashflow Tanaman Kayu Manis ...109

20. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 Persen)...114

21. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,5 persen) ...118

22. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Peningkatan Harga Pupuk sebesar 8,33 persen) ...122

23 Cashflow Kakao ...125

24. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 persen) ...128

25. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,50 Persen) ...131 26. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Peningkatan Harga


(11)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI

TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO

DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI

PROVINSI JAMBI

OLEH

SUCI NOLA ASHARI A14302009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(12)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA

KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Oleh :

SUCI NOLA ASHARI A14302009

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN


(13)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2006

Suci Nola Ashari A14302009


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi pada tanggal 2 Juli 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Ashari dan Alseswita.

Pendidikan formal dimulai dari TK Barunawati Padang pada tahun 1989. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Baiturrahmah Padang pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Sungai Penuh Kerinci sampai pada tahun 1999. Pada Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 2 Sungai Penuh Kerinci dan lulus pada tahun 2002. Pada pertengahan 2002 penulis diterima di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif diberbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan serta organisasi kedaerahan.


(15)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao menggunakan analisis finansial serta menganalisis tingkat kepekaan usaha perkebunan selama usaha perkebunan tersebut dilaksanakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis agar skripsi ini di berkati oleh Allah SWT serta bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2006

Suci Nola Ashari A14302009


(16)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselasikan tanpa adanya do’a, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Drs. Ashari dan Ibunda Alseswita dengan do’a, materi, motivasi yang tak pernah henti, Adik-adiku tersayang dan seluruh keluarga besar penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi atas

masukan, arahan, pengertian serta perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Tanti Novianti, SP,MSi sebagai dosen penguji utama atas saran dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.

4. A. Faroby Falatehan, SP, ME sebagai dosen penguji Wakil Komisi Pendidikan atas koreksi dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci atas masukan serta bantuan selama penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini “terima kasih banyak”


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Batasan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kelayakan Proyek ... 10

2.1.1 Pengertian Proyek ... 10

2.1.2 Kelayakan Proyek ... 14

2.1.3 Analisis Sensitivitas ... 16

2.2 Komoditas Kayu Manis... 17

2.3 Perkembangan dan Tata Niaga Kayu Manis ... 20

2.4 Komoditas Kakao ... 21

2.5 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia ... 23

2.6 Konversi Tanaman Perkebunan ... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Dasar Pemikiran ... 27

3.2 Hipotesis ... 31

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode dan Analisis Data ... 33

4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 33

4.3.1.1 Penerimaan dan Biaya dalam Analisis Kelayakan Finansial ... 34

4.3.1.2 Kriteria Kelayakan Finansial... 35

4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 38

4.4 Asumsi Dasar ... 38

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak dan Kondisi Wilayah ... 40

5.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya ... 40

5.3 Sosial dan Kependudukan ... 41

5.4 Perekonomian dan Sarana Prasarana Wilayah ... 44


(18)

BAB VI. KARAKTERISTIK USAHA PERKEBUNAN

6.1 Usaha Perkebunan Kayu Manis ... 49

6.1.1 Modal dan Tenaga Kerja ... 50

6.1.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ... 52

6.2 Usaha Perkebunan Kakao... 55

6.2.1 Modal dan Tenaga Kerja ... 57

6.2.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ... 58

6.3 Hubungan antara Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao dengan Kelestarian Wilayah Konservasi TNKS... 60

6.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan... 62

BAB VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 7.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 63

7.1.1 Arus Biaya ... 63

7.1.1.1 Biaya Investasi ... 63

7.1.1.2 Biaya Operasional ... 66

7.1.2 Arus Penerimaan ... 69

7.1.3 Kriteria Kelayakan Finansial... 70

7.2 Analisis Sensitivitas ... 72

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 75

8.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal Perkebunan Rakyat dan Produksi Kayu Manis

Indonesia Tahun 1994-1999 ...2

2. Produksi Kayu Manis di Beberapa Daerah di Indonesia Tahun 2000-2003 (Ton) ... 3

3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kayu Manis Di Kecamatan Gunung Raya 1999-2004 ...4

4. Harga Kulit Manis di Tingkat Pedagang Pengumpul di Kabupaten Kerinci ...6

5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya...41

6. Kepadatan Penduduk per desa di Kecamatan Gunung Raya ...42

7. Jumlah dan Struktur penduduk menurut Jenis Mata Pencaharia nnya di Kecamatan Gunung Raya ...43

8. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2004...44

9. Luas Areal Tanam dan Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Gunung Raya ...45

10. Kadar Tipe Kulit Manis dalam Satuan Batang Kayu Manis ...51

11. Potensi Produksi Biji Kakao per Hektar dalam Siklus 25 Tahun...60

12. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kayu Manis ...65

13. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kakao...66

14. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kayu Manis ...67

15. Rincian Biaya Opersional Tanaman Kakao ...68

16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi antara Kayu Manis Dan Kakao ...72

17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Perkebunan Kayu Manis ...73

18. Perbandingan Nilai Elastisitan NPV Kayu Manis Dan Kakao ...75


(20)

LAMPIRAN

1. Peta Kabupaten Kerinci ...80

2. Kuisioner Penelitian ...81

3. Karakteristik Reponden ...89

4. Ekspor Kayu Manis Periode Januari –November 2005 ...90

5. Penggunaan Tenaga Kerja Tanaman Kayu Manis Per Responden (orang) ...92

6. Data Jumlah Upah Tenaga Kerja Kulit Manis (Rp) ...93

7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Pada Tanaman Sela ...94

8. Tenaga Kerja pada Tana man Pohon Pelindung (lamtoro) ...95

9. Data Upah Tenaga Kerja Tanaman Pohon Pelindung (lamtoro)...96

10. Data Tenaga Kerja Pada Tanaman Kakao...97

11. Data Upah Tenaga Kerja Kakao ...98

12. Data Pengeluaran Bibit dan Peralatan Kayu Manis ...99

13. Data Pengeluaran Peralatan dan Bangunan (Rp) ...100

14. Data Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Kayu Manis ...101

15. Data Penggunaan Pupuk Kakao dan Tanaman Sela Kayu Manis (Kopi) ...102

16. Pemasukan Kayu Manis ...103

17. Data Hasil Panen Kakao Umur 3- 25 Tahun...104

18. Data Pemasukan Kakao Dari Hasil Penjualan Kakao ...105

19. Cashflow Tanaman Kayu Manis ...109

20. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 Persen)...114

21. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,5 persen) ...118

22. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Peningkatan Harga Pupuk sebesar 8,33 persen) ...122

23 Cashflow Kakao ...125

24. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 persen) ...128

25. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,50 Persen) ...131 26. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Peningkatan Harga


(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan merupakan suatu sektor andalan Indonesia yang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan memiliki posisi penopang yang cukup besar yaitu sebagai penghasil devisa negara. Hal ini dikarenakan sektor perkebunan memiliki komoditas unggulan yang dapat diterima di pasar Internasional. Komoditas unggulan yang memiliki nilai ekspor diantaranya adalah karet, kakao, kelapa sawit dan kulit manis.

Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Bl) disebut juga dengan Cassiavera .

Kayu manis merupakan tanaman berumur panjang yang memproduksi kulit manis yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Luas areal kayu manis di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya begitu pula dengan produksi kayu manis. Namun pertambahan luas serta produksi kulit manis tidak begitu signifikan. Pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 luas areal perkebunan kayu manis terus bertambah dari 93.300 ha sampai dengan 98.900 ha yang diikuti dengan pertambahan produksi kulit manis. Pada tahun 1998 dan tahun 1999 luas areal kayu manis cenderung tetap namun dari segi produksi mengalami peningkatan karena perawatan, pengalaman petani dan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dari kayu manis tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.


(23)

Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Rakyat dan Produksi Kayu Manis Indonesia Tahun 1994-1999

Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)

1994 93.300 35.400

1995 98.900 37.300

1996 105.100 39.400

1997 114.200 37.200

1998 114.900 39.200

1999 114.900 41.200

2000 128.075 45.237

2001 135.572 40.635

2002 138.205 45.373

2003 138.205 57.179

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2006

Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor dari Indonesia. Ekspor kulit manis setiap tahunnya terus meningkat dengan meningkatnya jumlah permintaan baik dari industri makanan, minuman maupun farmasi. Permintaan yang meningkat baik domestik maupun Internasional membuat produksi kulit manis yang harus terus meningkat pula. Ekspor kulit manis periode Januari sampai dengan November 2005 tercatat ke 58 negara, ini membuktikan bahwa kulit manis masih berpotensi untuk dikembangkan (lampiran 4).

Produksi terbesar kayu manis di Indonesia berasal dari Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi (Tabel 2). Kerinci merupakan kabupaten penghasil kulit manis yang utama di Propinsi Jambi. Perkebunan kulit manis tersebut memiliki luas lahan 50.439 ha pada tahun 2000 yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kerinci dengan penduduk Kerinci 29,8 persen sebagai petani kayu manis. Produksi kulit manis Kerinci sekitar 24.359 ton tiap tahun, pada tahun 2003 produksi kulit manis Kerinci mencapai 25.400 ton. Produksi kulit manis menjadi pemasok terbesar produksi kulit manis Indonesia yaitu sekitar 85 persen


(24)

dari total produksi nasional. Kecamatan yang memiliki lahan perkebunan kulit manis adalah Kecamatan Gunung Raya dan Kecamatan Gunung Kerinci. Areal kayu manis di Kecamatan Gunung Raya merupakan areal kayu manis terluas di Kabupaten Kerinci.

Tabel 2. Produksi Kayu Manis di Beberapa Daerah di Indonesia 2000-2003 (Ton)

Nasional/ Propinsi

Tahun

2000 2001 2002 2003

Jambi 25.445 23.563 24.552 25.890

Sumatera Barat 18.093 17.174 21.375 25.084

Sumatera Utara 1.886 2.019 1.920 2.152

Jawa 885 423 522 788

Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2006

Luas tanam kayu manis di Kabupaten Kerinci semakin menurun semenjak beberapa tahun belakangan ini. Hal ini disebabkan oleh gejala konversi tanaman kayu manis menjadi tanaman perkebunan lain khususnya kakao.pilihan tanaman kakao sebagai pengganti tanaman kayu manis karena kakao baik dari segi harga maupun budidaya lebih memberi keuntungan kepada petani. Salah satu kecamatan yang melakukan budidaya tanaman kakao sebagai pengganti tanaman kayu manis adalah Kecamatan Gunung Raya. Kegiatan budidaya kako tersebut menyebabkan luas tanam kayu manis semakin menurun. Luas tanam tanaman kayu manis tahun 1999 yaitu 14.170 ha, pada tahun 2004 telah turun menjadi 11.226 ha. Produksi kulit manis terus menurun sampai dengan tahun 2002, namun pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 produksi kulit manis meningkat karena pada umumnya petani kulit manis menunda masa panen sehingga umur kulit manis yang dipanen pada tahun 2003 dan 2004 lebih tua yang menyebabkan kulit manis yang dipanen


(25)

tidak diiringi oleh tingginya harga sehingga petani melakukan konversi dari tanaman kayu manis menjadi kakao.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kayu Manis di Kecamatan Gunung Raya Tahun 1999-2004

Tahun Luas Tanam (ha) Produksi (ton)

1999 14.170 5.203

2000 14.381 5.251

2001 14.435 4.926

2002 14.435 4.638

2003 14.403 10.617

2004 11.226 19.189

Sumber: Badan Pusat Statistik,2006

Konversi ini dilakukan karena rendahnya harga kayu manis yang ditawarkan pasar. Hal ini dikarenakan banyaknya petani yang memaksakan tanamannya untuk dipanen muda karena terdesak kebutuhan ekonomi sehingga berpengaruh terhadap kualitas dari tanaman tersebut. Tanaman perkebunan kakao belum pernah diusahakan di Kecamatan Gunung Raya sebelumnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman tersebut. Kakao mulai dibudidayakan oleh masyarakat Gunung Raya pada tahun 2003 dan akan melakukan panen perdana pada tahun 2007.

Indonesia merupakan produsen kakao ketiga dunia yang menyebabkan lahan luas areal pertanaman kakao bertambah setiap tahunnya. Luas seluruh kebun kakao nasional pada tahun 2003, Sulawesi masih yang terluas dengan 549.421 hektar (59,9 persen), disusul dengan Sumatera (15,9 persen), Maluku dan Papua (7,5 persen), Jawa (6,5 persen), Nusa Tenggara (5,5 persen), dan Kalimantan (4,7 persen). Produksi biji kakao juga terus terjadi peningkatan. Produksi kakao Indonesia meningkat pada tahun 1999 sebesar 354.475 ton, pada 2003 meningkat


(26)

menjadi 572.640 ton. Produksinya bahkan telah mencapai 580.000 ton pada tahun 2004.

Prospek kakao Indonesia semakin cerah dengan perkembangan kebutuhan kakao yang semakin meningkat. Peningkatan permintaan atas kakao diikuti oleh usaha- usaha peningkatan produksi dan kualitas, serta peningkatan luas pertanaman sehingga Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan perannya dalam produksi kakao dunia. Dengan melihat cerahnya prospek kakao dunia menjadi salah satu alasan petani di Kabupaten Kerinci mulai mengkonversi lahan yang awalnya ditanami dengan kulit manis menjadi kakao.

1.2 Perumusan Masalah

Kulit manis merupakan komoditas unggulan yang merupakan penggerak perekonomian rakyat di Kabupaten Kerinci. Namun, semenjak krisis ekonomi tahun 1997 melanda Indonesia harga kulit manis baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri mengalami gejolak yang tidak stabil. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 2.500 sampai dengan Rp 1.500 per kilogramnya untuk kulit manis kering dan Rp 1.300 sampai dengan Rp 700 untuk kulit manis yang basah pada tahun 2004. Harga ini merupakan harga terendah yang ditawarkan pasar dibandingkan dengan harga kulit manis tahun 1998 yang sempat mencapai Rp 6.000 per kilogramnya1.

1


(27)

Pada bulan Februari 2006 harga kulit manis di tingkat pedagang pengumpul berkisar Rp 3.800 untuk kulit manis tipe AA sampai dengan Rp 1.800 untuk kulit manis kering tipe KC (Tabel 4). Bervariasinya harga kulit manis ini tergantung atas jenis dan kualitas dari kulit manis tersebut. Semakin bagus kualitas yang ditawarkan oleh kulit manis maka semakin tinggi harga yang akan diterima. Harga untuk kulit manis basah atau kualitas rendah setengah dari harga kulit manis kering. Rendahnya harga ditingkat petani ini menyebabkan petani kulit manis tidak termotivasi lagi untuk melaksanakan usaha pada tanaman perkebunan ini. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut menghasilkan lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan oleh petani.

Tabel 4. Harga Kulit Manis di Tingkat Pendagang Pengumpul di Kabupaten Kerinci Tahun 2006

Tipe Harga Kulit Manis

Kering Basah

A A 3.800 1.900

KM 3.400-3.700 1.700-1.850

KF 3.100-3.500 1.550-1.750

KS 3.000 1.500

KA 2.700 1.350

KTP 2.500 1.250

KB 2.000 1.000

KC 1.800 900

Sumber : Data Primer,2006

Keterangan : KM = Kulit Manis Murni KF = Kulit Manis Plus KS = Kulit Manis Spesial KA = Kulit Manis A KTP = Kulit Manis Kulit Tipis KB = Kulit Manis B KC = Kulit Manis Cabang AA = Kualitas Terbaik

Dari segi budidaya, tanaman kayu manis merupakan tanaman yang berumur panjang. Umur ekonomis dari kayu manis yaitu 10 sampai dengan 16 tahun. Sistem panen tebang langsung membuat tanaman kayu manis tidak dapat


(28)

dipanen lebih dari satu kali. Berbeda halnya dengan kakao, tanaman kakao memiliki umur ekonomis yang lebih lama yaitu 25 tahun dan pada umur empat atau lima tahun kakao telah dapat menghasilkan buah. Sistem pemanenan yang dapat dilakukan berulang-ulang membuat tanaman kakao memberikan keuntungan yang berulang- ulang pula yang selanjutnya diperhitungkan sebagai keuntungan tahunan yang akan diterima oleh petani.

Konversi tanaman dilakukan apabila tanaman perkebunan sebelumya memberikan keuntungan yang semakin menurun. Sumberdaya modal yang terbatas mendorong petani melakukan pemilihan terhadap tanaman mana yang cocok untuk mengganti tanaman sebelumnya. Tanaman yang menjadi pengganti adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari tanaman sebelumnya yaitu tanaman yang dapat memberikan keuntungan lebih besar. Tanaman perkebunan kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan kayu manis.

Pergantian tanaman perkebunan kayu manis menjadi tanaman pekebunan lain seperti kakao mendorong pemikiran lebih lanjut mengingat biaya investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini tidak sedikit dikarenakan proses perencanaannya sangat menentukan stabilitas pendapatan petani. Analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui tanaman perkebunan mana yang sebaiknya dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dengan memberikan pilihan investasi yang tidak mengakibatkan pengorbanan yang terlalu besar. Analisis kelayakan yang dilakukan adalah analisis kelayakan secara finansial.


(29)

Analisis proyek pada umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung ketidakpastian atas apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Perubahan terhadap manfaat dan biaya di masa yang akan datang secara tidak langsung mempengaruhi keberlanjutan proyek konversi tanaman perkebunan tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi jika dalam pelaksanaan proyek terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1 . Menganalisis kelayakan konversi tanaman perkebunan kayu manis menjadi kakao dari segi finansial di lahan perkebunan Kecamatan Gunung Raya.

2 . Menganalisis tingkat sensitivitas akibat perubahan biaya dan manfaat selama usaha perkebunan tersebut dilaksanakan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan investasi pada perkebunan kakao menggantikan kayu manis yang ditinjau dari aspek finansial, sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan upaya pengembangan komoditas kakao. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam menambah pengetahuan serta sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.


(30)

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap tanaman kayu manis dan kakao dengan melakukan studi kelayakan yang meliputi:

1. Analisis kelayakan usaha perkebunan kayu manis dan kakao.

2. Analisis kelayakan finansial tanaman kayu manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi yang bertujuan untuk melihat dampak konversi tanaman terhadap pendapatan petani.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Kelayakan Proyek 2.1.1 Pengertian Proyek

Proyek menurut Gittinger (1986), suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya–biaya dengan harapan akan memperoleh hasil secara logika merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam perencanaan menyeluruh perusahaan, perencanaan nasional ataupun pembangunan pertanian.

Menurut Pramudya et al. (1992) mendefinisikan proyek suatu rangkaian kegiatan ya ng menggunakan sejumlah sumberdaya untuk memperoleh manfaat. Kegiatan ini memerlukan biaya (cost) yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian diperlukan suatu perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan, yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Kadariah et al. (1999) mengemukakan pengertian proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan , dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit.

Proyek menurut Gray et al. (2002), proyek adalah kegiatan-kegiatan atau seluruh aktivitas yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat.


(32)

Kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru yang diselenggarakan instansi pemerintah, badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sosial perorangan.

Analisis proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan pilihan antara berbagai penggunaan kompetitif dari keseluruhan sumberdaya dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Pada hakekatnya analisis proyek menaksir manfaat dan biaya suatu proyek dan merumuskan menjadi sebuah alat ukur yang berlaku umum.

Analisis proyek memberikan gambaran mengenai pengaruh-pengaruh investasi yang diusulkan terhadap para peserta dalam suatu proyek apakah perusahaan-perusahaan swasta, petani, perusahaan pemerintah atau masyarakat luas. Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia untuk pembangunan ialah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka ( Kadariah,1999)

Gray et al.(2002) mengatakan tujuan dari diadakannya analisis proyek adalah :

a. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.

b. Menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan.

c. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek paling menguntungkan.


(33)

Pertimbangan terhadap banyak aspek yang bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu harus diperhatikan dalam mengetahui keefektifan dari suatu analisis proyek. Aspek- aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial.

Aspek teknis, yaitu analisis secara teknis yang berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi dalam menjalankan suatu proyek. Selain itu, analisa secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin terjadi dalam suatu proyek pertanian yang akan dijalankan.

Aspek institusional-organisasi- manajerial, yaitu penetapan institusi/lembaga proyek harus tepat, harus mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani oleh proyek. Usulan organisasi proyek harus diteliti agar poyek dapat diarahkan dan organisasi proyek harus mempertimbangkan kebiasaan dan prosedur organisasi di suatu daerah atau negara. Dalam masalah manejerial harus diteliti kesanggupan atau keahlian staf yang ada dalam menangani kegiatan-kegiatan sektor publik yang berskala besar.

Aspek sosial, dalam analisis perlu mempertimbangkan pola kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Proyek tersebut harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan.

Aspek komersial, yaitu menyangkut perencanaan penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan proyek dan rencana pemasaran output yang dihasilkan proyek. Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek


(34)

guna meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang cocok harus dibuat bagi para petani guna meyakinkan tersedianya pupuk, pestisida, dan benih unggul serta teknolgi baru dan pola penanaman baru.

Aspek finansial, menganalisis biaya-biaya yang diperlukan, hasil- hasil proyek yang dapat menutupi biaya-biaya proyek dan upaya mempertahankan keberlangsungan proyek. Aspek finansial dari persiapan dan analisa proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Aspek ini menyangkut masalah pengeluaran dan penerimaan dari pelaksanaan proyek yang terkait pada masalah-masalah kemampuan proyek dalam mengembalikan dana-dana proyek.

Aspek ekonomi, menganalisis apakah proyek memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumberdaya yang diperlukan.

Analisis manfaat biaya dilakukan berdasarkan dua pendekatan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi, tergantung yang berkepentingan langsung dalam kegiatan investasi. Pada penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah aspek finansial yang melihat proyek dari sudut badan-badan atau orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.


(35)

2.1.2 Kelayakan Proyek

Pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan dengan dua macam analisis (Gittinger, 1986) yaitu :

a. Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang yang menanamkan modalnya dalam proyek atau berkepentingan langsung dalam proyek.

b. Analisis ekonomi, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara menyeluruh.

Analisis secara finansial yang perlu diperhatikan adalah hasil untuk modal yang ditanam dalam proyek yaitu hasil yang diterima oleh petani, pengusaha, perusahaan swasta, atau badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembanguna n proyek. Hasil analisis finansial sering disebut juga dengan ”private return”.

Penelitian ini menggunakan analisis finansial mengingat petani adalah bagian masyarakat yang mengusahakan tanaman perkebunan yang memiliki dana yang terbatas untuk pengelolaannya. Tingkat efisiensi dari proyek konversi tersebut diukur berdasarkan keuntungan finansial yang diperoleh.

Penilaian suatu proyek apakah proyek yang akan tersebut layak atau tidak layak dilaksanakan menggunakan beberapa metode penilaian atau disebut juga dengan kriteria investasi. Metode penilaian ini melihat kelayakan proyek dari aspek profitabilitas komersialnya. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis kelayakan proyek antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net B/C Ratio. Penggunaan ketiga kriteria investasi ini karena memiliki kesamaan yaitu memperhatikan aliran kas.


(36)

Kriteria investasi dengan menggunakan Net Present Value (NPV) atau keuntungan bersih yaitu menghitung selisih antara nilai sekarang inve stasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Faktor- faktor yang mempengaruhi NPV adalah tingkat bunga atau tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan (i), besarnya biaya investasi (I), pendapatan yang ditentukan oleh produksi dan harga (R), biaya produksi (C) dan umur tanaman hasil konversi (t). Kelebihan dari menggunakan metode NPV yaitu NPV memasukkan faktor nilai waktu dari uang, mempertimbangkan semua aliran kas proyek dan mengukur besaran absoulut dan bukan relatif.

Net Present Value memiliki tiga nilai dengan artian sebagai berikut:

1. NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan

2. NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau merugi.

3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan dicapai.

Kriteria investasi yang menggunakan Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk mengahasilkan pengembalian atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai yang dinyatakan dengan persen. IRR memiliki tiga penilaian yang berhubungan dengan kelayakan investasi yaitu :


(37)

1. IRR < i, maka nilai NPV akan lebih kecil sehingga proyek tidak layak untuk dilaksanakan

2. IRR = 0, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol sehingga perusahaan tersebut tidak untung dan tidak pula rugi (impas)

3. IRR > i, maka NPV dari proyek tersebut akan lebih besar sehingga proyek mengalami keuntungan yang menyebabkan proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.

Kriteria keputusan invesatasi yang terakhir adalah Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C ratio) yang merupakan perbandingan antara jumlah Present Value arus biaya bruto dijumlahkan dengan Present Value arus Benefit Bruto. Apabila Gross B/C Ratio ≥ 1 , maka NPV ≥ 1 sehingga kegiatan konversi layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila Gross B/C Ratio ≤ 1, maka NPV≤1 sehingga kegiatan konversi tanaman perkebunan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

2.1.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat pengaruh yang akan dialami perusahaan apabila terjadi perubahan biaya dan manfaat baik internal maupun eksternal dari pelaksanaan proyek tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat bahwa perencanaan proyek banyak menggunakan proyeksi-proyeksi yang pada umumnya menghadapi masalah ketidakpastian terutama proyek jangka panjang. Oleh sebab itu analisis sensitivitas digunakan untuk menghindari kegagalan dari proyek konversi sebagai bahan evaluasi.


(38)

Pada umumnya proyek pertanian sensitif pada perubahan beberapa variabel berikut antara lain adalah harga, keterlambatan pelaksanaan peroyek, kenaikan biaya, penurunan hasil produksi. Analisis kepekaan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi, sedangkan kepekaan terhadap biaya didasarkan terhadap kecenderungan kenaikan harga input terutama harga pupuk atau obat-obatan dimasa yang akan datang. Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir seluruh proyek-proyek pertanian. Keterlambatan pelaksanaan disebabkan oleh petani yang tidak mengikuti dan melakukan teknik-teknik baru yang diajarkan. Analisis kepekaan diskonto didasarkan pada tingkat diskonto yang umumnya digunakan dalam proyek pertanian.

2.2 Komoditas Kayu Manis

Kayu manis (Cinnamomum burmanii BL.) dikenal juga dengan nama Cassiaverra merupakan tanaman berumur panjang penghasil kulit manis di Indonesia. Kulit manis digunakan untuk meningkatkan cita rasa makanan karena kayu manis selain tanaman perkebunan juga termasuk dalam kelompok rempah khas Indonesia yang disebut dengan spices dan herbs. Tanaman kayu manis Indonesia didatangkan dari Srilangka ke pulau Jawa yang kemudian menyebar ke India Selatan, Madagaskar, hingga Brazil. Sebelum tahun 1800-an di Indonesia sendiri sudah ada jenis kayu manis yang disebut Cinnamomum burmanii

merupakan tanaman kayu manis asli Indonesia yang ditanam dalam hutan Sumatera.


(39)

pada umumnya tidak menggunakan teknologi peningkatan mutu sehingga sering kali kualitas kulit manis perkebunan tersebut menjadi rendah seningga berpengaruh pada harga jual dari kulit manis itu sendiri. Hingga saat ini belum banyak pengelolaan kayu manis yang ditangani oleh perkebunan besar. Apabila kayu manis dikelola oleh pihak perkebunan besar pengusahaannya lebih terarah dan terdapat usaha peningkatan mutu dengan teknologi yang tinggi sehingga kayu manis Indonesia dapat bersaing dengan kayu manis asal negara eksportir lain.

Budidaya kayu manis agar dapat berhasil dengan baik perlu diperhatikan beberapa faktor seperti ketinggian tempat, iklim, tanah, dan topografi. Kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 2.000 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl. Curah hujan yang baik untuk kayu manis yaitu 2.000 sampai dengan 2.500 mm/tahun dengan kelembaban 70 sampai dengan 90 persen. Penanaman kayu manis sebaiknya pada suhu rata-rata 250 C dengan batas atas maksimum 270 C dan minimum pada 180 C. Semakin rendah suhu maka semakin menurun kualitas kulit manis yang dihasilkan. Kayu manis pada umumnya tumbuh pada dataran tinggi sehingga tanah pegunungan. Keasaman tanah untuk tanaman kayu manis yaitu pada pH 5,0 sampai dengan 6,5.

Perbanyakan kayu manis pada umunya dilakukan melalui dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu melalui biji sedangkan perbanyakan secara vegetatif yaitu melalui tunas. Pada perkebunan kayu manis di Kabupaten Kerinci petani pada umumnya menggunakan perbanyakan melalui biji. Penaman kayu manis dapat dilakukan dengan dua sistem penanaman yaitu dengan sistem monokultur dan dengan sistem tumpang sari. Sistem monokultur biasanya dilakukan dengan jarak tanam yang rapat. Jarak


(40)

tanam yang digunakan yaitu 1,5 m Χ 1,5 m dengan jarak demikian tidak ada lagi tanaman lain yang dapat ditanaman pada lahan yang sama. Dengan sistem monokultur petani harus melakukan penjarangan pada umur tanaman enam dan sepuluh tahun. Sistem penanaman tumpang sari dilakukan dengan menanam tanaman lain selain kayu manis sambil menunggu tanaman kayu manis menghasilkan. Jenis tanaman lain yang digunakan antara lain, palawija, sayur, buah, kopi. Sistem tumpang sari menggunakan jarak tanam 2 m X 2 m, 2,5 m X 2,5 m, sampai dengan 5 m X 5 m. Penggunaan jarak tergantung pada jenis tanaman yang ditanam.

Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan agar diperoleh pertumbuhan yang optimal. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pemupukan, penyiangan, dan penjarangan. Kayu manis juga tanaman yang tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini akan mengurangi standar mutu dari kayu manis tersebut. Adapun beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kayu manis antara lain ulat sikat, Ulat kenari, Kutu perisai, Kanker baris dan cendawan daun.

Umur panen sangat mempengaruhi produksi kayu manis. Semakin tua umur kayu manis semakin tebal hasil kulit manis dan total produksinya semakin tinggi. Umur ideal untuk kayu manis berkisar antara enam sampai dengan duapuluh tahun. Waktu terbaik untuk melakukan pemanenan ketika daun telah bewarna hijau tua serta kulit mudah dikelupas. Waktu terbaik melakukan pemanenan adalah pada saat menjelang musim hujan. Sistem pemanenan dapat dilakukan dengan sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk, dan sistem dipukuli


(41)

2.3 Perkembangan dan Tata Niaga Kayu Manis

Ekspor kayu manis mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya industri makanan, minuman dan farmasi. Untuk memenuhi permintaan kayu manis tersebut pemerintah telah menggalakkan upaya perluasan areal baik melalui perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Pengusahaan perkebunan kayu manis di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat. Belum banyak dijumpai pengelolaan yang dilakukan oleh perkebunan besar atau swasta. Pada umumnya pengelolaan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar atau swasta kualitas kayu manis lebih bagus dan harga lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pengusahaan kayu manis dilakukan dengan menggunakan teknologi yang tinggi.

Pengembangan kayu manis dapat dilakukan hampir seluruh wilayah Indonesia karena kondisi wilayah Indonesia memiliki topografi yang berbukit-bukit dan ketinggian ideal untuk tanaman kayu manis. Penggalakan tanaman kayu manis selain untuk memenuhi permintaan pasar juga untuk penghijauan yang pengusahaannya dikelola oleh perkebunan rakyat.

Jalur pemasaran kulit manis dari produsen ke eksportir memiliki banyak pelaku pemasaran diantaranya pedagang, baik pedagang desa, kecamatan, maupun kabupaten. Hal ini memperpanjang jalur tata niaga kayu manis sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani ataupun produsen semakin kecil. Penyebabnya adalah setiap pelaku pemasaran menginginkan keuntungan. Tujuan pasar yang akan dicapai oleh pelaku pemasaran adalah pasar lokal dan pasar ekspor. Pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sedangkan pasar ekspor untuk memenuhi kebutuhan luar negeri.


(42)

2.4 Komoditas Kakao

Kakao (Theobroma cacao L) berasal dari lembah- lembah sungai perairan di hulu Sungai Amazone. Wilayah ini merupakan pusat primer dari aneka ragam tanaman, suatu wilayah yang mempunyai banyak variasi dalam sifat-sifat morfologi maupun fisiologis. Populasi asli dari Theobroma cacao L.

Disebarluaskan dari bagian tengah Amazone sampai dengan Guiana ke arah barat dan utara sampai bagian selatan Mexico.

Tanaman kakao di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1780 di Minahasa Sulawesi Utara yang dibawa masuk oleh orang Spanyol dan Meksiko, kemudian ditanam di Ambon pada tahun 1858. Kakao mulai ditanam di pulau Jawa pada tahun 1920, kemudian tersebar ke seluruh perkebunan rakyat di pulau Jawa.

Perkebunan kakao di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Pada perkebunan rakyat kakao ditanam dengan teknologi yang masih sederhana. Pengusahaan tanaman kakao pada pekebunan besar lebih banyak menggunakan input dan teknologi yang lebih maju. Pengembangan luas areal tanaman kakao di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan berbagai upaya pemerintah untuk pengembangan perkebunan.

Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah banyak di daerah yang memiliki ketinggian 1 sampai dengan 600 m dpl. Namun, kakao dapat juga tumbuh pada ketinggian 800 m dpl. Curah hujan yang baik untuk tanaman kakao berkisar antara 1600 sampai dengan 3000 mm/tahun atau dengan rata-rata curah hujan 1500 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. Curah hujan yang


(43)

sehari- hari antara 240-280 C dan kelembaban udaranya konstan dan tinggi sepanjang tahun yaitu 80 persen baik untuk tanaman kakao. Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang memiliki tebal kurang lebih 90 cm, memgandung banyak humus, kadar hara tinggi dan pH tanah 6 sampai dengan 7,5 dan mengandung cukup udara dan air.

Tanaman kakao yang diambil bibitnya adalah tanaman yang memiliki kondisi yang sehat, pertumbuhannya normal dan kokoh, menghasilkan produksi tinggi, dan berumur antara 12 sampai dengan 18 tahun. Pengembangan tanaman kakao dapat dilakukan dengan biji ataupun dengan stek dan cangkok. Pengembangan secara generatif lebih efektif dikarenakan secara generatif lebih banyak menghasilkan benih. Penanaman kakao dapat dilakukan secara monokultur ataupun dengan cara tumpang sari. Tanaman kakao juga membutuhkan pohon pelindung yang berfungsi untuk melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan yang disebabkan oleh sinar matahari dan juga untuk menghambat kecepatan angin.

Pemeliharaan tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara penyulaman, pemangkasan, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan sampai tanaman tersebut berumur sepuluh tahun, sebab umur bongkar tanaman kakao adalah 25 tahun. Dengan demikian sebelum tanaman tua dibongkar maka tanaman sisipan sudah mulai berproduksi. Pemupukan dapat dilakukan secara umum yaitu sebagai sumber N dapat menggunakan pupuk urea atau ZA, sedangkan sebagai sumber P (Phosfor) dapat menggunakan pupuk TSP dan sebagai sumber K dapat menggunakan pupuk KCl. Pupuk yang digunakan dapat juga berupa pupuk organik yang berupa pupuk kandang, kompos atau pupuk


(44)

hijau. Hama dan penyakit dapat menyebabkan penurunan kualitas serta kuantitas dari tanaman kakao tersebut. Beberapa jenis hama dan penyakit kakao yaitu penggerek cabang, kepik penghisap buah kakao, kutu putih, penyakit busuk buah hitam dan kanker batang dan penyakit vascular steak dieback (VSD),

Pemungutan hasil adalah memetik buah kakao yang matang atau masak dari pohon, kemudian memecah buah tersebut dan mengambil biji-bijinya yang basah. Tanda-tanda buah kakao yang telah matang dapat diketahui dari perubahan warna sepanjang alur kulit buah menjadi kuning, poros buah kakao terlihat kering dan terbentuk rongga pada antara biji dan kulit buah. Proses pematangan buah semenjak dari proses penyerbukan adalah 5,5 bulan. Pemungutan hasil dapat dilakukan setiap tujuh hari sampai empatbelas hari. Pemungutan buah dapat dilakukan menggunakan pisau atau sabit yang tajam. Tangkai buah dekat bantalan buah dipotong secara hati-hati supaya tidak merusak bantalan buah.

2.5 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia

Perkebunan kakao di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Pada perkebunan rakyat, kakao ditanam dengan teknologi yang masih sederhana. Pada perkebunan besar, pengusahaan tanaman kakao lebih banyak menggunakan input dan teknologi yang lebih maju. Pengembangan kakao oleh perkebunan besar dilakukan melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPP). Pola PIR merupakan pola pengembangan perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan peranan perkebunan besar sebagai milik negara atau swasta sebagai pembina atau inti bagi


(45)

meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat melalui suatu pembinaan terpadu yang meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengembangan kelembagaan ekonomi (Rismanto, dalam Junaidi 1998).

Pemerintah terus berusaha untuk mempercepat pengembangan tanaman kakao dengan memperluas areal tanaman kakao dari seluas 213.612 pada tahun 1988 menjadi 917. 634 hektar pada tahun 2003. Pesatnya perluasan kebun kakao tersebut karena gencarnya upaya penanaman kakao baik berupa rehabilitasi kebun tua maupun perluasan tanaman baru. Pertambahan luas areal kakao juga dikarenakan berbagai fasilitas dari pemerintah sehingga memikat swasta asing maupun nasional untuk masuk kedalam bisnis perkakaoan. Harga yang terus membaik di pasar dunia mendorong peningkatan luas areal pertanaman kakao. Usaha pengembangan kakao memiliki arti penting dalam aspek sosial ekonomi dikarenakan kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil devisa negara dan penyedia lapangan kerja bagi petani di Indonesia.

Volume produksi kakao Indonesia semakin meningkat namun ekspor biji kakao cenderung mengalami fluktuasi. Ekspor biji kakao pada tahun 1990 mencapai 335.300 ton mengalami peningkatan pada tahun 2003 yaitu 367.700 ton. Pada tahun 2004, volume ekspor kakao menurun menjadi 277.000 ton. Hal ini disebabkan oleh harga kakao di Indonesia di pasar dunia terus menurun sehingga pengusaha kakao mengurangi ekspor ke luar negeri.

Indonesia mempunyai suatu lembaga atau wadah orang-orang untuk pengembangan kakao yang dikenal dengan asosiasi kakao Indonesia (ASKINDO). Lembaga ini didirikan tanggal 18 Februari 1989. Asosiasi ini beranggotakan


(46)

eksportir, pabrikan petani atau pengusaha kakao. Tujuan dari ASKINDO adalah sebagai wadah komunikasi, konsultasi antar anggota, masyarakat dan pemerintah. Tujuan lainnya yaitu dapat menjadi sarana hubungan kerjasama dan hubungan internasional khusus nya masalah perkakaoan serta dapat tersebar informasi.

2.6 Konversi Tanaman Perkebunan

Penurunan produktivitas tanaman perkebunan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu umur tanaman, kondisi tanaman, kesuburan lahan, sistem pengelolaan dan keadaan iklim. Kelangsungan produksi tanaman biasanya dilakukan berbagai cara antara lain peremajaan tanaman dan konversi tanaman menjadi tanaman lain. Konversi tanaman yaitu penanaman tanaman baru pada lahan yang sebelumnya ditanami oleh tanaman lain.

Produktivitas tanaman yang rendah akan mengurangi keuntungan yang diharapkan karena terjadi penurunan pendapatan petani. Konversi tanaman menjadi tanaman baru akan membuat keuntungan yang diharapkan akan lebih tinggi sehingga diharapkan petani akan memperoleh pendapatan yang semakin besar.

2.7 Penelitian Terdahulu

Rismana (2002), melakukan penelitian tentang analisis kelayakan investasi secara finansial dan ekonomi pada perkebunan kakao. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara finansial maupun ekonomi kakao layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari umur ekonomis tanaman tersebut yaitu 40 tahun. Kriteria


(47)

Net Benefit Cost (B/C) dan Discounted Payback Periode. Pada PT. RSA I menghasilkan NPV positif yaitu +379.554.743, IRR sebesar 19,26 persen, Net

B/C sebesar 1,27. Masa pengembalian investasi mencapai 25 tahun.

Yunita (2005), melakukan penelitian tentang analisis manfaat biaya negatif proyek konversi tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan menghasilkan bahwa langkah perusahaan dalam mengambil langkah untuk mengkonversi tanaman karet menjadi kelapa sawit merupakan langkah yang baik. Hal ini dikarenakan konversi tanaman perkebunan tersebut menguntungkan yang dilihat dari nilai NPV sebesar +670.872.667, IRR sebesar 24 persen dan gross B/C 1,59, serta proyek konversi ini tetap layak dilaksanakan apabila terjadi perubahan biaya dan manfaat sebesar 10 persen serta

discounted rate sebesar 17 persen.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan alat analisis yang digunakan dalam analisis kelayakan negatif proyek konversi tanaman perkebunan maupun proyek pertanian lainnya adalah negatif NPV, IRR, dan Net B/C. Kriteria ini digunakan karena mempunyai salah satu kesamaan yaitu menggunakan aliran kas.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan waktu dan tempat. Perbedaan waktu dan tempat mempengaruhi komponen inflow dan outflow. Hal ini dikarenakan waktu dan tempat yang berbeda akan menunjukkan harga dan komponen yang berbeda pula.


(48)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Dasar Pemikiran

Kayu manis merupakan tanaman berumur panjang yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Pengusahaan kayu manis secara tidak langsung dapat memberikan pemasukan berupa devisa kepada negara melalui ekspor yang dilakukan ke beberapa negara importir. Pada masa sebelum krisis moneter tahun 1997 kesediaan rakyat menanam komoditas kayu manis masih cukup besar. Hal ini didorong oleh harga kulit manis yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani lebih besar. Namun, setelah krisis moneter harga kayu manis semakin turun sampai pada harga paling rendah. Penurunan harga kayu manis tersebut disebabkan oleh kualitas kayu manis yang semakin menurun. Akibat dari penurunan harga ini petani kayu manis mengalami kerugian karena biaya produksi kayu manis yang dikeluarkan tidak seimbang dengan keuntungan yang diharapkan.

Keuntungan yang semakin menurun membuat petani kayu manis memilih keputusan agar dapat meneruskan usaha perkebunan. Pilihan tersebut berupa mempertahankan tanaman kayu manis atau mengganti tanaman kayu manis tersebut dengan tanaman perkebunan lain. Pilihan keputusan yang akan diambil oleh petani adalah pilihan yang dapat memberikan keuntungan yang diharapkan lebih besar. Apabila keputusan yang diambil adalah mengkonversi tanaman kayu manis menjadi komoditas lain seperti kakao maka diperlukan analisis terlebih dahulu agar tidak mengalami kerugian terlalu besar.


(49)

Proyek konversi tanaman perkebunan merupakan proyek yang menggunakan biaya yang tidak sedikit sehingga memerlukan ketelitian dalam memilih dan menggunakan sumber-sumber investasi yang terbatas sehingga tidak menyebabkan resiko yang terlalu besar. Oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang ekonomis terhadap modal yang dimiliki guna memperoleh manfaat yang optimal. Mengingat dalam investasi tanaman baru seperti kakao memerlukan modal yang cukup besar, maka perlu dianalisis kelayakan investasi dari usaha tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kegiatan konversi tanaman kakao tersebut menguntungkan untuk diusahakan, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan tersebut layak atau tidak untuk diusahakan.

Dalam menganalisis kelayakan investasi tersebut dapat dilakukan dari berbagai aspek salah satunya adalah dari aspek finansial yang menggunakan semua komponen biaya dan manfaat dinilai dengan menggunakan harga pasar yang berlaku atau harga yang benar-benar terjadi di wilayah penelitian. Kriteria investasi yang digunakan dalam aspek finansial ini adalah Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C ratio). Karena analisa proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa-apa yang akan terjadi pada masa akan datang, maka pengkajian kelayakan kemudian dilanjutkan dengan analisis kepekaan (sensitivity analysis). Analisis ini bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi jika terdapat perubahan atau kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Selanjutnya dilakukan pembahasan untuk mencari nilai- nilai dari setiap alat analisis, kemudian disimpulkan apakah investasi tersebut layak atau tidak. Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut memberikan


(50)

pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek. Jika hasil analisis tersebut layak maka proyek tersebut dilanjutkan dikarenakan proyek tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar dan sebaliknya (Gambar 1).


(51)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Mempertahankan Perkebunan Kayu Manis

Konversi Tanaman Kayu Manis menjadi Kakao

Analisis Kelayakan Investasi

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis Sensitivitas

Kriteria Investasi :

Ø NPV

Ø IRR

Ø Net B/C

Asumsi-asumsi:

Ø Kenaikan Biaya

Ø Penurunan harga produksi

Ø Penurunan produksi

Hasil Analisis

Tidak Layak Layak

Peningkatan Pendapatan Petani dengan Pelaksanaan Proyek.

Proyek Tidak Dapat Dilanjutkan

Permasalahan Penurunan Harga Output Perkebunan Kayu Manis


(52)

3.2 Hipotesis

Usaha di bidang perkebunan merupakan suatu usaha sebagaimana dengan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin. Faktor- faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan usaha sangat kompleks salah satunya yaitu produktivitas tanaman perkebunan. Apabila tanaman perkebunan tersebut tidak memiliki nilai ekonomi maka harus dipikirkan untuk meningkatkan kembali produktivitas perkebunan tersebut. Cara meningkatkan produktivitas perkebunan adalah dengan peremajaan tanaman atau konversi tanaman menjadi tanaman lain yang lebih ekonomis.

Penurunan produktivitas akibat penurunan harga output tanaman kayu manis di Kabupaten Kerinci membuat petani kayu manis mengambil keput usan untuk mengganti tanaman kayu manis menjadi tanaman perkebunan kakao. Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah :

1. Net present value (NPV) kakao positif dan lebih besar dibandingkan dengan NPV kayu manis , sehingga kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis.

2. Internal Rate of Return (IRR) kakao > tingkat diskonto dan lebih besar dari kayu manis, sehingga kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis. 3. Net B/C kakao ≥1 dan lebih besar dari kakao, sehingga kakao layak untuk


(53)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2006, bertempat di perkebunan rakyat Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan alasan Kecamatan Gunung Raya merupakan kecamatan yang memiliki lahan perkebunan kayu manis terbesar di Kabupaten Kerinci dan telah terdapat konversi tanaman kayu manis menjadi kakao dan belum adanya penelitian yang menganalisis tentang kelayakan finansial konversi tanaman kayu manis menjadi kakao di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa pengamatan langsung ke lapangan dengan metode wawancara langsung dengan responden. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 30 orang. Responden yang dipilih adalah petani yang memiliki lahan perkebunan kayu manis yang telah dikonversi menjadi tanaman perkebunan kakao.


(54)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik baik pusat maupun daerah, departemen pertanian dan perkebunan, departemen perdagangan dan perindustrian serta pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan penelitian.

4.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan antara lain: tahap pemasukan data, pemeriksaan data, pengolahan data dan pengelompokan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan program Microsoft Excel. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan investasi dan analisis sensitivitas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha tanaman perkebunan kakao menggantikan tanaman kayu manis secara finansial. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi petani melakukan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya.

4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial

Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan finansial karena bertujuan untuk melihat dampak dari adanya konversi tanaman kayu manis menjadi kakao dari sisi pelaku usaha yaitu petani. Disamping itu, analisis kelayakan fianansial ini sudah mampu untuk menjawab permasalahan yang ada di lapang. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan untuk melihat kelayakan konversi tanaman


(55)

saat kegiatan konversi dilakukan sampai dengan berakhir periode penilaian. Data tersebut dibutuhkan untuk mengetahui pendapatan bersih pada saat kegiatan konversi belum dilakukan dan dengan kegiatan konversi dilakukan. Sebelum kegiatan konversi dilakukan yaitu pada saat petani tetap mempertahankan tanaman perkebunan kayu manis dan dengan kegiatan konversi yaitu pada saat petani mengganti tanaman perkebunan kulit manis menjadi kakao. Arus penerimaan dan pengeluaran disajikan dalam bentuk cashflow.

4.3.1.1 Penerimaan dan Biaya dalam Analisis Kelayakan Finansial a. Arus Penerimaan

Penerimaan pengusahaan perkebunan dihitung dari perkalian antara tingkat produksi dengan harga jual masing- masing komoditas perkebunan. Komponen penerimaan kebun lain adalah nilai sisa aktiva tetap perkebunan baik tanaman maupun non tanaman.

Tingkat produksi adalah kemampuan suatu tanaman menghasilkan output. Tingkat produksi yang digunakan adalah umur tanaman atau produktivitas tanaman menurut umur. Semakin tinggi tinggi tingkat produksi tanaman tersebut semakin berpotensi untuk dikembangkan. Tingkat produksi memberi pengaruh terhadap penerimaan dalam usaha perkebunan.

b. Arus Biaya

Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan selama proyek tersebut dijalankan. Unsur pengeluaran yang terdapat dalam analisis kelayakan finansial adalah pengeluaran tunai terdiri dari biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung sebelum


(56)

tanaman menghasilkan seperti biaya pembukaan lahan, penanaman, hingga pemeliharaan tanaman sebelum tanaman menghasilkan. Biaya produksi adalah biaya-biaya selama tanaman menghasilkan, yaitu biaya pemeliharaan kebun, biaya panen, pengangkutan, pajak dan biaya umum lainnya.

Penentuan tingkat bunga dalam analisis finansial didasarkan pada salah satu dari beberapa hal yaitu biaya oportunitas kapital, tingkat pinjaman, dan tingkat kesenangan waktu sosial (Gittinger, 1982). Penentuan tingkat bunga didasarkan pada biaya oportunitas kapital digunakan pada proyek-proyek yang merupakan kegiatan investasi di sektor swasta dan umum. Tingkat bunga yang didasarkan atas biaya oportunitas kapital tersebut mencerminkan pilihan yang dilakukan oleh masyarakat diantara pengembalian disaat ini dan masa yang akan datang. Namun, menurut Gittinger biaya oportunitas kapital ini sulit untuk dipraktekkan dalam pekerjaan.

4.3.1.2 Kriteria Kelayakan Finansial

Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan metode arus tunai terpotong (Discounted Cashflow). Metode ini adalah suatu cara penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao adalah NPV, IRR dan Net B/C. (Gray, et. al., 1992):


(1)

Lampiran 25. Analisis Sensitivitas Kakao Penurunan Hasil Produksi 37,50 persen

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 0 0 6950000 10425000 13900000 16215000 18535000 20850000

TOTAL INFLOW 0 0 6950000 10425000 13900000 16215000 18535000 20850000

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 18098000 0 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 1750000 0 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 456700 0 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 7239600 0 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 164000 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 254000 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit 131350 0

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 254000 0 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 263350 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 219350 0 0 0 0 0 0 0

Sub Total 28830350 0 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 1277536.5 1277536.5 1277536.5 1277536.5 1277536.5 1277536.5 0 0 - Pupuk ZA 0 319209.12 319209.12 319209.12 319209.12 319209.12 0 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 139350 139350 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 - Tenaga Kerja Pemupukan 270000 270000 270000 270000 270000 270000 0 0 - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 0 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 0 0 490000 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 0 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 1960236.5 2556145.6 2906795.6 2906795.62 2906795.62 2906795.6 1040050 1040050 TOTAL OUTFLOW 30790586.5 2556145.6 2906795.6 2906795.62 2906795.62 2906795.6 1040050 1040050 NET BENEFIT (A - B) -30790586.5 -2556145.6 4043204.4 7518204.38 10993204.38 13308204 17494950 19809950

DF 0.897102359 0.8047926 0.7219814 0.6476912 0.581045302 0.5212571 0.467620985 0.419504

PV -27622307.8 -2057167.2 2919118.3 4869474.81 6387549.763 6936996.2 8181005.747 8310351

PV ( + ) 85491986.71

PV ( - ) -29679474.99

NPV $55,812,511.72

Net B/C 2.880508727


(2)

Lanjuta Lampiran 25

Uraian

9 10 11 12 13 14 15 16

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 19690000 20850000 19690000 18535000 17375000 16215000 16215000 15060000

TOTAL INFLOW 19690000 20850000 19690000 18535000 17375000 16215000 16215000 15060000

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 0 0 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0

Sub Total 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 0 0 0 0 0 0 0 0

- Pupuk ZA 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350

- Tenaga Kerja Pemupukan 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

TOTAL OUTFLOW 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

NET BENEFIT (A - B) 18649950 19809950 18649950 17494950 16334950 15174950 15174950 14019950

DF 0.376337928 0.337613643 0.302874 0.271708976 0.243750764 0.218669385 0.196168822 0.175983513


(3)

Lanjutan Lampiran 25

Uraian

17 18 19 20 21 22 23 24 25

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 15060000 15060000 13900000 13900000 12740000 11585000 8110000 8110000 8110000

TOTAL INFLOW 15060000 15060000 13900000 13900000 12740000 11585000 8110000 8110000 8110000

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sub Total 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Pupuk ZA 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350

- Tenaga Kerja Pemupukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

TOTAL OUTFLOW 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

NET BENEFIT (A - B) 14019950 14019950 12859950 12859950 11699950 10544950 7069950 7069950 7069950

DF 0.157875224 0.141630236 0.1270568 0.113982972 0.102254393 0.091732657 0.082293583 0.073825768 0.0662293


(4)

Lampiran 26. Analisis Sensitivitas Kakao dengan Peningkatan Harga Pupuk 8,33 persen

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 0 0 11120000 16680000 22240000 25944000 29656000

TOTAL INFLOW 0 0 11120000 16680000 22240000 25944000 29656000

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 18098000 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 1750000 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 456700 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 7239600 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 172700 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 270000 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit 139350 0

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 270000 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 263350 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 219350 0 0 0 0 0 0

Sub Total 28879050 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 2007135 2007135 2007135 2007135 2007135 2007135 0

- Pupuk ZA 0 501508.8 501508.8 501508.8 501508.8 501508.8 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 139350 139350 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 - Tenaga Kerja Pemupukan 270000 270000 270000 270000 270000 270000 0 - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 0 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 0 0 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 0 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 2689835 3468043.8 3818693.8 3818693.8 3818693.8 3818693.8 1040050

TOTAL OUTFLOW 31568885 3468043.8 3818693.8 3818693.8 3818693.8 3818693.8 1040050

NET BENEFIT (A - B) -31568885 -3468043.8 7301306.2 12861306.2 18421306.2 22125306 28615950

DF 0.897102359 0.8047926 0.7219814 0.6476912 0.581045302 0.5212571 0.467620985

PV -28320521.22 -2791056.1 5271407.1 8330154.83 10703613.43 11532973 13381418.72

PV ( + ) 139202531.6

PV ( - ) -31111577.35

NPV $108,090,954.27

Net B/C 4.474300034


(5)

Lampiran Lanjutan 26.

Uraian

8 9 10 11 12 13 14 15 16

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 33360000 31507000 33360000 31507000 29654400 22946120 25947700 25947700 24094400

TOTAL INFLOW 33360000 31507000 33360000 31507000 29654400 22946120 25947700 25947700 24094400

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sub Total 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Pupuk ZA 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350

- Tenaga Kerja Pemupukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

TOTAL OUTFLOW 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

NET BENEFIT (A - B) 32319950 30466950 32319950 30466950 28614350 21906070 24907650 24907650 23054350

DF 0.419503889 0.376337928 0.3376136 0.302873996 0.271708976 0.243750764 0.218669385 0.196168822 0.1759835


(6)

Lampiran Lanjutan 26.

Uraian

17 18 19 20 21 22 23 24 25

A. INFLOW

Penerimaan

1. Penjualan Kakao 24094400 24094400 18356896 18356896 20384000 18534000 12974000 12974000 12974000

TOTAL INFLOW 24094400 24094400 18356896 18356896 20384000 18534000 12974000 12974000 12974000

B. OUTFLOW

a. Biaya Investasi

1. Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Bangunan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Peralatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Bibit tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Persiapan Lahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pembuatan Lubang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyemaian Bibit

- Tenaga Kerja Penanaman Bibit 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung

- Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sub Total 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Biaya Operasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1. Pupuk

- Pupuk Kandang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Pupuk ZA 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyulaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350 273350

- Tenaga Kerja Pemupukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tenaga Kerja Penyiangan Gulma 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 140700 - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000 490000

3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro)

- Pemangkasan Pohon Pelindung 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000 136000

Sub Total 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

TOTAL OUTFLOW 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050 1040050

NET BENEFIT (A - B) 23054350 23054350 17316846 17316846 19343950 17493950 11933950 11933950 11933950

DF 0.157875224 0.141630236 0.1270568 0.113982972 0.102254393 0.091732657 0.082293583 0.073825768 0.0662293