19
terutama dalam proses penunjukan direksi perusahaan. Dalam hukum pasar modal Indonesia, saham istimewa dikenal dengan
nama saham dwiwarna. Saham ini dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan jumlahnya satu buah.
Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: 1. Saham atas tunjuk bearer stock adalah saham yang tidak
mempunyai nama pemilik. Saham ini mirip seperti uang, sangat mudah untuk dialihkan. Siapa yang dapat menunjukkan sertifikat
saham itu, maka dia adalah pemiliknya dan bergak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham RUPS.
2. Saham atas nama registered stock adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Cara peralihan saham yang
demikian harus melalui prosedur tertentu yaitu melalui pencatatan dokumen peralihan.
2.1.7. Pemecahan Saham Stock Split
Menurut Marwata 2001 dalam Faris 2012, definisi stock split adalah memecahkan selembar saham menjadi n lembar saham. Pemecahan saham
mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang merubah besarnya modal, sedangkan menurut Halim
2005 dalam Faris 2012, pemecahan saham adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai
20
nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional. Tujuan pemecahan saham tersebut adalah untuk menempatkan harga pasar saham
dalam trading range tertentu. Pemecahan saham stock split adalah aksi yang dilakukan perusahaan
untuk merubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahannya split factor. Harga per
lembar saham yang baru setelah dilakukan pemecahan saham adalah sebesar 1n dari harga sebelumnya. Pemecahan saham merupakan salah satu corporate
action yang dilakukan oleh emiten. Corporate action jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi di pasar
modal sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya kemampuan investor untuk membeli saham. Secara teoritis, suatu pemecahan saham sebenarnya tidak
bernilai apapun bagi investor. Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain tidak mempunyai nilai ekonomis karena stock split
hanyalah mengubah jumlah saham yang beredar. Terdapat dua jenis stock split:
1. Pemecahan naik split up atau sering disebut stock split yaitu penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2 atau 1:3 Abdul Halim, 2005
2. Pemecahan turun split down atau sering disebut revers stock split yaitu peningkatan nilai nominal perlembar saham dan mengurangi
21
jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan 2:1 atau 3:1 Abdul Halim, 2005
Perlakuan akuntansi untuk pemecahan saham, menurut Dyckman, Dukes dan Davis 1994 dalam Lestari 2005, dalam stock split yang murni, tidak ada
ayat jurnal akuntansi yang diperlukan, karena tidak ada perubahan jumlah pada modal saham, tambahan modal disetor, atau laba ditahan. Kenaikan jumlah
saham ditutupi oleh pengurangan nilai pari secara proporsional. Sedangkan yang berubah hanya nilai pari ditetapkan per saham dan saham yang
diterbitkan, beredar, ditarik kembali, atau dipesan. Hasil survey yang dilakukan oleh Dolley 1993 seperti yang dikutip oleh
Lestari 2005 menunjukkan bahwa motif utama perusahaan melakukan pemecahan saham adalah untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga
distribusi saham menjadi lebih luas. Sedangkan hasil survey yang dilakukan oleh Baker dan Gallagher 1980 dalam Lestari 2005 mengindikasikan bahwa
perusahaan melakukan stock split agar tingkat perdagangan berada dalam kondisi yang lebih baik sehingga dapat menambah daya tarik investor dan
meningkatkan likuiditas perdagangan. Namun hasil penelitian yang dilakukan Ewijaya dan Indrianto 1999 menyatakan bahwa reaksi pasar positif setelah
pengumuman pemecahan saham bukan karena respon terhadap pemecahan saham itu sendiri, tapi terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh
pemecahan saham tersebut. Beberapa teori pendukung stock split:
22
1. Trading Range Theory Teori ini memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik
diperdagangkan, maka dari itu harga saham ditata kembali menjadi lebih rendah dibanding sebelumnya Ahmad Rifa’i, 2005. Hal ini
diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan.
2. Signaling Theory Menurut Jogiyanto 2003 dalam Nasution 2014, informasi yang
dipublikasikan sebagai pengumuman akan memberikan signal bagi investor
dalam pengambilan
keputusan investasi.
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan
sinyal yang
positif karena
manajer perusahaan
akan menginformasikan kepada publik tentang prospek masa depan
yang baik dari perusahaan. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split
mempunyai kondisi kinerja yang baik.. Kinerja keuangan yang baik adalah salah satu gambaran yang dapat menunjukkan prospek
yang baik. Menurut Copeland 1979 dalam Lestari 2005,
23
perusahaan yang melakukan pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus
saja yang mampu melakukannya. Dengan begitu, stock split merupakan upaya manajemen perusahaan untuk menarik investor
dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi yang bagus.
2.1.8. Analisis Laporan Keuangan